NovelToon NovelToon
AKU YANG DIANGGAP HINA

AKU YANG DIANGGAP HINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Pelakor / Kehidupan di Kantor / Wanita Karir / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Perut itu harusnya di isi dengan janin, bukan dengan kotoran mampet!”

Ara tak pernah menyangka, keputusannya menikah dengan Harry—lelaki yang dulu ia percaya akan menjadi pelindungnya—justru menyeretnya ke dalam lingkaran rasa sakit yang tak berkesudahan.

Wanita yang sehari-harinya berpakaian lusuh itu, selalu dihina habis-habisan. Dibilang tak berguna. Disebut tak layak jadi istri. Dicemooh karena belum juga hamil. Diremehkan karena penampilannya, direndahkan di depan banyak orang, seolah keberadaannya hanyalah beban. Padahal, Ara telah mengorbankan banyak hal, termasuk karier dan mimpinya, demi rumah tangga yang tak pernah benar-benar berpihak padanya.

Setelah berkali-kali menelan luka dalam diam, di tambah lagi ia terjebak dengan hutang piutang—Ara mulai sadar: mungkin, diam bukan lagi pilihan. Ini tentang harga dirinya yang terlalu lama diinjak.

Ara akhirnya memutuskan untuk bangkit. Mampukah ia membuktikan bahwa dia yang dulu dianggap hina, bisa jadi yang paling bersinar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Hari Minggu mestinya menjadi hari untuk beristirahat. Namun, tidak untuk Ara. Pekerjaannya akhir-akhir ini menumpuk. Sampai-sampai, ia harus tetap masuk di saat weekend.

Ponselnya berdering keras, memaksa wanita itu mengalihkan pandangan dari layar laptop. Nama Harry berkedip di layar.

Dengan napas berat, Ara menjawab.

“Halo?”

“Kamu pulang jam berapa, sih?” Suara Harry terdengar tak sabar. “Kamu tau, kan, acara ulang tahun ibu—sebentar lagi dimulai. Kamu harus datang, Ara. Bantu-bantu. Jangan pake alasan kerja cuma demi lolos nyumbang tenaga buat acara ibuku.”

Ara menggigit bibir bawahnya. Baru saja ia hendak menjelaskan kalau pekerjaannya belum rampung, Harry sudah lebih dulu mengomel.

“Lagian ... kenapa sih kerja di hari Minggu? Kerja kok sampe gak kenal waktu gini!”

“Ya, mau gimana? Emang faktanya kerjaan ku lagi menumpuk, Mas,” jawab Ara akhirnya. “Nggak mungkin aku mau ambil libur seenaknya. Terlebih—aku ini masih karyawan baru.”

“Numpuk? Kerja di Toserba doang—bahasamu udah kayak orang lagi kerja di kantoran.” Sampai kini, Harry memang belum mengetahui Ara bekerja di mana. Apalagi, dirinya sudah dua minggu ini selalu pulang malam dengan alasan lembur. Ketika ia pulang, ia hanya menemukan Ara yang sudah tertidur lelap. “Pokoknya, kamu harus pulang—sekarang!”

Ara menarik napas dalam-dalam, wajahnya kesal. Belakangan ini, Harry selalu bersikap seenaknya sendiri. “Nanti aku coba minta izin sama atasan!”

Namun, Harry tak mendengar. Karena pria itu sudah lebih dulu memutuskan sambungan telepon.

Ara meraup kasar wajahnya. Ia kesal—Harry seenaknya mengakhiri pembicaraan mereka. Entah kenapa, Ara merasa—Harry sangat berbeda belakangan ini. Lebih ketus, lebih dingin.

Ara menarik napas dalam-dalam, ia sedang menyusun kalimat yang akan ia katakan pada sang atasan.

Tanpa Ara sadari, dari balik pintu kaca yang sedikit terbuka, Elan—sang CEO—sedang berdiri santai, sedari tadi menguping dengan khusyuk.

Detik berikutnya, Ara tiba-tiba berdiri—melangkah ke ruangan CEO. Elan pun buru-buru berlari menuju kursinya, mengatur ritme napasnya.

“Masuk!” Titah Elan saat mendengar suara pintu di ketuk.

Ara masuk, langkahnya pelan. Wajahnya tampak ragu. Sedangkan Elan, sibuk memperhatikan arloji ditangannya.

“Ada apa, Ar? Kalau ada yang penting, ngomong aja—Saya sibuk. Oh ya, lima menit lagi ... kamu boleh pulang. Saya ada janji ketemu orang.”

