Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benih-benih rindu
"Berkorban untuk darah dagingku? Apa maksud mu?" Tanya Dave menepis tangan Vegam dari pipi Aulia.
Vegam kembali menarik tipis sudut bibirnya tanpa melepas pandangan dari Aulia. "Cari saja sendiri. Kau punya uang, kau punya kuasa. Pergunakan untuk kebutuhan mu."
Ujar Vegam menatap dalam mata Aulia. Meski Aulia tidak mengatakan kalau dia menyimpan rasa istimewa untuk pria itu. Namun Vegam tahu, kalau hati Aulia sudah menjadi miliknya. Walau pada kenyataan raga Aulia tetap milik suaminya.
Vegam berlalu pergi setelah berhasil membuat Dave kepikiran dan mulai membuka mata hati Dave.
**
Sudah seminggu setelah kejadian di rumah Dave. Vegam tak pernah menampakkan diri lagi. Mau itu di depan Aulia, atau di depan rekan-rekannya, Vegam memang tak pernah muncul.
Dave pula sibuk mulai mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di belakangnya selama ini.
Saat Dave sedang rebahan di kursi kerjanya menyandar sembari menunggu seseorang. Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu.
Tok tok.
"Masuk saja." Ucap Dave kembali duduk tegak.
"Tuan, saya membawa beberapa informasi tentang Wili." Memberikan beberapa bukti yang berhasil Lu (asisten pribadi Dave) kumpulkan.
Ternyata Dave memulai pencariannya dari Wili. Karena saat Lusia baru saja melahirkan putri mereka. Wili orang yang paling sering berada di sisi Lusia.
Tentu saja semua yang di lakukan Wili perintah dari Dave, karena Dave begitu mempercayai Wili mantan asistennya sehingga Dave tidak meragukan Wili lagi.
Dan saat kecelakaan terjadi semua orang-orang mengira kalau Wili juga sudah meninggal.
"Bukti apa? Bacakan saja."
"Baik, Tuan."
Lu mulai membuka beberapa informasi yang dia kumpulkan.
"Dari informasi yang berhasil saya kumpulkan. Sebelum terjadi peristiwa kecelakaan, Wili membawa nona Lusia ke sebuah rumah sakit bedah plastik. Di sana nona bertemu dengan seorang dokter laki-laki bernama dokter Aron."
Dave berusaha mencerna. Dokter Aron? Siapa dia? Batin Dave karena ini pertama kalinya Dave mendengar nama itu.
"Dan maaf, apa bisa saya bertanya pada anda, Tuan?" Ucap Lu.
"Apa?"
"Sebelum terjadi peristiwa kecelakaan. Apa Wili tidak masuk kerja, atau memang sedang libur dari pekerjaannya?" Tanya Lu.
Dave berusaha mengingat-ingat kejadian hari itu. Tunggu, di sini sepertinya ada yang ganjal. Bukannya waktu itu Wili bilang akan bekerja paruh waktu karena ingin bertemu dengan ibunya? Lantas kenapa Wili tiba-tiba berada di tempat kecelakaan Lusia?
Deg!
Jantung Dave berdebar-debar tak karuan. Kenapa dia baru ingat kejadian itu setelah 6 tahun berlalu. Kenapa dia baru ingat sekarang?
Mungkin karena tewasnya putrinya di tempat kejadian, dan Lusia yang mengalami luka serius bahkan sehingga menyebabkan Lusia lumpuh. Dave tidak sempat memikirkan tentang Wili yang berada di tempat kejadian, dan juga dinyatakan tewas di tempat karena tertelan ledakan api yang bahkan tulang belulangnya pun tidak ditemukan.
"Sebelum kecelakaan, apa kau mendapat informasi tentang keberadaan Wili?" Tanya Dave mulai merasa ada yang Lusia sembunyikan darinya.
"Tentu, Tuan. Saya mendapati hari itu Wili kembali ke rumah sakit tempat kerja dokter Aron. Setelah itu, almarhum Wili pergi entah kemana. Dan maaf, saya belum bisa menyusuri semuanya, Tuan. Karena sedikit sulit untuk mengumpul informasi yang sudah sangat lama."
