"Nak!" panggil Pak Basuki. "Masih belum rela, ya. Calon suami kamu diambil kakak kamu sendiri?"
Sebuah senyum tersungging di bibir Sashi, saat ini mereka sudah ada di sebuah restoran untuk menunggu seseorang.
"Ya sudah, mending sama anak saya daripada sama cucu saya," kata sang kakek.
"Hah?" kaget Sashi. "Cucu? Maksudnya, Azka cucu eyang, jadi, anaknya eyang pamannya Mas Azka?"
"Hei! Jangan panggil Eyang, panggil ayah saja. Kamu kan mau jadi menantu saya."
Mat!lah Sashi, rasanya dia benar-benar tercekik dalam situasi ini. Bagaimana mungkin? Jadi maksudnya? Dia harus menjadi adik ipar Jendral yang sudah membuangnya? Juga, menjadi Bibi dari mantan calon suaminya?
Untuk info dan visual, follow Instagram: @anita_hisyam TT: ame_id FB: Anita Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman sang Penggoda
"Kamu ngerti apa maksud saya?" tanya Dirga, matanya menatap lurus ke arah istrinya masih dari jarak yang sangat dekat, entah kenapa, sikap ini seolah menjadi tindakan dia untuk menekan Sashi.
Meskipun enggan, Sashi mengangguk pelan, bukan dia takut, tapi, dia hanya ingin suaminya cepat menjauh. Setelah beberapa saat, Pandangannya tidak berani menatap langsung pria di hadapannya itu. Ia hanya menunduk, memperhatikan gelas susu hangat yang tinggal setengah, dan cake cokelat yang tampak menggiurkan di piring kecil porselen di depannya.
Dirga duduk bersandar di sofa, kakinya disilangkan, satu tangannya menggenggam buku berukuran sedang yang dia baca, namun perhatiannya jelas tertuju penuh pada istrinya yang tengah gelisah sendiri di seberang meja. Harusnya dia tidak terganggu, tapi sepertinya tidak bisa.
Sashi mengangkat gelas, meneguk susu perlahan, mencoba menenangkan degup jantungnya yang seolah tak bisa diajak kerja sama. Namun bukannya tenang, pikirannya justru melayang ke rentetan kenangan bodohnya sendiri.
Astaghfirullah... betapa memalukan semua ini.
Bagaimana bisa selama ini ia tidak sadar kalau Dirga—Komandan yang sering ia cela dalam hati, yang kerap ia umpat dalam chat kepada ‘suaminya’ sendiri—adalah suaminya? Sashi hampir tersedak membayangkannya kembali.
Dia masih ingat betul, bagaimana dia menjelekkan komandan Dirga pada orangnya sendiri di chat, wajahnya memerah seperti udang rebus.
Dirga menoleh, menyadari perubahan warna wajah istrinya. Alisnya hampir tertaut. Ia bangkit dari tempat duduknya, lalu menghampiri meja. Sashi, yang menyadari kehadiran pria itu kian mendekat, buru-buru meneguk susu dalam gelasnya sampai tandas, dia tidak berani menatap suaminya.
Tak lama, Suara langkah kaki Dirga berhenti tepat di hadapannya. Pria itu membungkuk membuat Sashi ingin kabur saat itu jug.
"Kenapa muka kamu merah begini?" tanya Dirga sambil menatap penasaran sang istri, meletakkan punggung tangannya di dahi Sashi.
Perempuan itu membeku, jantungnya berdetak semakin menggila. Oh Tuhan, wanita manapun pasti akan bereaksi sepertinya kalau dihadapkan dengan pria seperti ini, tapi ya tapi, Sashi benar-benar tidak bisa menggatal, dia terlalu malu untuk mengakui kalau dia yang bodoh ini adalah istrinya Dirga.
"Kayaknya tadi enggak demam, kenapa sekarang panas begini?"
"A-aku enggak panas," jawab Sashi tergagap, tapi suaranya terlalu pelan untuk didengar jelas.
Sashi ingin mengatakan kalau dia ingin kembali ke kamar, tapi ketika bibirnya baru terbuka sedikit, bibir Dirga mengecup lembut bagian atas bibirnya, dan, dia seperti menggerakkan bibirnya lebih dari sekedar kecupan.
"Ada sisa susu," ucap Dirga datar, seakan-akan yang dia lakukan barusan adalah hal biasa.
Sontak saja Sashi berdiri dengan kaku. Tubuhnya gemetar. Tanpa mengatakan apa-apa, ia langsung berlari terbirit-birit ke arah tangga.
"Lari beneran?" gumamnya sambil menjilat bibirnya pelan, seperti mencicipi rasa susu yang barusan ia ‘ambil’. Senyum miring muncul di sudut bibirnya. "Manis," katanya lirih.
Tanpa ia sadari, dari balik sudut tembok di ruang makan, Mbak Eka mengintip. Mata wanita itu menyipit, lalu buru-buru menghindar sebelum Dirga sempat menyadari kehadirannya.
Sementara itu, di lantai atas, Sashi membanting pintu kamar dan berdiri mematung di baliknya. Tangannya meraba dada, merasakan degupan jantungnya yang bergetar begitu keras, lalu berpindah ke bibirnya.
"Apa... barusan... itu ciuman? Ya Allah...," bisiknya panik, wajahnya memerah habis. "Mas Dirga?"
Kakinya membawa dia duduk di tepian ranjang, masih berusaha tetap waras ditengah gempuran suami yang terus membuatnya gelisah.
"Ini baru seminggu nikah, Sashi! Jangan murahan! Jangan jatuh cinta dulu! Jangan jadi bodoh!" gumamnya sambil menepuk pipi sendiri.
Namun matanya berkaca-kaca. Entah marah, kesal, atau... gugup yang kelewat batas.
Tok. Tok. Tok.
Tiba-tiba suara ketukan terdengar dari arah pintu. Sashi tersentak, menghapus air matanya dengan tergesa.
"Itu siapa?" tanyanya panik.
"Ini saya, Mbak Eka."
"Oh, Alhamdulillah. Aku pikir Mas Dirga," gumamnya. "Ada apa, Mbak?"
Sashi buru-buru membuka pintu. Namun begitu daun pintu terbuka, matanya membelalak sempurna, sekujur tubuhnya membeku, teriakan nyaring meledak dari bibirnya.
"Aaaaakkkhhh!"
Tubuh Sashi refleks mundur sampai dia jatuh ke belakang, matanya membelalak melihat sosok Mbak Eka yang berdiri di depan pintu, dengan satu tangan memegang nampan perak, yang di atasnya ada sebuah .....
"Mbak .... A-Apa yang Mbak lakukan?"
apa fpto ibu mbak ika dan bapaknya dirga???
penasarannnn...
❤❤❤❤❤
foto siapa ya itu?
❤❤❤❤❤❤
apa yg dibawa mbak eka..
moga2 dirga segera naik..
❤❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
mending pulang ke rumah mertua yg sayang banget ama sashi..
❤❤❤❤❤