Ara tercengang. Pas banget, dia memang mau minta izin untuk pulang lebih awal. Kalau begini sih, Ara tidak perlu repot-repot untuk meminta izin. “Nggak jadi, Pak. Kalau gitu, saya beres-beres meja kerja dulu.”

Ara berbalik badan, ia melangkah dengan membawa pertanyaan di dalam kepalanya. ‘Kenapa ... pas banget ya?’

.

.

Suasana di rumah Bu Syam penuh dengan hiasan seadanya. Balon warna-warni digantung asal di sudut ruangan, meja dipenuhi piring plastik berisi kudapan sederhana. Para tamu—kebanyakan dari keluarga dekat dan tetangga—mereka sibuk bercengkerama.

“Alhamdulillah ya, umur udah bertambah satu. Anak-anak juga sukses semua,” ujar Bu Syam dengan suara keras, sengaja agar terdengar oleh semua tamu. Ia menepuk-nepuk punggung Harry dengan bangga, “Anakku ini, kerja di kantoran lho—gajinya gede. Bahkan, dalam minggu ini, Harry bakal naik jabatan. Keren kan? Pasti gajinya makin gede. Kalau Dwi—dia sibuk mengemban pendidikan di universitas ternama. Nanti kalau sudah lulus, sudah pasti dapat pekerjaan yang tak kalah oke dari Mas-nya. Dwi juga sudah punya pacar lho, guaaanteng! Anak orang kaya pula. Dua minggu yang lalu, Dwi dibeliin hape baru lho!”

“Duh, pada hebat-hebat ya anakmu, Syam. Apalagi—Harry. Eh, emangnya pacar si Dwi kerja di mana, Syam?” Wanita tua berbingkai kacamata ala Betty Lavea, alias tantenya Harry—menatap Bu Syam penasaran.

“Bukan kerja.” Bu Syam menepuk lengan Poniah sambil tertawa. “Justru si Rizal itu bos nya. Dia itu pemilik showroom mobil.”

Begitu semangat Bu Syam menceritakan tentang pacar sang putri.

“Hebat banget, ya. Jangan sampai lepas itu.” Kemudian, tatapan Poniah beralih ke Harry. “Sayang sekali ... Si Harry milih istri malah asal-asalan. Rugi kamu, Har.”

Wajah Bu Syam langsung berubah masam. “Lah iya. Makanya, aku menentang keras pernikahan mereka dari dulu. Tapi, anakku ini, hatinya terlalu baik. Gampang iba—berakhirlah ia menikahi Ara. Apesss!”

Bu Syam menghela napas kasar, lalu menatap Puspa yang duduk di depannya. Wanita baya itu tampak terkagum-kagum melihat penampilan Puspa yang menurutnya—cantik.

“Padahal, ada perempuan secantik ini yang menunggu cintanya Harry. Eh—anakku ini malah kepincut sama Si Mandul!” Perkataan Bu Syam membuat beberapa orang yang mendengar jadi terbahak-bahak. Ada juga yang sampai beristighfar, sambil mengurut dada.

Harry memeluk lengan ibunya. “Bu, jangan bicara seperti itu. Nggak enak—kan, ibunya Ara ada di dalam. Takutnya denger,” bisik Harry.

Namun, Bu Syam tidak peduli. Ia menepis jemari Harry. “Bodo amat!”

Di sudut ruangan, seorang wanita berwajah manis—menatap sinis ke arah Bu Syam. Wulan, salah satu tetangga yang cukup dekat dengan Ara. Wulan dan Ara, kerap berbagi cerita. Mereka bernasib sama, selalu dicerca mertua.

Bedanya, Wulan bermulut pedas, selalu berani melawan. Ia juga selalu berusaha mencuci otak Ara—agar teman curhatnya itu sesekali untuk membalas hinaan dari Bu Syam.

Namun, Ara tetaplah Ara. Ia lebih memilih menerima semua makian itu untuk menghindari perdebatan sengit yang nantinya akan berujung membuat ia dan Harry berselisih paham. Meskipun pada akhirnya, kini hubungan mereka menjadi renggang.

“Eh, tapi ... ngomong-ngomong, Ara ke mana, Har? Dari tadi nggak keliatan,” tanya Poniah.

“Otw ke sini, Tan. Mungkin lagi nyari taksi,” jawab Harry.

“Taksi? Lho, emang dia di mana?”

Pertanyaan sang Tante, memicu Bu Syam untuk menceritakan semua kejadian yang menimpa Ara. Semua fokus memasang telinga, begitupun Puspa.

“Ya ampun, bawa sial banget ya!” seru Poniah.

