Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Waktu terus berlalu, semua berjalan dengan semestinya. Tak terasa sebentar lagi Rein dan Ami akan menyelesaikan kuliah mereka.
Tentang hubungan Ami dan Aldo, kini kedua nya sudah memasuki jenjang yang lebih serius yaitu tunangan.
Aldo juga sudah mengambil alih perusahaan yang di pimpin oleh sang ayah, setelah menyelesaikan studi nya.
Setelah kejadian beberapa bulan lalu, Aldo langsung melamar Ami tanpa embel-embel mengerjai lagi.
Untuk Rein dan Davin sendiri, kedua nya memutuskan akan menikah setelah Rein wisuda.
"Bund izin ya, mau jalan sama Aldo," Rein yang sedang duduk sambil mengemil keripik, menoleh.
"Mau kemana?" Tanya Rein.
"Nonton."
Rein mengangguk mengiyakan. "Jangan lama-lama!" Pesan Rein.
"Oke bund."
Ami langsung berlalu keluar, meninggalkan Rein yang kembali fokus pada Drakor yang ia tonton di layar televisi.
1 jam berlalu....
Rein membereskan bungkus jajanan yang berserakan di atas meja, kemudian mematikan televisi nya.
Wanita itu menghela nafas, rasa bosan kini menghampiri nya. Namun beberapa detik berikutnya, Rein tersenyum ketika sebuah ide muncul.
'Mas, aku bosan banget, izin jalan-jalan ya, nanti jam 3 sore aku udah pulang.'
Setelah mengirim pesan pada sang kekasih, siapa lagi jika bukan Davin. Rein langsung beranjak menuju kamar nya untuk bersiap.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 1, berarti ia mempunyai 2 jam lagi untuk menghabiskan waktu nya sendiri.
Rein menatap diri nya di depan cermin. "Perfect." Ucap nya sambil memutar tubuh nya.
Rein memutuskan bahwa hari ini ia akan memanjakan diri sepuasnya, mumpung dia di perbolehkan oleh Davin untuk keluar sendiri.
Mobil yang Rein kendarai melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang cukup padat.
***
30 menit kemudian...
Rein sudah sampai di sebuah bangunan besar, dengan orang-orang yang berlalu-lalang keluar masuk.
"Waktu nya memanjakan diri." Ucap nya sambil tersenyum kecil.
Rein merogoh tas nya lalu mengeluarkan ponsel, untuk memberitahu Davin bahwa ia sudah berada di mall.
Bruk
Karena terlalu fokus menatap ponsel, Rein tak sengaja menabrak seseorang.
"Astaga, maaf saya nggak sengaja." Rein berucap tanpa melihat orang yang ia tabrak, karena mengambil ponsel nya yang terjatuh.
"Saya yang harus nya minta maaf, sudah nabrak kamu." Rein mengernyit heran, ketika nada bicara seorang yang ia tabrak tak asing ditelinga nya.
Saat mendongak matanya membulat, kala mendapatkan wanita yang selama ini ia hindari berada tepat di hadapannya.
"Tante Fitriana!" Gumam Rein pelan. Meskipun wanita itu menggenakan masker, namun Rein dapat mengenal jelas, bahwa ia adalah ibu sang kekasih.
Wanita yang berada di hadapan Rein tersenyum kecil di balik masker nya. "Kamu, Rein kan?" Tanya nya, sambil menoleh ke kanan-kiri.
Rein mengerjap, bukan nya wanita ini sudah mengetahui nama nya kenapa masih bertanya, dan juga kemana sifat galak yang selama ini ia perlihatkan di hadapan nya, pikir Rein heran.
"Kamu bisa ikut saya sebentar?" Tanya nya lagi.
Rein nampak berpikir sebentar, hingga akhirnya ia mengangguk. Perasaan nya mengatakan, bahwa wanita yang berada di hadapannya ini bukan wanita yang sering mencari masalah dengan nya.
Kedua nya berjalan menuju sebuah kafe yang berada di mall.
Sesampainya di sana, Rein di persilahkan duduk, lalu tak berselang lama seorang pria memakai seragam serba hitam, menghampiri wanita yang Rein yakini bukan Tante Fitriana.
"Kamu pasti bingung kenapa saya ajak kamu ke sini?" Rein mengangguk membenarkan.
"Saya Fitriani. Kembaran dari wanita yang selama ini selalu mencari masalah dengan kalian."
"Hah?"
