“Aku bukan barang yang bisa diperjualbelikan.” —Zea
Zea Callista kehilangan orangtuanya dalam sebuah pembantaian brutal yang mengubah hidupnya selamanya. Diasuh oleh paman dan bibinya yang kejam, ia diperlakukan layaknya pembantu dan diperlakukan dengan penuh hinaan oleh sepupunya, Celine. Harapannya untuk kebebasan pupus ketika keluarganya yang serakah menjualnya kepada seorang mafia sebagai bayaran hutang.
Namun, sosok yang selama ini dikira pria tua berbadan buncit ternyata adalah Giovanni Alteza—seorang CEO muda yang kaya raya, berkarisma, dan tanpa ampun. Dunia mengaguminya sebagai pengusaha sukses, tetapi di balik layar, ia adalah pemimpin organisasi mafia paling berbahaya.
“Kau milikku, Zea. Selamanya milikku, dan kau harus menandatangani surat pernikahan kita, tanpa penolakan,”ucap Gio dengan suara serak, sedikit terengah-engah setelah berhasil membuat Zea tercengang dengan ciuman panas yang diberikan lelaki itu.
Apa yang akan dilakukan Zea selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BEEXY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 - Kejadian Mendebarkan
"Siapa?" Zea yang merasa ada keanehan segera turun dari kasur.
Kedua matanya awas menatap sekeliling. Perlahan berjalan, mengayunkan kakinya menjauh dari ranjang. Langkah demi langkah beradu dengan debaran jantung Zea yang semakin cepat. Setiap derap kaki yang seolah menggema ke seluruh kamar menciptakan atmosfer mengerikan tersendiri dalam dirinya.
Dia menggigit bibir bawahnya, segera menyentuh pintu untuk dibuka. Tangannya gemetar karena merasa siluet itu mengikutinya. Zea menelan salivanya kasar, perasaan mendebarkan yang membuat jantungnya tak terkendali.
Dia segera membuka pintu lalu berbalik dan menutupnya dan segera menguncinya. Punggung Zea menghadap pintu, dadanya naik turun merasakan ketegangan tersebut. Tubuhnya merosot ke bawah, merasakan dinginnya lantai marmer di malam hari. Zea memejamkan mata, bertanya-tanya siluet apa yang dia lihat tadi? Bayangan itu terasa mengejarnya.
Tapi, satu hal yang ada di pikirannya saat ini adalah memanggil Rosa dan Federico. Dia butuh bantuan mereka—Zea tidak menyadari kalau bodyguard yang biasanya berjaga di depan kamar menghilang. Mereka semua telah dilumpuhkan oleh orang-orang suruhan William yang berhasil menyusup.
Zea kembali bangkit, memaksakan dirinya untuk untuk berdiri. Berjalan menuju tangga dan turun untuk memanggil Rosa dan Federico. Tapi saat Zea sedang mengayunkan kakinya, gadis itu merasakan ada derap kaki ganda di belakangnya.
Seperti seseorang juga mengikutinya berjalan dari belakang.
Zea menoleh—tidak ada apa-apa, kosong dengan pencahayaan lampu temaram.
Hal tersebut membuat deru nafas Zea makin tercekat, jantungnya berdebar-debar. Dia menggigit bibir bawahnya lalu berjalan semakin kencang di saat langkah kaki itu pun juga ikut mengejarnya.
Lidah Zea terasa kelu untuk mengatakan kata 'tolong'. Jelas yang terjadi saat ini bukan halusinasi karena suara itu sangat jelas menggema di telinga Zea.
Setelah mencapai tangga, Zea segera turun dengan cepat, beberapa kali kakinya tersandung yang membuatnya hampir terjelungup ke depan.
Untung saja Zea punya pertahanan yang cukup bagus.
Langkah di belakangnya juga terasa semakin jelas. Zea tidak lagi menolak ke belakang, yang dilakukannya saat ini adalah mengumpulkan keberanian untuk memanggil Rosa dan Federico.
"Rosa ... Federico ..." Suaranya lirih bercampur dengan deru nafas yang menguasai dirinya.
Zea berusaha meraup udara yang ada di sekitarnya untuk membantu bernafas dengan baik agar dapat memanggil dengan suara yang keras.
"ROSA!! FEDERICO!!"
Tepat setelah berteriak, langkah kaki di belakangnya makin terdengar sangat jelas. Sekarang Zea memberanikan diri untuk menoleh, dan benar saja ... Ada seseorang dengan baju serba hitam, menggunakan topi dan masker berwarna hitam pula. Kini berjalan cepat mendekati Zea.
Membuat gadis itu mundur beberapa langkah, hampir terjatuh. Tapi dia segera menguatkan kembali kakinya untuk melangkah, Zea berlari kencang.
"Rosa!! Federico!" Memanggil dengan keras sembari diburu oleh nafas dan orang di belakangnya.
Zea telah melemparkan sandalnya ke belakang, kini telapak kaki polosnya mencium dinginnya marmer di malam hari. Dia terus berlari, menjatuhkan beberapa barang untuk menciptakan suara agar memancing Rosa dan Federico keluar.
Zea tidak faham. Dia baru menyadari satu hal.
Kenapa mansion malam itu sangatlah sepi? Di mana Bodyguard yang biasanya berjaga di seluruh Mansion. Dan di mana juga Rossa dan Federico yang biasanya selalu muncul di sekeliling Zea.
Hingga Zea mencapai ruang taman, di balik kaca Zea bisa melihat beberapa orang berbaju hitam di dalam Taman tersebut. Ada asap-asap halus di sekitar taman, yang Zea tidak tahu asap bekas apakah itu.