Bu Syam mengangguk semangat. “Terus, aku curiga deh. Beberapa minggu yang lalu, warungnya Bu Romlah kan kemalingan tuh. Nah, Si Mandul ini kan lagi dihukum, nggak di kasi uang belanja—tapi sampai detik ini, dia nggak ada loh mohon-mohon minta uang belanja sama Harry. Aneh kan?”

“Apa jangan-jangan ... Si Mandul itu pelakunya?” tuduh Bu Poniah. Kemudian, wanita penuh kerutan itu menatap Harry. “Duh, Harry—jangan sampai kamu kena getahnya karena beristrikan seorang maling. Terus—jangan sampe kamu ngeluarin uang sepeserpun untuk ganti biaya mobil yang rusak itu. Biarin istri durhaka mu itu mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri.”

“Iya, Tan. Ngapain juga lah Harry buang-buang duit. Mending duitnya Harry—”

“Eh, Harry!” teriak Wulan akhirnya. Telinganya sedari tadi sudah panas mendengar mereka mencemooh Ara. “Kau itu bodoh, begok—apa tolol, sih? Istrimu dihina-dina, dicemooh habis-habisan, dituduh yang bukan-bukan, tapi kau? Sedikitpun tidak membela Ara!”

Harry mengerjap, ia tersentak kaget. Namun, secepatnya ia menguasai diri kembali.

“Lan, sebaiknya kau jangan ikut camp—”

“Heh, Dungu! Wajar aku ikot camporrr, senasib aku sama bini mu—tau aku gimana rasanya!” Wulan memotong cepat, membuat Harry mendelik. “Kau ini nggak paham ya? Harga diri istrimu, adalah harga dirimu juga. Kalau istrimu dihina—direndahkan sama orang-orang ini, itu artinya ... orang-orang ini juga merendahkan harga dirimu, Har. Harusnya, kau membela Ara—bukan malah sebaliknya. Goblok kok diembat semua!”

Harry semakin membelalak, begitupun yang lainnya.

“Jaga mulut mu, Lan!” teriak Harry. “Jangan seenaknya ngatain aku gob—”

“Assalamu'alaikum.”

Harry tak melanjutkan perkataannya saat mendengar suara yang sangat ia kenal—mengucapkan salam. Itu suara sang istri, Arawinda.

*

*

*

1
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kamu kan levelnya makan masakan makmu, masakan istri mah, buat makan gukguk komplek.. 🏃🏃🏃
💕Bunda Iin💕
waktu kerja kantoran gaya lo pongah har...boro² nyukupin nafkah istri...giliran kerja kyk begini ngeluh...dasar manusia bersyukur kau har
💕Bunda Iin💕
kesian😂😂😂 ( ketawa jahat )
💕Bunda Iin💕
🤣🤣🤣🤣🤣
istianah istianah
apa" jngan" si erlan dan ara mau di makcomblangin sama si davin ya ,kalau bener bgitu se 7 aq , tak pantau terus sampe mereka menikah
Tini Ratnadilla
wulan sama Davin aja, aku merestui....
Mba Ayuu
the real karma yang sering dituduhkan sama ara
Miaaaoowww😸
si wulan disuruh ngapain itu sama si davin???
pinisirinnnnnn🤭🤭🤭
Miaaaoowww😸
bolehkah saya menculik yang namanya Hary???
Miaaaoowww😸
gendeng banget jadi cowokk, pengen tonjok dehhhhh🤬🤬🤬
Sayur segar
ya gapapa sih. yg pnting kan tangan istrimu mulus. kau kan suka?
Sayur segar
dsr gk tw brsyukur kau
Star Ir
suaminya keponakan saya aja buruh angkut di pasar gak kekurangan makanan kok, gpp gak bakal kelaperan. 😁😁
Sayur segar: betul tuh. memang si harry nya aja yg suka memandang rendah pekerjaan org.
total 1 replies
Sayur segar
ngomongin apa kalian woy 🤣
Sayur segar
😆😆😆😆😆😆😆
Sayur segar
apa jgn2 bapaknya elan ngejodohin sama cwe ini?
Sayur segar
aku rasa si harry ngelarang ara kerja karna takut tersaingi
Tini Ratnadilla
selamat ara atas perceraiannya, semoga dapat ganti yang lebih baik
Mba Ayuu
siapa yang ingin diposisi ara, pasti semua wanita ingin lMenikah sekali seumur hidup. tapi kalau suaminya modelan Harry ya, nggak usah mikir 2 kali sih untuk pisah.
💕Bunda Iin💕
klo macam² manusia kadal ini dipenjarakan aj ra😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!