BENIH TERTINGGAL Season 2

...Udah berapa hari libur, dan akhirnya Mak otor kembali lagi setelah sibuk di dunia Nyata🤭...

...****************...

Arrghh!!!

Rafael menjambak rambutnya sendiri, berteriak sekuat tenaga seperti seorang yang sedang frustasi.

Kali ini dirinya sudah benar-benar kalah, tidak bisa memiliki Maureen untuk dirinya. Jelas-jelas wanita itu memilih pria yang sudah menghadirkan Ethan untuknya.

Rasa marah sakit dan putus asa, selama ini dia menunggu sosok Maureen untuk bisa menerimanya.

Rafael memasuki rumah dengan lunglai, penampilannya yang biasa terlihat rapi kini begitu berantakan dan tak karuan.

Menjatuhkan tubuhnya di sofa Rafael memejamkan matanya dengan kepala bersandar di bahu sofa sekilas bayangan senyum Maureen saat-saat bersamanya begitu nyata. Rasa sesak dalam hati begitu menyayat diri.

"Aku kalah," Gumamnya dengan putus asa.

*

*

Perjalanan yang cukup jauh dan hari sudah sangat larut membuat Maureen dan Ethan terlelap di dalam mobil.

Ethan yang Noel pangku tertidur lelap, sedangkan Maureen duduk sambil menyandarkan kepalanya di jok mobil.

Noel selalu mengamati dua wajah yang tak pernah terlintas di kepalanya, namun setelah menemukan mereka wajah keduanya selalu memenuhi isi kepalanya.

Tangan kirinya meraih bahu Maureen, untuk menyandarkan Maureen pada bahunya.

"Pemandangan seperti ini jauh lebih baik." Gumam Noel sambil mengusap bahu Maureen yang justru melingkarkan tangannya pada Noel dan Ethan.

Noel tersenyum, mengecup pucuk kepala Ethan dan Maureen bergantian, hari ini ia akan membawa keduanya bersamanya tidak akan ada yang berani mengusik keduanya.

Britania raya

Maureen menatap rumah besar didepanya dengan wajah datar, dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa karena ia terlalu terkejut.

"Ayo," Noel menggenggam tangannya untuk membawa masuk, hari sudah pagi ketika Noel sudah sampai di tempat tinggal orang tuanya.

"Ini rumah siapa?" Tanyanya dalam bentuk gumaman.

"Tuan Noah." Jawab Noel singkat.

"Siapa itu ayah?" Tanya Ethan yang sejak tadi menatap takjub rumah besar didepan matanya, seperti rumah besar-besar yang sering dia lihat didalam televisi.

"Itu ayahnya ayah, Ethan mau tidak ketemu mereka." Noel meriah tubuh kecil putranya untuk di gendong.

"Hu'um, apa mereka baik?"

Pertanyaan polos Ethan membuat Noel terseyum, "Baik, sangat baik."

Maureen menghentikan langkahnya membuat Noel yang berjalan didepanya menoleh kebelakang, tatapan Maureen tampak gugup dengan tubuh terpaku.

"Maureen!"

Maureen menatap Noel yang menganggukkan kepala, "Jangan takut, mereka tidak akan melukai Ethan." Seolah mengerti apa yang sedang Maureen pikirkan.

"Kemarilah!" Titahnya lagi sambil mengulurkan tangannya.

Maureen bergerak perlahan, rasa takut membayangi dirinya.

Bagaimana jika orang tua Noel akan memarahinya, memakinya dan mengusirnya setelah mereka mendapatkan Ethan.

Tidak, Maureen tidak akan rela!

Namun melihat wajah Noel entah kenapa Maureen merasa yakin jika ucapan Noel tidak bohong.

"Tuan Noel." Sapa pelayan yang membukakan pintu sambil menunduk hormat.

"Ayah dan ibu ada?"

"Ada tuan, mereka sedang makan."

Noel mengangguk dan berjalan masuk sambil mengandeng tangannya.

Mata Maureen mengitari isi didalam rumah tersebut, tidak percaya jika pria malam itu adalah pria yang sangat kaya raya bahkan mewarisi keturunan darah biru.

"Bibik Celine!!"

Lengkingan suara Ethan membuat semua orang yang ada di meja makan manatap kearah sumber suara.

Sedangkan Maureen berdiri tertegun dengan tangan mencekram tangan Noel kuat.

Semua tatapan mata mengarah padanya, Maureen bisa melihat reaksi mereka saat menatapnya.

"Lebih menakutkan saat berhadapan dengan ayah" Gumam Maureen dalam hati.