Hidup Naura yang sudah menderita itu, semakin menderita setelah Jessica anak dari Bibinya yang tidak sengaja menjebak Naura dengan seorang pria yang dikenal sebagai seorang preman karena tubuhnya yang penuh dengan tato, berbadan kekar dan juga wajah dingin dan tegas yang begitu menakutkan bagi warga, Naura dan pria itu tertangkap basah berduaan di gubuk hingga mereka pun dinikahkan secara paksa.
Bagaimana kelanjutannya? siapakah pria tersebut? apakah pria itu memang seorang preman atau ada identitas lain dari pria itu? apakah pernikahan mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Ikut Kamu
Setelah diarak keliling desa, Naura dan Aiden pun sampai di Balai Desa. Begitu mereka masuk ke Balai Desa, juragan Adit datang menghampiri keduanya.
"Juragan, bagaimana ini? lihat anak buah Juragan Adit sudah berzina dengan Naura," ucap warga.
"Apa kalian yakin jika anak buah saya sudah berzina dengan Naura?" tanya Juragan Adit.
"Ya, kami melihat mereka berduaan di gubuknya Pak Anton," ucapnya.
"Apa yang mereka lakukan? apa mereka berhubungan badan atau berc*uman atau mereka didalam tidak melakukan apa-apa dan hanya berteduh?" tanya Juragan Adit.
Warga yang sejak tadi keras kepala itu terdiam, "Kami tidak tidak peduli apa yang mereka lakukan didalam, yang jelas mereka berduaan didalam. Kalau memang berteduh kenapa pintunya harus ditutup?" tanya warga lainnya.
"Kalau pintunya gak ditutup, air hujan masuk kedalam," jawab Aiden tanpa ekspresi.
"Kalian tidak punya bukti bukan kalau anak buah saya dan Naura berzina, jadi mereka tidak harus bertanggungjawab seperti yang kalian katakan tadi," ucap Juragan Adit.
"Enak aja, saya gak terima ya. Anak buahnya Juragan Adit harus menikahi Naura, nama Naura sekarang tambah jelek lagi gara-gara kepergok warga sedang berduaan di gubuk," ucap Bibi Aulia.
Bibi Aulia datang bersama Paman Carlo dan juga Jessica, Jessica yang sengaja memanggil kedua orangtuanya dan mengatakan rencananya yaitu menikahkan Naura dengan Aiden.
"Sebelum kepergok sama saya, nama dia juga sudah jelek," ucap Aiden.
Naura hanya diam dan menundukkan kepalanya, tidak ada argumen yang Naura keluarkan, hanya perasaan sedih yang ia rasakan.
"Saya tidak mau tau, pokoknya kamu harus menikah dengan Naura. Kamu enak cowok, lah Naura gimana coba, dia itu perempuan loh, nanti kalau gak ada yang mau menikah sama dia gimana," ucap Paman Carlo.
"Paman, Naura sama dia gak melakukan apapun, Naura juga tidak merasa dirugikan, jadi Naira tidak akan menikahi pria ini," ucap Naura.
"Enak aja, kalau kamu gak nikah, nanti suami kita kamu godain lagi," ucap Ibu-ibu yang tadi menarik tangan Naura.
"Ya Allah, Bu. saya tidak pernah menggoda siapapun, Ibu ini udah besar, harusnya Ibu jangan mudah terpancing sama omongan orang yang belum tentu kebenarannya," ucap Naura.
"Pak, ini Ustadz udah datang, sekalian langsung dinikahkan aja mereka berdua ini," ucap warga yang entah sejak kapan memanggil Ustadz.
"Ustadz, saya bersumpah, saya tidak melakukan apa yang dituduhkan pada saya dan pria ini, saya tadi hanya berteduh dan saya tidak tau kalau didalam ada pria ini," ucap Naura.
"Bagaimana ini? kalau mereka menolak untuk menikah, lebih baik jangan dinikahkan," ucap Ustadz.
"Gak bisa Ustadz, Naura harus menikah. Dia sudah bikin malu keluarga," ucap Paman Carlo.
"Paman...," perkataan Naura terhenti, ia merasa sedih mendengarnya.
"Baiklah, saya akan menikahi perempuan ini," ucap Aiden.
Naura pun melihat Aiden, "Saya tidak mau menikah," ucap Naura.
"Kamu pikir saya mau? saya juga gak mau, tapi keadaan kita ini mendesak dan tidak ada pilihan lain, mereka ini gak akan berhenti memaksa sebelum kita menikah," ucap Aiden.
"Tapi, pernikahan itu keputusan seumur hidup dan ini menyangkut masa depanku," ucap Naura.
