NovelToon NovelToon
Obsession (Cinta Dalam Darah)

Obsession (Cinta Dalam Darah)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ricca Rosmalinda26

Seorang mafia kejam yang menguasai Italia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki sisi gelap serupa dengannya. Mereka saling terobsesi dalam permainan mematikan yang penuh gairah, kekerasan, dan pengkhianatan. Namun, di antara hubungan berbahaya mereka, muncul pertanyaan: siapa yang benar-benar mengendalikan siapa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ricca Rosmalinda26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebenaran yang (Tidak) Terungkap

Giovanni duduk di kantornya dengan ekspresi tajam, matanya terpaku pada laporan yang baru saja ia terima dari anak buahnya.

Tidak ada catatan tentang Valeria.

Tidak ada akta kelahiran, tidak ada dokumen identitas, bahkan tidak ada jejak transaksi yang bisa mengarah padanya. Seolah wanita itu adalah hantu yang tiba-tiba muncul ke dunia ini.

Namun, satu hal menarik perhatiannya.

Ada catatan tentang seseorang yang menghilang bertahun-tahun lalu—seorang gadis yang diyakini tewas dalam pembantaian sebuah keluarga mafia kecil di Perancis.

Nama keluarga itu telah dihapus dari sejarah kriminal Eropa, tetapi satu detail membuat Giovanni merasa tidak nyaman.

Satu-satunya korban yang tidak pernah ditemukan adalah putri mereka.

Dan nama putri itu… Valeria.

Giovanni tersenyum tipis. “Jadi, kau punya rahasia, huh?”

Dia meraih ponselnya dan mengirim pesan kepada seseorang.

"Kita perlu berbicara. Aku punya sesuatu yang menarik untukmu."

Sementara itu, Dante masih tenggelam dalam pikirannya. Ia memandangi Valeria yang berdiri di balkon apartemennya, angin malam meniup rambutnya dengan lembut.

Selama ini, ia selalu bisa membaca seseorang. Mengetahui kelemahan mereka, memahami tujuan mereka.

Tapi Valeria…

Wanita itu adalah misteri yang bahkan ia sendiri tidak tahu apakah ia ingin mengungkapkannya atau membiarkannya tetap menjadi teka-teki.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" suara Valeria memecah keheningan.

Dante meneguk minumannya sebelum menjawab, "Aku hanya berpikir… tentang siapa kau sebenarnya."

Valeria berbalik, tersenyum penuh arti. “Kau takut menemukan jawabannya?”

Dante mengangkat alisnya. “Haruskah aku takut?”

Valeria tertawa kecil, lalu berjalan mendekat. “Mungkin.”

Dia menyentuhkan jarinya ke dada Dante, merasakan detak jantungnya. “Atau mungkin, kau hanya takut bahwa kau akan semakin jatuh dalam permainan ini.”

Dante tidak menjawab.

Karena untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tidak yakin apakah ia adalah pemain dalam permainan ini—atau hanya bidak yang sedang digerakkan oleh Valeria.

Beberapa jam kemudian, Giovanni berdiri di sebuah gudang tua di luar kota. Di hadapannya, seorang pria dengan wajah penuh luka duduk terikat di kursi, tubuhnya gemetar ketakutan.

Pria itu adalah salah satu dari sedikit orang yang selamat dari pembantaian keluarga Perancis bertahun-tahun lalu.

Giovanni mengeluarkan pisau dan mengarahkannya ke dagu pria itu. “Katakan padaku, apa yang kau tahu tentang Valeria?”

Pria itu menelan ludah, matanya dipenuhi ketakutan. “Valeria… dia bukan manusia.”

Giovanni mengernyit. “Jangan bicara omong kosong.”

Pria itu menggeleng, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku bersumpah, dia bukan manusia biasa. Dia melihat keluarganya dibantai, tetapi dia tidak menangis. Dia hanya berdiri di sana… tersenyum.”

Giovanni tetap diam.

Pria itu melanjutkan dengan suara bergetar. “Dan setelah itu, satu per satu orang yang terlibat dalam pembantaian itu… mereka menghilang. Tidak ada yang tahu siapa yang membunuh mereka. Tidak ada jejak. Hanya desas-desus… bahwa seseorang sedang memburu mereka dari bayang-bayang.”