Rein menatap tak percaya, pantas saja wajah mereka tampak sangat mirip, namun tidak dengan sifat mereka.
"T-tante ini kembaran nya Tante Fitriana?" Tanya Rein lagi untuk memastikan.
Fitriani mengangguk, ia kemudian memejamkan matanya sebentar lalu menatap pria yang sedari tadi berdiri di sisi kiri nya.
Seakan mengerti kode dari sang atasan, pria itu langsung menyerahkan sebuah map coklat.
"Kamu bisa baca ini dengan pelan-pelan, kalau kamu masih nggak percaya sama saya! Di situ juga ada sesuatu yang saya rasa kamu harus tahu!"
Rein menerima map itu dengan bingung. Bait pertama Rein baca dengan serius, hingga memasuki bait kedua Rein mengerutkan keningnya. "Tante...ini kok bisa?" Tanya Rein dengan tatapan tak percaya.
Fitriani menatap Rein, kemudian menatap map itu. "Saya aja nggak percaya apa lagi kamu! Tapi itu bisa saja terjadi kalau seseorang sudah di kuasai oleh dendam!"
Rein mengangguk membenarkan, ia kemudian lanjut membaca isi map itu. Banyak yang ingin ia tanyakan, namun ia menunda semua itu, hingga sebuah kalimat yang tercetak miring dengan huruf besar itu membuat Rein terkejut bukan main.
Rein menatap Fitriani dengan wajah yang tampak sekali kaget. "J-jadi, Tante ini ibu dari mas Davin?"
"Iya. Saya ibu kandung dari Davin, bukan kembaran saya. Cerita nya cukup panjang, nanti kapan-kapan saya ceritakan lebih detail lagi untuk kamu."
Rein yang mengetahui rahasia besar ini tentu saja syok. "Tapi, kenapa Tante kasih tau saya, kenapa nggak langsung kasih tau mas Davin aja?" Itu yang Rein pertanyakan, mengapa harus dia, yang notabene nya bukan bagian dari keluarga itu.
"Karena saya percaya, kamu bisa bantu saya untuk nyelesaiin semua ini."
"Saya telfon mas Davin, ya tan?" Ujar Rein sambil meraih ponselnya.
Fitriani menggeleng dengan cepat. "Jangan! Belum saat nya dia tahu semua ini."
Meskipun bingung, Rein langsung mengiyakan saja. "Terus, apa yang bisa saya bantu Tan?"
"Kamu cukup jaga Davin sama Ami untuk saya, nyawa mereka sedang terancam! Kamu juga harus jaga diri sendiri!" Pesan Fitriani dengan tegas. Rein dapat melihat sorot khawatir yang sangat jelas dari mata itu.
Rein langsung mengangguk tanpa ragu, ia memang harus melakukan itu. Selain karena permintaan Fitriani, tentunya ia sudah sangat menyayangi Ami dan juga Davin.
"Ingat satu hal, jangan beritahu tahu siapa-siapa kalau kamu sudah bertemu dengan saya. Kamu harus bersikap seolah-olah kita tidak pernah bertemu!"
"Iya Tan."
"Makasih Rein. Tentang hubungan kamu dan juga Davin, tenang saja, saya sudah merestui kalian. Oh iya, satu hal lagi, saya pastikan tidak ada yang akan menggangu hubungan kalian berdua." Fitriani menatap Rein sambil tersenyum kecil.
Rein merasakan darah nya berdesir dengan cepat. Selama ini ia maupun Davin sudah berusaha meminta restu dari Fitriana, namun wanita itu selalu menolak Rein mentah-mentah, bahkan berakhir mencaci wanita itu.
"Tante serius? Makasih banyak tan." Rein Tak tahu harus bereaksi seperti apa, yang pasti ia sangat bahagia.
"Sama-sama. Kalau begitu saya harus pergi dulu, sampai ketemu lagi, Rein." Rein menatap kepergian Fitriani dalam diam.
Tiba-tiba ada sebuah ketakutan yang Rein rasakan, saat mengingat ucapan Fitriani bahwa Ami dan Davin dalam bahaya.
TBC....
alay bgt
Menurut Davin tetlalu lelet utk nikahin Rein,Kenapa juga harus nunggu wisuda dulu,Bisa aja kan nikah dulu,Resepsinya baru nunggu Rein wisuda..yg penting udah di halalin Biar Fitriana gak bisa recokin lagi hubungan kalian..