Aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan merasakan kepahitan dalam hidup. keluargaku yang memiliki aset kekayaan yang melimpah tiba-tiba saja bangkrut mendadak, dan yang lebih gilanya lagi Papah dan Mamah memaksa aku menikah dengan kepercayaan sang papah yang terkenal dingin dan datar itu. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan pernikahanku bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijaloverrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Saat ini Alicah sedang dirias oleh seorang Mua yang dipesan atau dicapter oleh Danu, wajah Alicah yang sembab menandakan ia menangis terlalu lama, hatinya sangan menentang pernikahan ini,tapi ia tidak memiliki kekuatan untuk menentang sang papa.
“Mbak cantik banget,” Puji Mua sesudah selesai merias Alicah, hanya senyum miris yang tergambar dibibir Alicah,
“Sudah siap?”Iriana masuk ke kamar untuk memeriksa apakah alicah sudah siap atau belum,
“Cantiknya Putri mama,” puji Iriana dengan senyum teduh tergambar di wajahnya. “Alicah, ayo sayang turun, udah mau mulai,” Iriana menuntung sang putri yang terlihat enggang untuk keluar.
“Mah, Alicah Gk mau nikah Mah,” Ujar Alicah, air matanya kembali turun. Iriana yang mendengar lirihan Putrinya membuang nafas panjang, ia memengan kedua bahu Alicah menatap lekat wajah sembab Putrinya.
“Sayang dengari mama, Papa sama Mama ingin yang terbaik buat kamu sayang, mama juga sebenarnya berat untuk melepas kamu. Tapi, ini jalan yang terbaik dan mama yakin kamu akan bahagia hidup sama laki-laki pilihan orang tuamu sayang.” Irian menatap lekat wajah putrinya dan menjelaskan kembali alasan mereka memutuskan menikahkan Alicah sekarang.
“Keluarga kita udah gak punya apa-apa lagi sekarang,bentar lagi kita pasti diusir dari rumah ini sayang,” jelas iriana yang ikutan menangis juga.
“terus biaya semua nikahan ini dari mana?” Alicah bertanya dengan mengerutkan kening bingung.
Keluarganya sudah tak punya apa-apa , tapi yang is lihat pernikahannya cukup meriah dan masih bisa memakai jasa Mua yang tidaklah murah.
“Papa sama mama masih punya sedikit uang sayang, jadi kami ingin kamu menikah dengan meriah, walaupun sebagian biayanya dari calon suami kamu,
“Nah ini dia masalahnya, calonnya aku belum tau kayak mana bentuknya, alicah takutnya Dia udah tua, jelek lagi,” Gerutu Alicah sambil cemberut.
“shut, mana mungkin mama sama papa nikahin kamu sama orang kayak gitu. Nanti kamu akan tau sendiri dibawah. Udah waktunya turun,” iriana kembali menuntun putrinya melangkah ke bawah tempat berlangsungnya pernikahannya.
Melihat suasana yang ramai Alicah sedikit malu, ia berjalan pelan dengan menundukkan kepala malu. Mereka telah sampai ditempat akad, ia semakin menunduk malu mendengar pujuan dan cibiran dari para tamu yang hadir.
“Nah, pengantin wanita udah hadir, silahkan duduk disamping calon mempelai pria,” ucapa Penghulu memberi tahu. Iriana menuntun putrinya duduk didepan penghulu dan sang papa tepatnya disamping calon suaminya.
Alicah telah duduk, ia kepo dan menoleh kearah samping,
“Kok lo,” betapa terkejutnya Alicah saat mengetahui siapa yang akan menjadi suaminya, Pandu, ya pandu adalah calon Suami Alicah, Pandu menatap Datar Alicah dan kembali menoleh kedepan. Para tamu mulai berbisik-bisik melihat keterkejutan alicah,
“Kok kayak kaget gitu sih,”ucap seorang wanita parubaya berbisik lirih ke orang yang duduk disampingnya,. Dan masih banyak lagi yang berbisik-bisik membicarakannya dirinya. Alicah tidak peduli gunjingan para tamu itu, ia menatap Danu meminta penjelasan lewat sorot matanya,
“Maksud Papa apa?” lirih Alicah pelan menuntut jawaban sang Papa,
“Calon suamimu adalah Pandu,” kalimat singkat Danu membuat Alicah membulatkan matanya tak percaya. Masa dirinya dinikahkan denga Bawahan sang papa kadang juga menjadi bodyguard dadakannya. Apa kata orang nanti, “OH BIG NO.” Teriak Alicah dalam Hati.
“Sudah bisa dimulai Pak?” Tanya penghulu pada Danu
“ya, Bisa dimulai sekarang pak,” balas Danu
Alicah melotok kea rah Danu tanda proter tidak mau, Danu balas menatap Tajam Putrinya itu, Alicah kicep melihat tatapan sang Papa dan memilih pasrah. Ia melirik sinis Pandu yang sejak tadi menampilan raut wajag datar dan dingin andalannya.
“Awas aja lo nanti,” gumam Alicah dengan kemarahan yang dipendam.
Bersambug....
*** Hi Readers, Terima Kasih Karena telah baca cerita ini, ini cerita perdana aku, jadi harap maklu ya,. Jangan lupa untuk Like komen Vote dan share.
Salam manis dari author. Lijaloverrr. *** ☺☺