AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
"Mana hasil kerja kalian? sudah satu minggu tapi ku lihat perempuan itu masih saja bahagia!"
"Kau pikir kalau menculik orang dewasa itu gampang apa? semua butuh proses dan rencana yang matang!" sahut Doni emosi.
"Aku tidak mau tahu. Jika kalian tidak becus, kembalikan saja uang ku!" punya Farah membuat emosi Doni semakin tersulut.
Pria ini langsung mencengkram wajah Farah lalu mendorongnya ke dinding.
"Jangan macam-macam kau. Berani sekali kau menggertak ku!" ucap Doni dengan sorot mata tajam.
"Lepaskan aku!" pinta Farah dengan suara tertekan, "kembalikan uang ku. Kalian tidak becus!"
"Wah, sepertinya perempuan ini berani juga. Sebaiknya kita apakan dia?"
Teman Doni memiliki ide buruk.
Doni dan temannya itu langsung menyeret Farah ke salah satu ruangan yang ada di tempat hiburan malam itu.
Farah mencoba melawan, namun tenaganya kalah kuat dari dua orang lelaki itu.
Buk,.....
Doni mendorong Farah, membuat wanita itu tersungkur di lantai. Ruangan yang tidak terlalu terang. Membuat Farah mulai ketakutan padahal dia sendiri sudah biasa keluar masuk ruangan seperti ini.
"Mau apa kalian hah?"
Wajah Farah panik.
"Kami tidak butuh pekerjaan mu dan uang mu. Sepertinya, menikmati tubuh mu jauh lebih baik!" ucap Doni lalu tertawa.
"Bajingan!" umpat Farah, "keluarkan aku dari tempat ini...!"
Plak....
Dengan bringas Doni menampar dan memukul Farah hingga membuat wanita itu tidak sadarkan diri. Doni dan temannya langsung bergantian meniduri Farah. Setelah puas, kedua pria tersebut pergi begitu saja meninggalkan Farah yang masih belum sadarkan diri.
Menjelang pagi, barulah Farah sadar, wanita ini merasa pusing dan wajahnya sakit.
"Hah,brengsek!" umpat Farah, "preman bajingan!"
Wanita ini memungut pakaiannya lalu mengenakannya dan langsung pergi.
"Farah, dari mana saja kamu?"
Yunita bertanya dengan wajah penuh amarah.
"Kenapa wajah mu hah? apa yang sudah terjadi?"
"Berisik!" sentak Farah, "biarkan aku istirahat!" ucapnya lagi berlalu masuk ke dalam kamar.
"Farah, buka pintunya. Mana uangnya? mamah butuh uang, kapan kau akan mengganti mobil mamah?"
Yunita menggedor pintu kamar anaknya berulang kali namun tetap saja Farah tidak mau membuka pintu.
"Anak sialan!" umpat Yunita yang kesal.
Dari pada pusing di rumah, Yunita mengambil tasnya dan pergi begitu saja. Sementara itu, Farah yang sedang mengobati luka di wajahnya hanya bisa menyumpahi kedua preman tersebut.
Sedangkan Wira dan Mawar, pasangan suami istri yang sedang berbahagia ini baru saja pulang dari bandara setelah mengantar Asti yang akan pergi ke luar kota. Asti memang sering pergi ke luar kota karena memang semua keluarganya berada di kota yang berbeda.
"Sepi ya kalau gak ada mamah!" ujar Mawar yang merasa kesepian.
"Sepi itu enak, bisa peluk kamu sepuasnya!" sahut Wira membuat istrinya menarik nafas panjang.
"Mas, berhenti mengganggu ku!"
Mawar menepis tangan suaminya yang suka menggerayangi nakal.
Wira malah memeluk Mawar, mencium tengkuk istrinya yang masih wangi dengan aroma sabun.
"Kau hamil, tapi malah membuat ku semakin bernafsu," bisik Wira membuat bulu kuduk Mawar berdiri.
"Asal jangan keluar di dalam, mari kita lakukan!" bisik Mawar yang entah kenapa ada gejolak tak bisa di tahan di dadanya.
Hari mungkin masih siang, tidak peduli yang penting mereka bisa saling menuntaskan. Hari ke hari hasrat Mawar jauh lebih besar dari Wira. Wira sudah mengajarkan Mawar hal yang tidak bisa di jelaskan lagi.
