NovelToon NovelToon
Tawanan Bos Tampan

Tawanan Bos Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Teddy_08

Keira Maheswari tak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis. Menjadi yatim piatu di usia belia akibat kecelakaan tragis membuatnya harus berjuang sendiri.

Atas rekomendasi sang kakak, ia pun menerima pekerjaan di sebuah perusahaan besar.

Namun, di hari pertamanya bekerja, Keira langsung berhadapan dengan pengalaman buruk dari atasannya sendiri.

Revan Ardian adalah pria matang yang perfeksionis, disiplin, dan terkenal galak di kantor. Selain dikenal sebagai seorang pekerja keras, ia juga punya sisi lain yang tak kalah mencolok dari reputasinya sebagai playboy ulung.

Keira berusaha bertahan menghadapi kerasnya dunia kerja di bawah tekanan bosnya yang dingin dan menuntut.

Namun, tanpa disadari, hubungan mereka mulai membawa perubahan. Apakah Keira mampu menghadapi Revan? Atau justru ia akan terjebak dalam pesona pria yang sulit ditebak itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teddy_08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28. Terjebak

06.00 WIB Kuta - Bali (Cerita Bramantyo)

Bramantyo melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju restoran milik Revan Halim.

Pagi ini tamunya sangat ramai. Terlihat jelas jika bisnis yang sedang dijalankan Revan melonjak naik. Dari segi profesional, ada sesal yang Bramantyo rasakan.

Pagi ini ia sedang menunggu seseorang yang sedang memiliki janji temu dengan. Tak sabar menunggu ia akhirnya memilih untuk memesan sarapan pagi terlebih dahulu.

Soup jagung dengan cincangan daging ayam melimpah beserta keju, dan juga pancake adalah pilihan menu yang dipilihnya pagi itu. Selain itu ia juga memesan jus jeruk dan juga secangkir kopi hitam pekat.

Bramantyo tampak gelisah pagi itu. Ia masih tak terima mendengar pernikahan Keira bersama Revan. Semua itu selalu saja mengganggu pikirannya. Tak jarang ia memijat keningnya yang sakit mengabaikan sekeliling.

Entah dari mana datangnya. Seketika seorang wanita cantik bertubuh seksi menghampiri dan memijit bahu Bram yang tegang. Jemari lentiknya meremas-remas bahunya dengan lembut, sehingga otot-otot yang tegang mulai mengendur.

"Gimana Boss, rasa tegangnya berkurang? Kau bisa menghubungiku kapanpun dibutuhkan. Aku akan segera datang untukmu," bisiknya.

Bramantyo memicingkan matanya. Benar pikirnya, wanita seperti Debra ada ribuan bahkan jutaan di luar sana. Tetapi perempuan seperti Keira susah di dapatkan.

Seketika Bramantyo mengusir tangan Debra yang semula mendarat di bahunya.

"Lepaskan, bukan ini tujuanku menyuruhmu untuk datang kemari," geram Bram. Matanya melotot menatap tajam ke arah Debra yang masih ternganga.

Betapa terkejutnya perempuan itu. Ia tidak menduga jika pria setampan Bram nyatanya lebih galak dari singa.

"Duduk!" perintah Bram, yang seketika dituruti oleh Debra.

Bramantyo paham betul seperti apa wanita di depannya. Ia adalah wanita penggoda sewaan Om-Om. Fatal jadinya jika ia mempercayai perempuan seperti itu.

Itu sebabnya ia berpikir, harus bersikap tegas padanya atau akan mengalami nasib yang sama dengan Revan nantinya.

"Pesan makanan di tempat yang berbeda, jangan duduk denganku. Aku tidak mau ada seorang pun melihat kita saling kenal. Pergi, dan lakukan pekerjaanmu!" perintahnya sambil melemparkan sebuah amplop kecil berwarna uang di atas meja.

"Dan dengar, setelah ini kita tidak ada urusan apapun! Dan jika kau berani macam-macam seperti pada Revan, tanganku sendiri yang akan turun tangan! Camkan itu," imbuhnya berseloroh dengan tatapan matanya yang tajam.

Debra tidak menjawab. Jantungnya bergemuruh. Ia hanya berani menundukkan kepalanya dan meninggalkan Bram ke meja lainnya.

Bramantyo kembali menatap layar ponselnya. Ia membuka galeri di dalamnya. Tersimpan banyak foto Keira di sana.

Sejak penolakan gadis itu, Bram hampir gila dibuatnya. Mungkin cinta memang tidak mengenal akal. Membuatnya semakin implusif dan memikirkan hal gila karenanya. Termasuk yang ia rencanakan pagi ini.

Seorang pelayan telah datang dan menghidangkan menu sarapan pagi yang dipesan oleh Bram. Matanya hanya sedikit berpindah, lalu kembali fokus pada ponselnya.

"Kau harus jadi milikku, Keira. Dengan cara apapun. Aku yang baik hati sekalipun mampu bersikap kejam jika kamu menolak. Aku tidak terima orang lain mengambil milikku," gerutu Bram sambil menyeruput kopinya yang masih panas dan mengeluarkan asap mengepul.

Bramantyo menghirup aromanya sebelum menyesap. Di saat bersamaan terlihat wanita yang sejak tadi ia nantikan. Ya. Keira Anandita sedang berjalan beriringan bersama Revan.

Dan yang membuat geram. Pria itu terlihat menggandeng tangannya. Sementara gadis itu hanya mengekor kemanapun ia pergi dengan kepala tertunduk.

"Mungkin kamu tertekan, Keira. Aku akan segera mengeluarkanmu dari belenggunya," gerutu Bram lirih.

