Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Aku sedang sarapan di temani oleh bi Sri ketika pintu belakang di gedor dengan kencang oleh mas Randi. Aku melihat dari cctv bahwa mas Randi sudah bolak- balik mengelilingi rumah, Mas Randi ingin masuk ke dalam rumah karena dia harus bekerja. Sementara pakaian kerja milik nya masih ada di dalam rumah.
"Rin, buka pintu nya Rin. Aku bisa telat pergi ke sekolah!" Teriak mas Randi sambil terus menggedor pintu.
"Gimana bu? apa mau bibi buka sekarang pintu nya!" Bi Sri bertanya pada ku.
"Biar kan saja dulu bi, aku gak mau kehilangan selera makan ku!" Aku terus melanjutkan sarapan ku bersama Bi Sri.
"Baik bu!" Bi Sri patuh pada perintah ku.
"Arin, cepat buka pintu nya!" Mas Randi kembali berteriak.
Aku dan bi Sri sudah selesai sarapan, masih ada sisa sarapan satu porsi lagi. Aku sengaja meminta bi Sri menyiapkan sarapan sekalian untuk mas Randi juga, tapi tidak untuk Mia.
"Buka pintu nya bi!" Aku berkata pada bi Sri.
Bi Sri langung membuka pintu bagian belakang dan mas Randi dan juga Mia langung masuk ke dalam rumah dengan wajah kusut khas orang yang baru bangun tidur.
Mas Randi langung masuk ke kamar tamu untuk membersih kan diri nya, sementara Mia langung duduk di meja makan tanpa mencuci wajah nya terlebih dahulu. Mia langsung mengambil piring yang berisi sarapan untuk mas Randi, tapi belum sempat dia memakan nya aku langsung meraih piring itu.
"Siapa kau berani nya kau menyentuh makanan ini?" Aku berkata dengan lantang.
"Mbak, aku laper. Aku mau sarapan, sini berikan makanan nya pada ku!" Mia berkata dengan santai nya seolah- olah ini adalah rumah nya sendiri.
"Aku sudah bilang pada mu, tidak ada yang gratis di dunia ini. Sebelum kau makan, kau harus bekerja terlebih dahulu!" Aku menyindir manusia tidak tahu diri itu.
"Mbak, pelit banget sih. Masalah nasi goreng aja di permasalah kan!" Mia tampak mencebikkan bibir nya.
Aku meletakkan kembali piring yang berisi nasi itu di atas meja, lalu dengan sekuat tenaga aku menyeret Mia ke ruangan cuci.
"Lihat itu, semua nya pakaian mu dan juga mas Randi, cuci semua pakaian kalian atau jika tidak aku akan membuang nya!" Aku mendorong Mia masuk ke dalam ruangan cuci.
"Mbak, ini kan pekerjaan nya bi Sri, jadi ngapain aku repot - repot mencuci nya sendiri!" Mia menolak mencuci pakaian milik dan juga mas Randi.
"Apakah kau membayar Bi Sri sehingga dia harus mencuci pakaian mu? Ingat Mia, aku yang membayar Bi Sri, bukan kau atau pun mas Randi. Jika kau berani memerintah nya kau akan tahu akibat nya!" Aku mengancam Mia lalu meninggal kan dia sendiri di ruang cuci.
Ketika aku kembali ke dapur, aku melihat Mas Randi sedang sarapan. Mas Randi sarapan seperti orang yang kelaparan dan sudah lama tidak makan.
"Bi, ini uang belanja minggu ini. Beli aja secukupnya aja. Banyakan beli sayur aja ya!" Aku memberikan 5 lembar uang merah pada bi Sri.
"Baik bu!" Bi Sri menerima uang itu dan langsung memasukkan nya ke dalam saku daster nya.
"Bi, nanti belanja nya ajak Mia. Jangan biar kan dia enak - enakan di rumah ini. Dan satu lagi bi, semua pekerjaan di rumah ini beralih pada Mia. Bibi cukup mengawasi nya saja, silah kan lakukan apa saja pada nya jika dia berani membantah!" Aku berkata pada Bi Sri tepat di depan Mas Randi.
Biasanya aku memberikan uang pada bi Sri sebesar 1 juta untuk belanja satu minggu, tapi kini aku hanya memberikan uang 500 ibu pada bi Sri. Uang 2 juta dari mas Randi aku bagi jadi 4 minggu dengan jatah belanja 500 ribu per minggu. Aku ingin mas Randi tahu bahwa uang nafkah dari nya sangat jauh dari kata cukup dan dia akan tahu akibat nya karena berani menikah lagi di belakang ku.
"Rin, Mia bukan pembantu!" Mas Randi protes dan dia tidak mau Mia di jadikan pembantu di sini.