Bermain dia sana, mengecup dan mengisap dua bukit kenyal yang membuat Mawar terus mengeluarkan suara lenguhan manja.
"Mas,....!" lirih Mawar membuat Wira terus menggerakkan tubuhnya naik turun dengan kecepatan pelan.
"Selama kita melakukannya dengan hati-hati, kau tidak usah khawatir."
Terus menggoyang hingga pada akhirnya Wira sudah berhasil mengeluarkan cairan kentalnya di atas perut sang istri. Setelah selesai, Wira langsung menggendong istrinya ke kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri.
"Sebenarnya, aku sedikit kurang puas," ucap Wira dengan jujur.
"Loh kenapa?" tanya Mawar heran.
"Sayang, muncrat di dalam itu juga lebih nikmat dari pada muncrat di luar. kalau di nilai satu sampai sepuluh, delapan koma lima lah!"
"Itu artinya aku tidak bisa memuaskan mu. Ah, udah lah. Mas Wira jahat!"
Mawar merajuk, tidak terima dengan penilaian yang di berikan suaminya barusan.
"Sayang,...aduh....Bukan begitu maksudnya mas!"
"Dah ah, jangan ganggu aku. Awas aja minta jatah!"
Mawar mengancam suaminya, membuat Wira langsung membujuk sang istri. Tidak mempan, Wira sejak tadi mengoceh namun nyatanya Mawar yang kelelahan sudah terlelap tidur.
"Dia ini, jadi sejak tadi aku mengoceh siapa mendengarnya?"
Ckckck.....
Tiba-tiba saja satu ekor cicak berbunyi, Wira langsung menoleh ke arah cicak tersebut.
"Cicak sialan, kau sudah menguping ku. Apa jangan-jangan kau tadi mengintip aku menggoyang istri ku ya...?"
Stress, Wira malah marah-marah dengan cicak.
Melihat Mawar yang tertidur dengan pulasnya, tiba-tiba saja muncul ide di otak Wira untuk memasak. Pria ini pergi ke dapur, meminta bi Jum untuk menyiapkan semua bahan masakan yang akan di masaknya sekarang.
Hanya menu sederhana, entah kenapa tiba-tiba Wira sangat ingin makan pepes ayam kampung. Sambil melihat tutorial di youtube, Wira dengan telaten meracik semua bumbu.
Bi Jum hanya mengawasi, terserah majikannya lah ingin berbuat apa.
"Itu bukan laos mas Wira, itu jahe," ujar bi Jum.
"Ah, masa sih? bentukannya sama juga!"
"Aduh, beda dong mas. Baunya aja beda!"
Untung saja Wira menurut, jika tidak itu akan sangat memancing kesabaran bi Jum.
"Eh, banyak amat cabenya mas?" tegur Bi Jum.
"Biar pedas sepedas mulut tetangga bi."
"Tapi kan, tetangga kita semuanya cuek mas!"
"Ini hanya perumpamaan yang biasa aku dengar bi. Bibi ini, serius amat!"
Tang...ting...plang...pling.....
Dua jam berkutat di dapur pada akhirnya pepes ayam kampung ala Wira sudah selesai. Wira mencium bau badannya sendiri.
"Aduh, bau sekali.....!" ujar Wira buru-buru pergi mandi yang ternyata sang istri sudah bangun dan sudah cantik dan wangi.
"Mas Wira kok bau, habis ngapain?" tanya Mawar menutup Hidungnya.
"Habis masak, nanti cicipi masakan mas ya. Mas mandi dulu,....!" ujar Wira sebelum masuk ke kamar mandi.
Selesai mandi, Mawar dan Wira turun untuk makan malam. Tidak lupa pria ini membagi masakannya kepada para pembantu.
"Gak yakin deh kalau mas Wira yang masak. Ini kan rumit!"
"Di bantu sama bi Jum. Udah ah, ayo makan. Mas udah lapar nih!"
"Suapi ya...!"
Mawar Manja.
Terkadang mau makan nasi terkadang juga tidak berselera, begitu lah keadaan Mawar sejak hamil namun Wira yang telaten merawat istrinya bisa membuat Mawar makan nasi sehari tiga kali.
"Eh, enak!" puji Mawar membuat suaminya bangga.