Menikah belum menjadi prioritas Hasna walaupun dia menyukai anak kecil. Kesukaannya pada dunia kerja mempertemukannya dengan seorang anak yang membuatnya jatuh cinta dan terlibat terlalu dalam dengan Maura. Gadis kecil yang menempel padanya seperti anak koala dan sulit lepas. Tawaran menjadi ibu bagi Maura menjadi hal yang menarik dan menyenangkan, tapi Hasna lupa... Maura memiliki ayah dan kakak perempuan. Menjadi ibu Maura berarti menjadi istri dari Reza dan ibu dari Hujan. Mampukah Hasna menjalani kehidupan dengan 3 orang dengan karakter yang berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pak Sembiring
Flash Back 1 bulan yang lalu
“Selamat Siang…. Apakah saya bicara dengan Ibu Hasna?”
“Ya saya sendiri”.
“Saya dari PT Great Indonesia. Menjawab lamaran Ibu tentang posisi Trainer di Divisi Pelatihan dan Pengembangan yang Ibu lamar, kami mengundang Ibu untuk wawancara pada hari Rabu tanggal 8 Juni jam 10 pagi, di Lt. 8. Apakah Ibu Hasna bisa hadir?”
“Ow iya, terima kasih Pak. Insya Allah saya bisa datang. Mohon maaf alamatnya dimana pak?”
“Akan kami kirimkan alamat lengkap dan waktunya melalui email. Saya hanya memastikan kesiapan Ibu Hasna untuk hadir di tanggal dan jam tersebut”.
“Baik Pak, insya allah saya hadir. Saya tunggu emailnya, terima kasih”.
******
“Siapa Hasna? Tawaran kerja?" Pak Sembiring menatap Hasna dengan kacamata bacanya menempel di hidung.
Ia Team Leader Consultant di Kantor Proyek ini. Sudah hampir 6 bulan Hasna bekerja di kantor proyek ini. Proyek yang menangani Pengembangan Program Pertanian dan Peternakan di seluruh Indonesia.
“Iya Pak, saya dulu pernah melamar di perusahaan itu sebelum bekerja disini, pas setelah selesai kuliah sambil nunggu wisuda”.
“Kenapa kamu memilih bekerja disini?” Pak Sembiring seperti heran akan kehadiran Hasna di kantornya. Maklum kantor proyek ada di kabupaten kecil, menumpang di Balai Pusat Pertanian yang menaungi pertanian dan peternakan se-Indonesia.
“Saya dapat tawaran disini menggantikan posisi sekretaris lama yang mengundurkan diri Pak”
“Jadi tidak melamar ke kantor ini?”
“Tidak Pak”
“Pantesan”
“Kenapa Pak?”
“Aneh saja kamu membuang diri ke daerah terpencil dengan gaji yang tidak seberapa” ucap Pak Sembiring.
“Hehehehe… membuang diri bagaimana Pak? Bapak juga sama dong, membuang diri” Hasna nyengir.
Pak Sembiring langsung tersenyum kecut.
“Saya sudah tua tidak punya banyak pilihan, pensiunan ditawari menjadi Team Leader Consultant tentu saja saya menerima. Ditempatkan di daerah terpencil dan minim hiburan tidak masalah untuk saya, beda dengan kamu masih muda, masih suka dunia gemerlap”.
“Waduh Bapak sampai tau dugem, jep ajep ajep ajep…. Mantan pengedar kayanya bapak dulu”.
“Hushh… kamu seenaknya saja sama orangtua bicara, apa itu dugem? Nyebut saya pengedar lagi… Muka saya tidak masuk kategori seperti si Rudi itu bos kamu” Pak Sembiring melirikan matanya ke pintu masuk, khawatir juga kayaknya bos proyek mendengar ghibah kami berdua.
Pak Sembiring hanya tersenyum, sejak kehadiran Hasna di Proyek, banyak pekerjaannya yang terbantu dengan baik.
Membawahi 18 Konsultan yang membina pertanian dan peternakan di wilayah se-Indonesia lumayan berat dalam pelaporan dan penyiapan administrasinya, sudah hampir 2 tahun Ia membantu di proyek ini. Pengelolaan proyek dibantu oleh tenaga staf administrasi yang dikirim dari pusat, awal mula proyek berjalan, ia dibantu oleh Iqbal sebagai Ketua Proyek selama kurang lebih setahun, Iqbal kerjanya lumayan fokus dan bisa menangani administrasi dengan baik. Ada lima staf yang menyiapkan laporan dan bahan pengembangan di lapangan.
