Sea adalah gadis yang selalu menemukan kedamaian di laut. Ombak yang bergulung, aroma asin yang menyegarkan, dan angin yang berbisik selalu menjadi tempatnya berlabuh saat dunia terasa menyesakkan. Namun, hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya bangkrut setelah usaha mereka dirampok. Impiannya untuk melanjutkan kuliah harus ia kubur dalam-dalam.
Di sisi lain, Aldo adalah seorang CEO muda yang hidupnya dikendalikan oleh keluarga besarnya. Dalam tiga hari, ia harus menemukan pasangan sendiri atau menerima perjodohan yang telah diatur orang tuanya. Sebagai pria yang keras kepala dan tak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, ia berusaha mencari jalan keluar.
Takdir mempertemukan Sea dan Aldo dalam satu peristiwa yang tak terduga. Laut yang selama ini menjadi tempat pelarian Sea, kini mempertemukannya dengan pria yang bisa mengubah hidupnya. Aldo melihat sesuatu dalam diri Sea—sebuah ketulusan yang selama ini sulit ia temukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Sea duduk di beranda vila, membiarkan angin laut memainkan helaian rambutnya. Ombak bergulung perlahan, menciptakan harmoni yang menenangkan. Namun, hatinya tetap gelisah.
Aldo sudah pergi sejak siang tadi, dan meskipun baru beberapa jam berlalu, Sea merasakan kekosongan yang aneh. Ia tidak menyangka dirinya akan begitu terbiasa dengan kehadiran pria itu.
Ponselnya bergetar di atas meja kecil di sampingnya. Dengan cepat, ia meraihnya dan melihat nama yang muncul di layar. Aldo.
“Halo?” suaranya terdengar lembut.
“Apa yang sedang kau lakukan?” suara Aldo di seberang sana terdengar tenang, namun ada sedikit kelelahan di dalamnya.
“Menikmati udara pantai,” jawab Sea jujur. “Kau bagaimana?”
“Aku baru selesai pertemuan pertama. Masih ada beberapa hal yang harus kuurus.”
Sea menggigit bibir bawahnya. “Kau baik-baik saja?”
Sejenak, Aldo terdiam. Lalu, ia menghela napas. “Aku merindukanmu.”
Jantung Sea berdebar. Ia tidak tahu harus merespons bagaimana, tapi sebelum ia bisa menjawab, Aldo sudah lebih dulu berbicara.
“Aku akan menyelesaikan semuanya secepat mungkin, lalu kembali kepadamu.”
Sea menelan ludah. “Aku menunggu.”
Ada keheningan sesaat sebelum Aldo berkata, “Jaga dirimu baik-baik.”
Telepon terputus, meninggalkan Sea dalam perasaan yang campur aduk.
Ia menatap lautan di depannya. Tenang di permukaan, namun siapa yang tahu apa yang tersembunyi di dalamnya?
Sama seperti dirinya—sama seperti Aldo.
**
Malam mulai larut ketika Sea masuk ke dalam vila. Ia baru saja hendak naik ke lantai atas ketika suara pintu diketuk.
Hatinya langsung berdebar. Aldo? Tidak mungkin. Ia bilang baru bisa pulang dalam beberapa hari.
Ragu-ragu, ia berjalan ke arah pintu dan mengintip dari jendela samping.
Seorang pria berdiri di sana. Wajahnya tidak dikenali Sea, tetapi penampilannya rapi, dengan jas yang tampak mahal.
Siapa dia?
Dengan hati-hati, Sea membuka pintu sedikit. “Ya?”
Pria itu tersenyum tipis. “Selamat malam, Nona Sea. Saya Richard.”
Sea mengernyit. Nama itu tidak familiar. “Maaf, saya tidak mengenal Anda.”
Richard tetap tersenyum, tetapi tatapannya tajam. “Saya datang mewakili seseorang.”
Sea semakin waspada. “Mewakili siapa?”
Pria itu memasukkan tangannya ke dalam saku jasnya, lalu mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyerahkannya pada Sea.
Dengan tangan sedikit gemetar, Sea menerimanya dan membaca tulisan di atasnya.
Hugo Pradana.
Sea tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya, tetapi entah kenapa, bulu kuduknya meremang.
“Siapa dia?” tanya Sea dengan suara pelan.
Richard menatapnya dengan senyum tipis yang sulit diartikan. “Seseorang yang ingin bertemu dengan Anda. Dan saya di sini untuk memastikan Anda bisa bertemu dengannya.”
Sea merasakan ketegangan menjalari tubuhnya. Sesuatu tentang ini terasa salah.
“Aku tidak tertarik,” jawabnya cepat, lalu mencoba menutup pintu.
Namun sebelum pintu tertutup sepenuhnya, Richard menahan dengan satu tangan.