Tanpa aba-aba, secepat kilat Debra menghampiri keduanya. Tiba-tiba saja ia menyerang dan mendorong tubuh Keira di depan semua orang.

"Aduuuuh …." pekik Keira mengaduh.

Tubuhnya tersungkur di lantai. Kini Bram nekad mendekati Keira. Membantunya berdiri. Kedua mata mereka saling bertatapan. Betapa terkejutnya Keira dengan kejadian itu. Ada Bram dan Debra di waktu bersamaan.

"Ada apa ini, kalian muncul bersama? Bram! Apa yang kamu rencanakan?" Revan menarik tangan Keira yang digenggam Bram.

Memperjelas ia tak suka wanita itu disentuh oleh pria maupun. Tentu itu membuat amarah Bram semakin meluap.

"Keira, kamu sadar siapa Revan? Dan kamu menerimanya? Dia tidak lah lebih baik dariku," ujar Bram dengan sengaja.

"Kau tahu Keira, kenapa aku selalu menyerangmu dan keluarga Revan? Karena dia bukan pria yang baik," seloroh Debra sok benar di depan semua orang.

Revan benar-benar merasa dipermalukan pagi itu. Di depan tamu sekaligus karyawannya di restoran miliknya sendiri.

"Dengar, ini ditempat umum! Dan kau Bram, selama ini mungkin aku seolah mengiba kepadamu untuk menyepakati projects baruku. Tapi sekarang tidak lagi. Ketegasan kepadamu! Jika kamu memiliki dendam pribadi selesaikan berdua secara laki-laki! Temui aku secara pribadi. Tidak seperti ini," terang Revan panjang lebar.

Ucapannya membuat para tamu yang sedang menikmati sarapan pagi di sana menonton keramaian yang ketiganya ciptakan seperti drama.

"Kalau kamu memang pria baik lalu kenapa kau tidak menikahiku? Hanya menjadikan aku ban serep? Dengan hubungan satu malam?" Debra berdecak kesal sambil menatap geram.

"Eh bukan salahku! Bukankah kau datang sendiri, siapa yang tidak tahu kamu wanita seperti apa?" Revan naik pitam berbicara sambil menunjuk wajah perempuan itu.

Sementara Keira, hanya diam mengamati sekeliling. Ia menghela napas dalam-dalam. Berupaya mengumpulkan kekuatan untuk mengeluarkan kata-kata.

"Sebentar, saya bingung di sini. Satu persatu kita selesaikan hari ini juga biar gak berlarut-larut. Ayo cari tempat duduk," ucap Keira. Membuat semua malu dengan sikapnya.

"Keira, mereka tidak bersikap baik," ujar Revan berbisik lirih.

"Bukan berarti orang kasar dibalas kasar, Mas. Apa bedanya kita dengan mereka," ucap Keira yang lamat-lamat terdengar di telinga Bramanantyo.

Oh astaga, kenapa dirinya merasa malu. Ia ingin menjebak bahkan terjebak oleh sikapnya sendiri. Wajahnya memerah. Seketika ia berpikir harus merubah sikap jika ingin mengambil simpati Keira.

Mereka mengekor mengikuti langkah Keira di sebuah meja yang sepi pengunjung. Letaknya di lantai dua di sudut ruangan menghadap ke jalan raya.

Keira sengaja memilih tempat hening untuk menghindari sorotan publik. Ia begitu pandai memikirkan banyak hal, meskipun bodoh dalam hal pekerjaan.

"Silahkan duduk, Bu Debra dan Pak Bram," ucap Keira dengan anggun.

Ucapannya saja berasa menjatuhkan harkat dan martabat seorang Bramantyo Baskara. Belum pernah ia seperti ini di hadapan siapapun. Seolah percaya dirinya yang menggebu-gebu runtuh seketika.

"Terimakasih," balas Bram singkat. Ia hanya menatap Keira, dan menghindari tatapan Revan.

Bagaimana tidak, ia merasa tidak bisa menjaga Keira dari pria hidung belang. Dengan anggapan, jika bisa memilikinya maka akan terlindungi. Tetapi faktanya berbeda. Gadis itu meski seringkali bersikap manja, ada sisi dewasa dalam dirinya.

"Satu persatu, silahkan sampaikan maksud dan tujuan kalian datang kemari," ujar Keira membuka perbincangan pagi itu.

Debra tersenyum kecut menatapnya, "Aku tidak ada urusan sama gadis ingusan seperti kamu! Dan aku tidak suka kamu ikut campur urusanku!"

"Akan tetapi, gadis ingusan ini sedang membela harga diri suaminya yang dihancurkan!" selorohnya tak kalah sengit.

Sedangkan Bramantyo, memilih diam sejenak terlihat sedang berpikir keras.

— To Be Continued

1
Teddy
Wah terimakasih sudah meramaikan kolom komentar.
Adinda
keira sama bram aja Thor
Teddy: makasih ya
total 1 replies
Adinda
keira keira kasihan kamu dapet suami seperti itu
Adinda
sepertinya sandiwara kakaknya pura pura bangkrut untuk merubah keira
Samantha
Cerita yang menarik, penuh emosi
Teddy: Tq Sam 🥰
total 1 replies
Samantha
seru ya
Lintang Lia Taufik
dilema
Lintang Lia Taufik
next
Lintang Lia Taufik
lanjut baca, wah makasih boom babnya ya Thor
Lintang Lia Taufik
makin seru
Lintang Lia Taufik
keren
Lintang Lia Taufik
Keren, semangat
Nina_Melo
Suka
Nina_Melo
Keren tulisannya, semangat ya. Aku tunggu Update-nya
qiuqiu
Endingnya bikin nagih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!