"Bagi ku Mia tidak lebih dari pelayan, jika kau tidak suka dengan perlakuan ku terhadap Mia silahkan bawa Mia keluar dari rumah ku. Begitu pula dengan diri mu!" Aku berkata sambil melipat tangan di dada.
"Rin, kenapa kau berubah sejahat ini Rin?" Mas Randi malah menanyakan sikap ku sekarang.
"Sudah aku katakan mas, kau lah yang membuat ku berubah. Dan mulai sekarang jangan pernah lagi mengharap kan kebaikan dariku, karena aku bukan lah malaikat!" Aku berkata sambil berlalu dari hadapan mas Randi.
"Tunggu Rin!" Mas Randi mencekal pergelangan tangan ku.
"Lepaskan mas!" Aku menghentakkan tangan mas Randi dengan kasar.
"Rin, mas minta maaf. Plis, maaf kan mas Rin!" Mas Randi kembali memohon pada ku.
"Mas, lihat lah istri mu. Dia sudah memaksa ku untuk mencuci pakaian yang sudah menggulung!" Mia mengadukan perbuatan ku pada mas Randi.
Aku tersenyum sinis pada Mia yang datang menghampiri kami, aku akan lihat bagai mana mas Randi menolong gundik nya dari cengkraman ku.
"Jika kau tidak mau silah kan kau pergi dari rumah ku, pintu nya ada di sana!" Aku menunjuk kan pintu keluar rumah ku.
"Turuti saja Mia, jangan membantah!" Mas Randi membentak Mia di hadapan ku.
"Bi, jangan lupa apa yang aku katakan. Dan untuk kau Mia, jangan lupa bahwa kau adalah pelayan di rumah ini. Jika kau berani membantah bi Sri, maka kau akan tahu akibat nya!" Aku mengancam Mia dengan sorot mata tajam.
Aku tidak mau mendengar drama 2 manusia tidak tahu diri itu, aku segera keluar dari rumah dan langsung masuk ke dalam mobil lalu menyalahkan mesin Mobil ku. Mas Randi berlari menyusul ku dan dia mengetuk kaca mobil ku dari luar dan aku tersenyum melihat nya.
"Ada apa?" Tanya ku ketus.
"Mia, mas ikut ya sampai di sekolah. Mas sudah telat nih!" Mas Randi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya.
"Buruan naik!" Jawab ku sambil tersenyum.
Tiba - tiba aku mendapat kan ide, aku ingin membuat mas Randi di tegur oleh atasan nya karena telat datang ke sekolah. Sekolah tempat mas Randi mengajar di mulai jam 7:30, sedang kan bank tempat ku bekerja di mulai jam 08:00.
Aku sengaja mengemudikan mobil ku dengan santai, agar mas Randi telat ke sekolah. Aku ingin mas Randi mendapat kan teguran dari atasan nya, hitung- hitung latihan mental untuk nya jika aku melapor kan perbuatan nya nanti.
"Rin, mas mohon kembalikan ponsel mas Rin, Mas gak bisa tanpa ponsel!" Mas Randi membujuk ku agar mengembalikan ponsel nya yang sudah aku ambil.
"Kau tidak akan mati jika tanpa ponsel mas!" Jawab ku santai.
"Rin, mas janji bakal ganti uang nya nanti. Mas akan cicil setiap bulan nya!" Mas Randi menawarkan solusi nya pada ku.
"Gimana kau bisa bayar hutang mu mas, uang mu bahkan tidak cukup untuk nafkah aku dan Mia!" Jawab ku dengan ketus.
"Rin, tolong lah Rin. Aku ini suami mu, apakah kau tidak malu membiarkan aku tanpa ponsel!" Mas Randi tidak menyerah terus membujuk ku.
"Mas, kita sudah sampai, silah kan turun!" Aku berkata saat tiba di depan gerbang sekolahan tempat mas Randi mengajar.
Mas Randi turun dari dalam mobil dan dia melangkah kan kaki nya menuju gerbang yang sudah tertutup rapat, jam sekolah sudah di mulai 5 menit yang lalu. Aku tahu mas Randi pasti dapat teguran dari atasan nya, karena sekolah tempat mas Randi bekerja adalah sekolah dengan disiplin tinggi untuk guru dan juga siswa nya.
"Hallo bi, gimana keadaan di rumah?" Aku langung menelepon bi Sri untuk memastikan bahwa Mia melakukan apa yang aku suruh.
"Aman bu, Mia sedang menyapu dan dia terus menggerutu sejak tadi!" Bi Sri berkata melalui sambungan telepon.
"Bagus, awasi dia dan jangan lupa lapor kan pada ku!" Aku mengingat kan bi Sri.
'Kita akan lihat mas, seperti apa diri mu dan keluarga mu tanpa uang dan fasilitas dariku!' Batin ku sambil masuk ke dalam kantor ku.