Kekurangan Iqbal hanya satu, tidak bisa datang tepat waktu, sering datang terlambat karena bangun kesiangan, datang ke kantor sekitar jam 10 dan selesai jam 9 malam, ritme kerjanya tidak disesuaikan dengan kondisi daerah.
Iqbal yang sudah terbiasa di Jakarta tidak melihat kalau staf lokal tidak terbiasa bekerja lebih dari jam 5. Mereka akan pulang jam 4 tepat sesuai jam kerja. Ini yang menjadi masalah dan sering berselisih paham dengan staf.
Akhirnya Iqbal digantikan oleh Rudi. Bersyukur Rudi bisa datang lebih pagi. Jam 9 sudah bisa datang di kantor, tapi yah namanya manusia ada saja kekurangannya. Rudi tidak punya pola kerja, dia hanya duduk di meja seperti mengerjakan sesuatu tapi ternyata hanya main game.
Sampai akhirnya Pak Sembiring meminta asisten ke Kantor Pusat untuk membantunya mengerjakan konsep surat dan pekerjaan administrasi laporan keuangan lainnya.
Akhirnya dibuka lowongan sekretaris untuk Pak Sembiring. Sekretarisnya ternyata adik dari staf yang sudah lebih dulu masuk, laki-laki, Jaka namanya. Lumayan bisa membuat laporan keuangan dan surat karena lulusan Akuntansi. Tapi lagi-lagi Pak Sembiring protes. Jaka tidak punya inisiatif, harus disuruh dulu dan tidak bisa mengerjakan pekerjaan tanpa diawasi.
Jaka hanya sibuk bekerja kalau Pak Sembiring ada di kantor, tapi begitu Pak Sembiring ke kantor counterpart di Balai pasti Jaka akan main game bareng Rudi atau merokok di luar ruangan. Pak Sembiring akhirnya komplain dan minta Jaka diganti dan saat itulah Hasna bergabung bekerja di proyek ini. Dengan Hasna Pak Sembiring bisa bernafas lega, walaupun bukan lulusan Akuntansi atau Keuangan tapi Hasna bisa membuat laporan dan buku Kas setiap bulannya.
Membuat surat untuk lembaga luar, sudah bisa Hasna lakukan sendiri, awalnya Pak Sembiring memberikan contoh surat selanjutnya Hasna bisa membuat draft sendiri tanpa diminta, walaupun banyak revisi isi surat tapi Pak Sembiring menghargai inisiatif Hasna.
Sekarang banyak surat yang dibuat tanpa revisi lagi ditambah dengan kesibukan yang makin banyak Pak Sembiring tidak terlalu mempersoalkan kesalahan yang sifatnya typo atau tata tulis, hanya sering mengingatkan Hasna untuk membaca ulang isi surat sebelum dikirimkan.
Inisiatif Hasna tidak hanya itu, disaat laporan dari konsultan belum masuk sedangkan deadline dari kantor pusat sudah harus diserahkan. Ia berinisiatif membuat draft laporan lapangan sendiri untuk konsultan yang terlambat melaporkan. Saat ditanya dari mana bahannya, Hasna menjawab dari bahan laporan lapangan bulanan dan ditambah searching di google untuk kondisi daerah tersebut.
Dan laporannya lumayan bagus sehingga bisa langsung dikirim ke Kantor Pusat tanpa adanya teguran. Dulu biasanya Pak Sembiring sendiri yang harus membuat laporan cadangan untuk menjaga laporan dari konsultan yang terlambat. Sungguh sangat membantu, para konsultan pun memuji kinerja Hasna karena sering dibantu untuk mengerjakan laporan. Rasanya baru saja ketenangan dirasakan oleh Pak Sembiring dan sekarang dia mendengar Hasna mendapatkan tawaran pekerjaan di tempat lain.
Pdhl sdh tau arah cerita tp tetep aja ngakak
Ha ha ha...
selamat Bunaa.. resmi jadi Bunda nya anak petir mulai hari ini🤣🤣🤣
pas bca pertama blmm ngerti.. pas bca ulang udah amit-amit dari part awal sama si nenek lampir🤭