"Tapi kalau bisa saya beri saran. Coba Tuan minta bantuan rekan Tuan," tambah Lu.
"Siapa yang kau maksud?" Tanya Dave datar mengerti ke mana arah pembicaraan Lu.
"Tuan Vegam. Jangankan mengorek informasi yang baru terjadi 6 tahun, Tuan Vegam bahkan bisa mengorek informasi yang telah terjadi puluhan tahun. Kalau Tuan mau mendengar saran saya, Tuan bisa menemui kerabat Tuan itu," ujar Lu.
"Tidak usah membahasnya. Aku tidak tertarik ingin datang ke markasnya." Dingin Dave ternyata masih menyimpan amarah mendalam dengan Vegam setelah Vegam mengakui kalau dia mencintai istrinya Aulia.
Cih! Bisa-bisanya dia menghianatiku! Dalam banyak-banyaknya perempuan di dunia ini yang bisa dia pilih. Kenapa harus istriku yang dia inginkan! Otaknya memang sudah tidak waras! Batin Dave mengepal erat kepalan tangannya seperti ingin meninjau Vegam.
"Maaf, Tuan."
Ada apa dengan Tuan Dave dan Tuan Vegam? Biasanya mereka berdua saling bertukar pikiran. Tapi kenapa kali ini Tuan Dave tidak ingin aku membahas Tuan Vegam di depannya? Batin Lu yang belum tahu apa yang terjadi di antara kerabat baik itu.
Di lain sisi. Terlihat Aulia yang sedang sibuk bekerja seperti biasa di sebuah restoran.
Ternyata dia masih belum berhenti dari pekerjaannya meski sudah menikah selama dua minggu dengan Dave.
Hanya saja Aulia sudah berhenti dari pekerjaannya di bar. Tentu saja demi menjaga nama baik suaminya yang seorang pemimpin di salah satu Perusahaan.
Aulia terlihat menarik nafas dalam seperti ada yang mengganjal hatinya.
Aku benci dengan perasaan ini. Batin Aulia.
Ternyata dia sedang berdebat dengan perasaannya sendiri. Karena walau sudah berulang kali Aulia mengingatkan pada hatinya kalau dia sudah bersuami. Dan orang yang pantas dia ingat di setiap saat semestinya Dave, bukan laki-laki lain. Namun, tidak ada yang bisa membohongi hati.
Aulia sering kali melihat ke arah pintu utama jalan masuk ke restoran dan berharap pelanggan yang datang adalah Vegam.
Aulia tidak bisa pungkiri, kalau di hatinya mulai timbul benih-benih kerinduan pada Vegam yang sudah lebih dari seminggu tidak pernah dia lihat.
Terakhir pertemuan mereka. Sewaktu Vegam mengatakan, kalau pria itu mencintainya di depan Dave secara terbuka.
"Aulia, kamu kenapa? Kok saya nggak semangat gitu?" Tanya Lidya teman di tempat kerja Aulia.
Aulia tersenyum. "Cuma lemes aja." Bohong Aulia.
Tiba-tiba timbul perasaan penasaran dalam hati Aulia ingin bertanya pada Lidya tentang Vegam. Berpikir siapa tahu saja Lidya tahu siapa Vegam.
Kan Lidya sudah lama bekerja di restoran itu. Jadi mungkin Lidya sedikit tahu tentang Vegam.
"Lid, Kamu kan udah lama kerja di sini. Apa di sini sering datang pelanggan-pelangan tetap begitu?" Tanya Aulia tidak ingin secara langsung menyebut nama Vegam.
Lidya berpikir sejenak. "Mmmm... Iya sih, di sini itu kebanyakan pelanggan VIP yang tetap. Seperti Tuan Mahendra, Tuan Julio, Tuan Fathir, Tuan Dave, dan rekan-rekannya. Pokoknya ada banyak deh yang menjadikan tempat ini favorit mereka," jawab Lidya pusing kalau ingin menyebut nama pelanggan VIP satu persatu.
"Tapi aku paling suka dengan pelanggan Tuan Dave bersama teman-temannya. Soalnya mereka itu ganteng-ganteng banget... Dengan tubuh tegak Mereka bertiga yang nyaris sempurna, fuhh... Meleleh..." Tambah Lidya tersenyum-senyum sendiri mengingat kerabat tiga sekawan itu.