Giovanni menatap pria itu dalam-dalam, sebelum akhirnya tersenyum tipis.

“Jadi, Valeria bukan sekadar wanita misterius.” Ia berbalik dan berjalan ke pintu keluar.

Sebelum pergi, ia menambahkan, "Dia adalah hantu dari masa lalunya sendiri."

Di apartemennya, Valeria duduk di depan meja, memainkan sebuah pisau kecil di tangannya.

Di hadapannya, sebuah ponsel menyala dengan layar terbuka—merekam percakapan Giovanni dengan pria tadi.

Senyum kecil muncul di wajahnya.

Giovanni berpikir dia sedang memburu Valeria.

Tapi Valeria tahu segalanya lebih dulu.

---

Giovanni duduk di ruang kantornya, menatap segelas anggur yang ia putar di tangannya. Laporan-laporan tentang Valeria berserakan di atas meja.

Ia telah menghabiskan waktu berminggu-minggu mencoba memahami wanita itu. Siapa dia? Dari mana asalnya? Apa yang ia inginkan?

Dan kini, ia tahu jawabannya.

Valeria bukan sekadar pion dalam permainan ini. Dia bukan sekadar wanita yang berada di sisi Dante.

Dia adalah permainan itu sendiri.

Giovanni tersenyum pahit. Dan aku sudah terlalu dalam untuk mundur.

Tapi sebelum ia bisa mengambil ponselnya, sebelum ia bisa memberi peringatan pada siapa pun—

Lampu di kantornya tiba-tiba padam.

Keheningan menyelimuti ruangan.

Giovanni bangkit dari kursinya dengan waspada. Tangannya secara refleks meraba-raba meja, mencari pistol yang selalu ia simpan di dekatnya.

Suara langkah kaki terdengar di belakangnya.

Dan kemudian—

"Kau akhirnya menemukanku, Giovanni."

Suara itu halus, tetapi membawa ancaman yang tajam.

Giovanni berbalik dengan cepat, mengangkat pistolnya—

Tapi yang ia lihat hanyalah bayangan sebelum sesuatu menembus dadanya.

Pisau.

Ia terhuyung, menatap ke bawah, melihat darah mengalir dari lukanya.

Di hadapannya, Valeria berdiri dengan tenang, memegang gagang pisau yang masih tertanam di tubuhnya.

Matanya penuh kegilaan. Tapi juga kemenangan.

Giovanni berusaha berbicara, tetapi hanya darah yang keluar dari mulutnya.

Valeria menatapnya dengan lembut, hampir seperti seorang kekasih yang mengucapkan selamat tinggal.

“Kau ingin tahu siapa aku?” bisiknya.

Ia menarik pisaunya dengan perlahan, menyebabkan Giovanni jatuh berlutut.

Valeria berjongkok di depannya, mengangkat dagunya dengan ujung pisau yang masih berlumuran darah.

“Aku adalah akhir dari semua pertanyaanmu.”

Giovanni mengerjap, tubuhnya mulai kehilangan kekuatan.

Valeria tersenyum tipis. “Dan sayangnya, kau tidak akan hidup cukup lama untuk menceritakan jawabannya.”

Dengan satu gerakan cepat, ia menggorok leher Giovanni, membiarkan darahnya mengalir membanjiri lantai.

Giovanni Rizzo, salah satu tokoh paling berkuasa di dunia kriminal Italia, jatuh ke lantai dengan mata terbuka.

Mati.

Ketika Dante tiba di kantor Giovanni beberapa jam kemudian, ia tahu apa yang akan ia temukan.

Mayat Giovanni tergeletak di lantai, darahnya sudah mulai mengering.

Di sampingnya, tergeletak sebuah kartu kecil dengan tulisan tangan yang rapi:

"Aku hanya menyelesaikan apa yang kau mulai."

Dante mengambil kartu itu, matanya gelap.

Ia tahu siapa yang melakukannya.

Ia tahu Valeria ada di balik semua ini.

Dan yang lebih gila lagi…

Ia tidak bisa memutuskan apakah ia harus menghentikannya, atau mengaguminya lebih lagi.