"Udahlah, lagipula kamu ini gak punya masa depan juga," ucap Bibi Aulia.
"Udahlah Naura, kamu nikah aja sama anak buahnya Juragan Adit, kalau kamu nikah kan kita para Ibu-ibu jadi tenang," ucap Ibu-ibu tersebut.
"Sudah, cepat nikahkan mereka Ustadz," ucap Paman Carlo lalu menarik Naura dan Aiden dan mendudukkan mereka di kursi yang ada di Balai Desa.
"Kalau begitu, kalian menikah secara agama dulu ya, setelah itu kalian bisa ajukan ke pengadilan agama agar pernikahan kalian sah secara hukum," ucap Ustadz.
"Iya," jawab Aiden.
Begitu singkat, perkenalan mereka bahkan terbilang tidak ada perkenalan diantara mereka, Naura saja lupa nama pria yang saat ini duduk disebelahnya. Aiden juga baru tau nama perempuan disebelahnya setelah Paman Carlo menulis nama Naura di sebuah buku agar memudahkan Aiden untuk mengucapkannya.
Aiden pun mengucapkan ijab kabul dengan begitu tenang dan tegas, dengan Paman Carlo yang menjadi saksi karena Paman Carlo adalah saudara dari Ayah Naura. Setelah mengucapkan ijab kabul, Aiden menatap perempuan yang ada disampingnya, perempuan yang saat ini sudah menjadi istrinya.
Naura menyalami tangan Aiden, lalu Aiden mengecup kening Naura, pertemuan singkat mereka saat ini berubah menjadi pertemuan seumur hidup, di mana mereka sudah sah menjadi suami istri.
"Akhirnya Naura sudah menikah, jadi dia gak akan godain suami-suami kita," ucap Ibu-ibu tersebut.
"Aiden, ingat ya jaga istri kamu itu, awas aja kalau dia sampai godain suami kita," ucap salah satu dari Ibu-ibu tersebut.
"Ck, saya pastikan istri saya tidak akan godain suami kalian, lagian lebih ganteng juga saya daripada suami kalian," ejek Aiden.
"Heh! kurang ajar ya kamu, cuma jadi anak buahnya Juragan Adit aja sok banget!" bentak Ibu-ibu tersebut.
"Ini sudah selesai kan?" tanya Aiden pada Ustadz dan warga yang sejak tadi memaksanya untuk menikah dengan Naura.
"Iya, sudah," jawab warga.
"Kamu mau kemana?" tanya Paman Carlo yang melihat Aiden berdiri.
"Pergi, udah gak hujan juga," ucap Aiden.
Juragan Adit mengikuti Aiden dari belakang dan tentu saja hal itu membuat orang-orang disana bingung karena seolah-olah Aiden adalah bos dan Juragan Adit adalah anak buahnya.
Aiden berhenti lalu melihat ke belakang, di mana Naura yang masih duduk di kursinya. "Heh," panggil Aiden pada Naura, sayangnya Naura tidak sadar jika Aiden memanggilnya.
"Siapa namanya tadi?" tanya Aiden pada Juragan Adit.
"Naura," jawab Juragan Adit.
"Naura," panggil Aiden.
Naura yang merasa namanya dipanggil pun menoleh ke belakang, "Ada apa?" tanya Naura.
"Ck, kau ikut aku gak? atau kau mau disini?" tanya Aiden.
"Kemana?" tanya Naura.
"Ya, pulang," jawab Aiden.
"Gak usah, Naura pulang sama saya," ucap Bibi Aulia.
Mendengar perkataan Bibi Aulia, Naura pun akhirnya berdiri dan menghampiri Aiden. "Aku ikut kamu," ucap Naura.
"Heh Naura! enak aja kamu pergi dari rumah, kamu harus tinggal di rumah Bibi ya," ucap Bibi Aulia.
"Gimana?" tanya Aiden pada Naura.
"Gak mau," jawab Naura dnegan menggelengkan kepalanya.
"Naura gak mau, jadi Naura pulang sama saya. Oh ya, jangan lupakan kalau Naura sekarang adalah istri saya, jadi kemanapun saya bawa Naura pergi, itu hak saya dan kalian tidak bisa menentangnya," ucap Aiden.
Setelah mengatakannya, Aiden, Naura dan Juragan Adit pergi. Mereka masuk kedalam mobil milik Juragan Adit, Naura yang masuk kedalam mobil merasa heran, pasalnya Aiden dan dirinya duduk di kursi penumpang belakang sedangkan Juragan Adit duduk di kursi penumpang depan sebelah supir.
.
.
.
Bersambung.....