Tidak pernah menyangka pernikahan ketiga Naya Aurelia (32th) mendapatkan ujian yang penuh dramatis.
Ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit antara memilih suami atau anak kandungnya.
Berawal dari suaminya Juan Bagaskara (27th) yang tidak mau menerima Shaka sebagai anak sambungnya sehingga Naya dengan terpaksa harus berpisah dengan putri kesayangannya. Ia menitipkan Shaka pada bi Irah asisten rumah tangganya yang diberhentikan dari rumah tersebut.
Bertahun-tahun Naya tersiksa batinnya karena ulah suami yang usianya lebih muda darinya. Apalagi suaminya pun memiliki pekerjaan di luar dugaannya yang membuatnya sangat terpukul. Pekerjaan apa kira-kira?
Disisi lain ia sangat ingin kembali hidup bersama anaknya. "Nak, izinkan mama kembali meraih cintamu..." ucap Naya lirih.
Akankah kebahagiaan berpihak pada hidup Naya selanjutnya?
Ikuti kisahnya!💕
Follow author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 Tawaran Dikara
Seorang wanita berhijab yang tidak kalah cantiknya dengan Amara berdiri mengangguk dan menangkupkan kedua tangannya dengan sopan pada Dikara. Lalu ia duduk tepat berhadapan dengan Dikara.
"Bagaimana tawaran adik saya, apa diterima? Saya berani bayar mahal, jika Abang mau bekerja di sini," tanpa basa-basi lagi Elana menanyakan tentang kesiapan Dikara untuk bisa bekerja di restoran miliknya.
Dikara tersenyum. Seraya mengambil gelas yang berisi capucino hangat, meneguknya hingga tinggal separuhnya, lalu menyimpan kembali gelas tersebut ke tempat semula.
"Apa yang membuat Mbak ingin mempekerjakan saya di sini?" tanya Dikara serius. Ia menatap lekat wanita yang dianggap kurang gaul oleh adiknya sendiri.
"Nasi goreng buatanmu sangat enak. Berbeda dengan nasgor bikinan yang lain," puji Elana tersenyum.
Dikara tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Saya ingin menjadikan nasi goreng buatan Abang menjadi menu andalan di restoran ini," lanjut Elana percaya diri.
"Engga...engga. Mbak terlalu berlebihan menilai masakan saya. Itu hanya kebetulan saja masakan saya enak. Biasanya kalau ga asin ya kurang garam," katanya merendah.
"Haduuuh Bang, udah ketahuan masih aja merendah. Aku kan sudah berkali-kali beli nasgornya Abang, dan hasilnya amazing, mantul. Tidak hanya kami yang menilai nasgor buatan Abang, dari anak kecil sampe yang tua juga bilang enak," ujar Amara mengingatkan.
"Oooh gitu ya. Tapi tetap saya tidak yakin kalau nasgor buatan saya enak," katanya masih tetap merendah.
"Jangan-jangan Abang belum pernah makan masakan sendiri," terka Amara memicingkan matanya.
"Kok tahu? Saya jarang makan masakan sendiri. Biasanya yang masak udah kenyang duluan. Lagi pula kalau saya masak langsung ludes," jelas Dikara benar adanya.
Dikara memang hobi memasak, kadang ia akan merasa kenyang jika melihat masakan yang sudah siap untuk disantap.
"Nah itu dia Bang! Langsung ludes karena masakan Abang enak,"
Amara menjentikkan jarinya memberikan asumsi ucapan Dikara.
"Itu karena lapar. Mau enak atau tidak, kalau perut lapar pasti makanan apa pun bisa habis," kilah Dikara masih menutupi kemampuannya.
"Tapi menurut orang yang menikmatinya, nasgor buatan Abang memang sangat berbeda, seperti ada ramuan khusus yang membuat masakan Abang mantul, ini recomended menurutku. Bikin nagih untuk menikmatinya," puji Amara yang selalu ketagihan setelah makan nasgor buatan Dikara.
"Jadi bagaimana Bang. Bisa kan ya?" tanya Elana lagi, masih berharap dengan potensi yang Dikara miliki.
"Maaf saya tidak bisa Mbak. Saya lebih mencintai profesi yang saya geluti sehari-hari," tolaknya secara halus.
Elana menghembuskan nafasnya dengan pelan.
"Kalau boleh tahu apa profesi Abang selain jualan nasi goreng?"
"Ngurusin orang sakit. Maklum lah rakyat kecil seperti saya sangat membutuhkan uang buat bertahan hidup di kota ini," ujarnya merendah.
Ups
Dikara merasa kaget dengan ucapannya sendiri. Kalimat itu mengalir begitu saja. Dia sangat berharap kedua wanita cantik tersebut tidak menanyakan hal lain selain tentang masakan. Kalau mereka menanyakan profesi sebenarnya, bisa gagal penyamarannya selama ini.
"Oh ya? Waah pasti Abang merawat orang tua yang sedang sakit. Ck..ck..ck...sungguh mulia hatimu, Bang!" puji Amara lagi.
Sementara Elana hanya diam saja. Elana merasa kecewa dengan penolakan Dikara. Namun dia tidak bisa memaksa Dikara untuk bisa bergabung di restorannya.
