"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose! Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Kau telah merampas posisi Rose sebagai istriku!"
"Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh! Dia tetaplah perusak rumah tangga!"
Setiap kali Daisy melawan ucapan Lucifer, yang dia dapatkan adalah kekerasan. Meskipun begitu dengan bodohnya dia masih mencintai suaminya itu.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya!"
Kesalahpahaman, penghianatan, kebohongan. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Hati nurani yang terbutakan. Janji masalalu yang terlupakan. Dan rasa sakit yang menjadi jawaban.
Apakah kebenaran akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rose Gak Tau Malu!
Daisy segera berlari. Langkah kakinya yang tergesa-gesa dan napasnya yang berat bergema saat dia berjalan menuju tempat parkir.
Di tengah perjalanan dia berhenti sambil memegang perutnya yang terasa semakin nyeri.
"Yo, kebetulan macam apa ini? Kakakku sayang~"
Suara yang selama ini dia benci terdengar dari belakangnya. Dari nada bicara di belakangnya, dia tahu bahwa ekspresinya pasti mengejek.
Daisy berbalik dan melihat Rose mengenakan blazer krem yang dipilih Lucifer untuknya.
"Ya, itu benar-benar suatu kebetulan," jawab Daisy.
Rose perlahan mendekatinya dan menepuk pundak Daisy, lalu berkata, "Aku tidak tahu kalau kamu sudah keluar dari rumah sakit. Kalau aku tahu, aku akan membiarkan Lucifer menjemputmu.."
"Hanya kita berdua di sini, kapan kau akan berhenti berpura-pura?" ucap Daisy dengan ekspresi dingin.
Wajah Rose menjadi gelap, dan berkata sambil menyeringai, "Kau tidak akan bisa menang melawanku, Daisy. Aku tidak pernah menganggap mu sebagai musuhku, meskipun kedua Ibu kita terlihat bermusuhan. Dan itu masih berlaku sampai sekarang.."
Daisy mengepalkan tangannya, Rose sengaja mengungkit masalah keluarga hanya untuk memprovokasi Daisy.
"Saat itu aku dipaksa meninggalkan Lucifer hanya untuk diambil olehmu. Aku ingin mendapatkan kembali semua yang seharusnya menjadi milikku!" lanjut Rose.
"Semuanya milikmu? Empat tahun lalu, mengapa kau meninggalkan Lucifer jika kau benar-benar mencintainya? Kau tahu kebenarannya. Kau tidak pernah mencintainya dan sekarang kau ingin mengakuinya? Bukankah kau berkencan dengannya agar kau bisa mendapatkan uang untuk melunasi hutang Ibumu?" ucap Daisy membuyarkan lamunan Rose.
Sama seperti Daisy yang sempat terprovokasi, Rose juga mendapatkannya. Dia mengepalkan tangannya dengan geram. Tapi dia tidak bisa membiarkan Daisy menang.
"Lalu kenapa? Aku sangat mencintainya sekarang, dan dia jelas merasakan hal yang sama. Ini sudah cukup. Aku sarankan kamu menandatangani surat cerai sesegera mungkin dan jangan menunggu sampai dia membencimu lebih dari yang sudah dia lakukan!"
"Tapi semua terserah padamu jika kau mempunyai kemampuan untuk bertahan. Selagi aku mempunyai hatinya, aku tidak perlu merasa khawatir seperti mu!"
Daisy menyadari betapa ironisnya situasi ini. Dia tahu semua yang dikatakan Rose benar. Selama dia mempunyai hatinya, dia akan menang.
Mengingat Rose yang selalu bermuka dua, sebenarnya dia sedikit takut Lucifer akan semakin membencinya karena kebohongan yang diucapkan Rose.
"Aku tidak akan bercerai dengannya!" tegas Daisy yang matanya mulai memerah.
Daisy tidak ingin terus berdebat dengan orang semacam ini dan berbalik untuk pergi. Namun Rose masih belum puas dengan permainan itu.
"Aku tau Lucifer mabuk dan mengira kau adalah aku. Kau berhasil naik ke tempat tidurnya karena aku. Kau berada di posisi itu sekarang karena aku!" ucap Rose sambil menunjuk pundak Daisy dengan kasar.
"Sekarang setelah aku kembali, tentu saja aku akan mengambilnya kembali. Aku ingin kamu memiliki kehidupan yang gelisah, dan aku akan sangat senang melihatmu selalu gelisah!"
"Aku ingin kau memiliki nasib yang sama seperti Ibumu! Mati dengan perasaan gelisah!" lanjut Rose dengan tawa licik.
Daisy tersenyum, dan hal itu membuat Rose semakin geram merasa usahanya tidak berhasil. Dia ingin memprovokasi Daisy agar dia menamparnya seperti terakhir kali. Dan dia akan mengadukannya pada Lucifer agar dia semakin membenci Daisy.
"Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kau sama busuknya seperti Ibumu!" ucap Daisy sambil mengusap rambut Rose.
"Merebut suami orang, membuat fitnah agar mereka di benci.."
"Aku tau, waktu itu Ibumu tidak benar-benar sedang mengandung anak ayahku. Tapi kalian memfitnah Ibuku membuat Ibumu keguguran.."
Daisy tertawa.
"Sayang sekali kau memiliki gen kebusukan dari Ibumu.." lanjut Daisy.
Setelah itu Daisy pergi, meninggalkan Rose yang mendidih karena kebencian.
Sesampainya di rumah, Daisy bergegas ke kamar mandi. Dia mengguyur seluruh tubuhnya dengan shower. Kemudian menyentuh perutnya yang terbalut oleh plaster anti air. Matanya sedikit berkaca-kaca.
Setelah keluar dari kamar mandi, dia berjalan ke sisi tempat tidur dan membuka laci. Dia mengeluarkan jam tangan di dalamnya, yang seharusnya menjadi hadiahnya untuk Lucifer di hari jadi pernikahan mereka.
Sayangnya, dia tidak jadi memberikannya. Dia mengusap nama yang tertulis di bagian belakang jam tangan dengan ibu jarinya.
"Apakah kedepannya aku tidak akan bisa melihatnya? Apa Lucifer tidak akan pernah pulang?"
Air mata yang sejak tadi ditahannya tak mampu lagi dia bendung. Dalam kamar yang sunyi itu isak tangis menggema.