"Tapi kalau dikasih pilih, aku paling suka dengan si kalem Tuan Dave di banding Tuan Zavian yang mata keranjang, dan juga si Tuan cool yang gila itu. Upssss!" Lidya menutup mulutnya sembari menoleh ke sana kemari berharap pria yang dia maksud tidak ada dan akan mendengar umpatannya.
"Selamat..." Lidya mengusap dadanya lega karena tidak melihat keberadaan Vegam.
Aulia hanya tersenyum melihat tingkah lucu Lidya.
"Kamu tahu nggak Aulia? Si Tuan gila itu, eh, maksud aku. Tuan Vegam yang paling cool di antara mereka bertiga." Lidya mendekati Aulia kemudian membisik-nya.
"Dia itu tega membunuh calon istrinya di hari pernikahannya. Dia sempat di penjara sebentar, namun tidak ada bukti yang bisa membuatnya mendekam di penjara. Hingga akhirnya dia kembali dibebaskan." bisik Lidya bercerita tentang Vegam yang sempat viral beberapa tahun yang lalu.
Jelas kabar itu membuat Aulia kaget. Dia tidak menduga ternyata Vegam seperti yang diceritakan Lidya. Karena menurut gambaran Aulia sendiri, meski Vegam laki-laki yang cenderung dingin. Namun, bersama pria itu dia merasa aman dan pertama kalinya dalam hidup Aulia dia merasakan kelembutan dari sosok seseorang selain dari ibu yang sudah lama wafat.
"Emang, kenapa dia membunuh calon istrinya?" Tanya Aulia penasaran dan sangat tertarik dengan cerita masa lalu Vegam.
"Nggak tahu juga. Tapi dengar-dengar kabar, di hari pernikahannya wanita itu tidak hadir, sehingga Tuan Vegam yang sudah lama nunggu terpaksa mencari ke apartemen calon istrinya. Nah, di sana konon katanya Tuan Vegam menemukan calon istrinya yang lagi ini, apa ya... Ya gitu, sama laki-laki lain. Kamu ngerti lah sendiri." Ujar Lidya.
"Maksud kamu, selingkuh?" Tanya Aulia kepo.
"Iya, masak nggak ngerti sih. Selebihnya aku juga nggak tahu. Ada yang bilang Tuan Vegam sendiri yang menembak calon istrinya bersama selingkuhannya hingga tewas di tempat. Ada juga yang bilang, kalau Tuan Vegam mencincang-cincang tubuh mereka. Nggak jelas juga bagaimana kejadiannya."
"Namun setelah kejadian mengerikan itu. Tidak ada wanita yang berani dekat-dekat dengan Tuan Vegam. Wanita-wanita suka ngeri kalau lihat dia, walaupun tidak dipungkiri Tuan Vegam itu gantengnya kayak dewa Yunani, ditambah tubuhnya yang nyari sempurna, wow banget deh perfect. Tapi tetap percuma, nggak ada yang berani deket-deket."
"Semenjak kejadian itu juga dia tidak pernah lagi terdengar kalau dia melibatkan diri dengan mana-mana wanita. Apalagi dengan gelarannya yang mengerikan, nggak ada cewek yang berani," Jelas Lidya panjang lebar.
Aulia sedikit ngeri mendengar cerita masa lalu Vegam. "Emang apa pekerjaannya?" Tanya Aulia masih sangat penasaran.
"Kamu nggak tahu?"
Aulia menggeleng.
"Udah, kamu cari tahu sendiri. Aku mau melayani cowok ganteng itu dulu. Dada.." ucap Lidya berlalu pergi.
Aulia masih sibuk memikirkan penjelasan Lidya tentang Vegam.
Tiba-tiba Aulia mengingat kartu nama yang pernah Vegam berikan padanya.
Dia pernah bilang, saat butuh bantuan cari aku. Apa aku minta bantuannya saja ya untuk mencari pembunuh ibuku. Karena sebelum ibuku mendapat keadilan, aku tidak akan pernah merasa tenang. Batin Aulia kembali berkaca-kaca mengingat kejadian pembunuhan mengerikan di hadapannya 12 tahun yang lalu.