Sementara lelaki di belakangnya semakin dekat. Zea melihat ke arah dalam taman dan lelaki yang mengejarnya secara bergantian. Tidak tahu harus berbuat apa, otaknya blank.
Bagaimana cara melawan orang sebanyak itu?
Zea memejamkan matanya, berusaha menguatkan diri untuk melawan.
'ayo Zea.. kau pasti bisa, bisa,'ucapnya dalam hati.
Setelah meyakinkan dirinya, Zea mengambil langkah kuda-kuda, menatap satu persatu orang yang ada di sana, mundur beberapa langkah lalu menghembuskan nafas. Saat itulah Zea mulai berlari, memberikan satu bogeman untuk pria yang tadi mengejarnya, namun dengan mudah ditangkap oleh pria itu.
Zea terbelalak.
Kekuatan pria itu luar biasa hebat, bahkan kepalan tangan Zea seperti diremas oleh tangan besi.
"Akh.." Zea merintih kesakitan.
Pria itu langsung mendorong Zea, dari situ terlihat perbedaan kekuatan yang luar biasa antara Zea dan pria itu.
Zea mundur beberapa langkah karena dorongan yang cukup kuat dari pria itu. Nafasnya menderu, debaran jantungnya pun berdetak dengan kencang, Zea kembali melihat sekitar. Semua tatapan mata orang-orang berbaju hitam itu tepat ke arahnya.
Zea bener-bener terkepung.
Semua orang-orang berbaju hitam itu tiba-tiba mendekat, semakin dekat ... Salah satu dari mereka berusaha meraih Zea, tangannya terulur untuk menyentuh Zea.
Tapi ... beberapa saat kemudian.
Tubuh pria itu terhuyung ke samping, terjatuh terkulai di bawah.
Lalu seseorang yang menendang nya terlihat, ini adalah Federico.
Yang akhirnya muncul dengan wajah datar nya, setelah itu disusul oleh Rosa yang berlari dan mulai menghajar satu persatu dari mereka.
"Anda baik-baik saja, Nona Zea?"tanya Rosa yang keringat keringat di pelipisnya telah mengalir.
Zea mengangguk, ketegangan dan rasa takut yang mendebarkan kini mulai sirna karena kedatangan mereka.
"Tetaplah di belakang kami,"titah Federico.
Zea langsung menurutinya, selain karena merasa tidak mampu lagi melawan, tubuhnya lelah setelah berlari cukup jauh yang diiringi dengan ketakutan yang luar biasa.
Zea bersyukur akhirnya Federico dan Rosa mendengarkan seruannya tadi. "Di mana saja kalian?"
"Seseorang menaruh obat tidur ke dalam makanan kami, kesalahan kami karena teledor." Federico berucap dengan datar sembari tangannya menghajar orang-orang berbaju hitam.
Rossa ikut mengangguk, "kami merasa tidak becus untuk menjagamu. Maaf ya, tolong jangan beri tahu Tuan Altezza tentang ini."
Pertarungan yang sengit berlanjut, beberapa orang berbaju hitam itu telah mampu di tumbangkan oleh Federico dan Rossa hingga kedua pelayan Alteza itu terengah-engah.
Mulai melemah.
"Kalian baik-baik saja?"tanya Zea.
Rossa mengangguk dengan lemah, disaat itu Zea bisa merasakan kalau tenaga mereka berdua mulai habis. Sementara orang-orang berbaju hitam itu terus bertambah.
Zea menggigit bibir bawahnya. "Dari mana datangnya orang-orang ini?"
"Tidak perlu memperdulikan mereka datang dari mana, yang terpenting adalah anda selalu di belakang kami." Rossa berucap setelah kembali memberikan pukulan untuk salah satu pria berpacu hitam itu.
Zea mengangguk mantap. Dia kata tak berada di belakang mereka dan tidak berlaku bodoh.
Tapi Zea tidak menyadari. Satu orang di balik orang-orang dengan pakaian hitam itu terus melihatnya. Seolah mencari celah yang dapat membawa Zea pergi dari Mansion.
Karena kedatangan Federico dan Rossa ternyata telah diprediksi pria itu.
Pria itu lalu mengangkat tangannya, memberikan sebuah simbol yang sulit dimengerti, tapi mendadak membuat orang-orang yang berbaju hitam yang lain tiba-tiba menyerbu Federico dan Rossa.
Menciptakan ketegangan yang kembali memuncak.
Saat kedua pelayan kesayangan Alteza itu tiba-tiba tidak berdaya karena diserbu oleh banyak orang dalam kondisi mereka yang telah melemah.
Zea terbelalak melihat nya. Dia kembali mengambil langkah kuda-kuda untuk melindungi diri.
"Rosa! Federico!"ucapnya memekik, khawatir pada mereka berdua.
Namun, Zea melupakan kalo seseorang berada di belakangnya dan mengangkat belati di tangan kanannya.
"NONA ZEA!"
Meletakkan belati itu di depan leher Zea.
"LEPASKAN AKU!" Zea berdasarkan tubuhnya sesak, ujung belati berada beberapa sentimeter dari urat nadi nya.
Sekali sayatan dapat membuat gadis itu menghilang dari dunia.
Pria itu mulai mundur, menyandra Zea dan membiarkan dua pelindung Zea itu bertarung sementara pria itu membawa Zea pergi.
"NONA ZEA! TIDAK!"
\=\=
Ikut deg-degan bikin part ini, woahh😱 semoga feel nya dapat. Jangan lupa like, komen dan tip nya boleh🤭🤭
*btw covernya diganti oleh Noveltoon 🙂👍
Love Bee 🍯
sedih baca part ini :(