"Kak, kok diam saja?" Amara menyentuh lengan Elana.
Elana hanya menarik nafasnya dengan berat.
"Tidak ada apa-apa kok. Kita terlalu berharap pada Bang Kara tapi ternyata Bang Kara tidak bisa bekerja sama dengan kita. Jadi dengan berat hati kita tidak bisa menambah menu spesial di restoran ini?" ucap Elana kecewa, ia menyandarkan tubuhnya.
"Kata siapa?" tanya Dikara membuat Elana menatapnya dengan lekat.
"Saya bisa bantu kalian," sambungnya lagi.
"Gimana caranya? Sementara kalau masak itu kan harus stay di tempat?" tanya Elana bingung.
"Bisa. Jadi begini saja. Saya yang akan melatih para koki kalian untuk menggoalkan menu andalan terbaru di restoran ini. Atau melatih ownernya secara langsung. Gratis. Ga usah dibayar,"
Wajah Elana seketika berubah menjadi ceria. Ia bersimpati pada Dikara. Ditengah kesulitan ekonomi para pedagang kaki lima, justru Dikara tidak mengkomersilkan kemampuannya dalam memasak. Terlihat dari sorot matanya, ia ikhlas dan tidak ada rasa takut atau khawatir pelanggannya jadi berkurang karena resepnya akan dibagi padanya.
"Beneran Bang? Waaah Dek, Kamu benar, Bang Kara ini memang laki-laki yang baik. Tidak semua orang mau melakukan hal tersebut. Hari gini semuanya serba bayar, tapi ini....ck...ck... Mantap lah," puji Elana menatap Dikara sambil tersenyum.
"Jadi Bang Kara mau melatih ownernya langsung?" tanya Amara sambil melirik keduanya secara bergantian sambil menahan senyum.
"Tepat sekali. Itu pun kalau Mbak Elana bersedia," jawabnya pasti dan penuh percaya diri
"Ya pasti bersedia lah, iya kan Kak?" Amara begitu senang.
Elana tersenyum lalu mengangguk pasti.
"Saya terima tawaran Abang. Secepatnya kita bisa praktik di sini,"
"Jangan di sini."
Dikara menolak untuk melatih Elana memasak di restoran tersebut. Ia khawatir identitasnya akan ketahuan oleh pengunjung lain karena berada di dalam dapur restoran. Selain itu, Dikara ingin lebih dekat dengan keluarga Amara, sehingga ia memutuskan untuk melakukannya di rumah Amara.
"Lho lantas ke mana?" tanyanya bingung.
"Di rumah kalian aja gimana?" Dikara mengedip-ngedipkan matanya pada Amara.
Elana dan Amara saling bertatapan. lalu Amara tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak kanannya.
"Ehem...ehem...Duh..duh mendadak tenggorokanku kering ini, minum mana...minum!" candanya sambil mengambil gelas yang ada di hadapannya. Lalu meneguknya beberapa tegukan.
Tidak lama kemudian pesanan mereka datang.
"Silakan dinikmati!" kata pelayan dengan sopan.
"Terima kasih," jawab Dikara dan Elana kompak.
"Tuuuh kaaaan kompak," Amara bertepuk tangan dengan pelan, wajahnya berbinar melihat kekompakan Dikara dan Elana.
"Kalian memang pasangan yang serasi. Pantas untuk bersatu. Apalagi nanti Bang Kara melatih kak Elana masak menu andalan, beeeuuuh pokoknya mah aku dukung sepenuhnya untuk hubungan kalian!"
"Mbak Amara diam! Ingat percakapan kita tadi!" tegas Dikara membuat mulut Amara mendadak bungkam.
Dikara menatap tajam Amara yang menunduk. Dia tidak mau Amara melupakan ajakannya untuk menjalin sebuah hubungan yang serius.
Sementara Elana memandang keduanya dengan kening berkerut, merasa heran dengan perilaku mereka.
"Percakapan apa yang sudah mereka bicarakan, sampai Amara terlihat bungkam begitu?" Monolognya dalam hati.
Rasa penasarannya tak berlangsung lama begitu melihat sajian masakan yang menggugah selera.
Mereka pun makan dengan porsinya masing-masing. Tak ada suara obrolan, hanya dentingan sendok dan garpu yang saling beradu berdansa di atas piring.
Amara masih merasa kurang nyaman terhadap Dikara yang mengajaknya untuk menjalin hubungan yang serius.
Akankah Amara akan menerima ajakan Dikara untuk bisa hidup bersama? Sementara Amara berniat menjodohkan Elana dengan kakaknya.
Kaga tau aturan adik nya Juan ini
Yuna pantas untuk menjadi istri mu
Buruan nikahin Yuna
Semoga cocok ya
Aamiin
Duh penasaran deh
Rupanya Arya ini kakak sepupunya Elana dan Amara toh wkkaka
Kalo Shaka tuyul si Amara mbak Kunti wkakka
Kaga mungkin loh seorang Dikara malah jualan nasi goreng
Kebetulan aja itu nasi goreng nya mirip buatan Dikara
Ididh cowoknya Amara banyak banget wkwkkwkw
Kamu mau nikah sama Abang nasi goreng ya Amara hahhaha gokil deh