Dante berdiri di atas tubuh Giovanni yang kini tak bernyawa, matanya terpaku pada pesan yang ditinggalkan Valeria.

"Aku hanya menyelesaikan apa yang kau mulai."

Ia menutup matanya sejenak, menghela napas panjang. Dia benar-benar melakukannya.

Dante sudah memperkirakan bahwa Valeria akan mengambil tindakan sendiri. Tapi membunuh Giovanni secara langsung? Itu sesuatu yang bahkan ia sendiri mungkin akan berpikir dua kali untuk melakukannya.

Ia menyelipkan kartu itu ke dalam sakunya, lalu berbalik menuju pintu keluar.

"Boss, apa yang harus kita lakukan?" tanya Luca, tangan kanannya, yang baru saja masuk ke ruangan.

Dante tidak langsung menjawab. Ia berjalan melewati anak buahnya, keluar dari gedung tempat mayat Giovanni tergeletak, lalu menatap langit malam yang gelap.

"Aku akan menemukannya," katanya akhirnya.

Luca mengernyit. "Dan setelah itu?"

Dante tersenyum tipis. "Kita lihat nanti."

Di sebuah vila tersembunyi di luar kota, Valeria duduk di atas ranjang, memainkan pisau kecil di tangannya.

Ia tahu Dante akan datang mencarinya.

Bukan karena ia ingin membalas dendam atas kematian Giovanni. Tapi karena ia ingin tahu.

Ia ingin tahu apakah Valeria melakukannya karena perintah Dante… atau karena alasan yang lebih dalam.

Dan yang lebih penting—Dante ingin tahu apakah ia bisa mengendalikan Valeria… atau justru sebaliknya.

Valeria tertawa kecil, memikirkan kemungkinan itu.

Dante mungkin berpikir dia adalah pemimpin dalam hubungan ini.

Tapi Valeria tahu yang sebenarnya.

Dante mungkin adalah raja dalam dunia mafianya…

Tapi Valeria adalah tangan yang menggerakkan bidaknya.

Dante menemukannya lebih cepat dari yang Valeria perkirakan.

Malam itu, Valeria sedang menikmati segelas anggur di balkon vila ketika ia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.

Ia tersenyum tanpa berbalik. "Kau lebih cepat dari yang kuduga."

Dante melangkah mendekat, tangannya dimasukkan ke dalam saku jasnya. "Kau membuatnya terlalu mudah."

Valeria menoleh, matanya berkilat dalam kegelapan. "Aku ingin kau menemukanku."

Dante diam sejenak, menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Kenapa kau membunuh Giovanni?" tanyanya akhirnya.

Valeria mengangkat bahu. "Dia sudah mulai menyadari terlalu banyak hal. Lagipula, aku tidak suka ketika seseorang menguntitku seperti seorang pengecut."

Dante tersenyum tipis, tetapi matanya tetap tajam. "Apa kau melakukannya untukku?"

Valeria tertawa kecil. "Dante, sayang… aku tidak membunuh siapa pun untuk orang lain."

Ia bangkit, berjalan mendekat, hingga jarak mereka hanya beberapa inci.

"Aku membunuhnya karena aku ingin," bisiknya. "Dan aku tahu, jauh di dalam hatimu, kau tidak keberatan."

Dante tidak menjawab.

Karena Valeria benar.

Ia seharusnya marah, seharusnya merasa dikhianati. Tapi yang ia rasakan justru sebaliknya.

Ia merasa… terpikat.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Valeria, menantangnya.

Dante menatapnya dalam-dalam, lalu mengangkat tangannya, menyentuh dagunya dengan lembut.

"Aku akan memastikan kau tetap di sisiku," jawabnya.

Valeria tersenyum licik. "Dan jika aku mencoba pergi?"

Dante menundukkan wajahnya, membisikkan kata-kata itu tepat di telinganya.

"Aku akan memburumu, seperti kau memburu mangsamu."

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Valeria merasa sesuatu yang baru—bukan ketakutan, tapi antisipasi.

1
nurzzz
ceritanya bagus banget semoga bisa rame yah banyak peminatnya
nurzzz
wow keren
nurzzz
wah keren
Naira
seruuu kok ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!