“Apakah Anda yakin?” suaranya terdengar halus, tetapi ada nada ancaman tersembunyi di dalamnya.
Sea menatapnya tajam. “Pergilah, atau aku akan menelepon polisi.”
Richard menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya mengangkat kedua tangannya, mundur selangkah. “Baiklah, Nona Sea. Saya tidak akan memaksa.”
Sea menutup pintu dengan cepat dan menguncinya.
Jantungnya berdebar kencang.
Siapa Hugo Pradana?
Dan kenapa ia ingin bertemu dengannya?
Sea mengeratkan genggamannya pada kartu nama di tangannya, perasaan was-was mulai menguasai hatinya.
Di luar, angin laut berhembus lebih kencang.
Seakan membawa pertanda bahwa gelombang baru akan segera datang.
Sea berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan perasaan tidak tenang. Malam di tepi pantai biasanya membawa ketenangan, tetapi kali ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Ia menatap kartu nama di tangannya, membaca nama Hugo Pradana berulang kali. Nama itu tidak familiar, tetapi tatapan Richard tadi membuatnya yakin bahwa ini bukan sekadar pertemuan biasa.
Siapa orang itu? Apa hubungannya dengan Aldo?
Sea ingin menelepon Aldo, tetapi sesuatu menahannya. Ia tahu pria itu sedang sibuk, dan ia tidak ingin membuatnya khawatir. Namun, perasaan was-was terus menghantuinya.
Ia akhirnya mengambil keputusan.
Dengan tangan sedikit gemetar, Sea mengambil ponselnya dan mencari nama yang bisa membantunya. Setelah beberapa saat ragu, ia mengetik pesan.
Sea: Wina, aku butuh bantuanmu. Bisa bicara sekarang?
Tak butuh waktu lama sebelum sahabatnya membalas.
Wina: Ada apa? Kau baik-baik saja?
Sea: Aku baru saja kedatangan seseorang bernama Richard. Dia bilang mewakili seseorang bernama Hugo Pradana. Kau pernah dengar nama itu?
Beberapa menit berlalu tanpa jawaban. Sea menggigit bibirnya, merasa semakin tidak tenang.
Akhirnya, ponselnya bergetar.
Wina: Sea, kau harus berhati-hati.
Jantung Sea berdegup kencang.
Sea: Siapa dia?
Wina: Hugo Pradana itu bukan orang biasa. Dia pengusaha besar, tapi banyak rumor tentang bisnisnya yang tidak bersih. Ada yang bilang dia terlibat dengan mafia.
Sea merasakan darahnya berdesir.
Mafia?
Sea: Kenapa dia ingin menemuiku? Aku bahkan tidak mengenalnya.
Wina: Aku tidak tahu pasti, tapi jika dia sampai mengirim seseorang untuk mencarimu, itu berarti sesuatu yang besar. Kau harus bilang ke Aldo.
Sea menggenggam ponselnya erat.
Ia tahu Wina benar.
Tapi entah kenapa, firasatnya mengatakan bahwa ini berkaitan dengan Aldo. Jika memang benar, kenapa Aldo tidak pernah menyebutkan nama Hugo Pradana sebelumnya?
Pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan saat tiba-tiba ponselnya bergetar.
Panggilan masuk dari nomor tak dikenal.
Sea ragu, tetapi akhirnya menggeser ikon hijau dan menjawab.
“Halo?”
Keheningan beberapa detik sebelum suara dalam dan berat terdengar di seberang sana.
“Akhirnya kita bisa berbicara, Nona Sea.”
Sea merasakan bulu kuduknya meremang.
“Siapa ini?”
Suara di seberang sana tertawa kecil. “Kau sudah tahu namaku. Aku Hugo Pradana.”
Sea menelan ludah. “Kenapa kau mencariku?”
“Kau adalah seseorang yang penting bagi Aldo.” Nada suaranya tenang, tetapi ada sesuatu yang membuat Sea tidak nyaman. “Dan aku ingin berbicara tentangnya.”
Sea mengepalkan tangannya. “Jika kau punya urusan dengan Aldo, kenapa tidak menemui dia langsung?”
Tawa kecil kembali terdengar. “Karena aku tahu, kau bisa menjadi kunci.”
Jantung Sea berdebar semakin kencang.
“Apa maksudmu?”
“Temui aku, Sea. Aku janji, ini hanya percakapan biasa. Jika tidak… aku tidak bisa menjamin segalanya akan tetap baik-baik saja.”
Sea mencengkeram ponselnya lebih erat. “Apakah ini ancaman?”
“Bukan ancaman,” jawab Hugo santai. “Hanya saran… sebelum sesuatu terjadi pada orang yang kau sayangi.”
Dada Sea terasa sesak.
Ia tidak tahu siapa sebenarnya Hugo Pradana, tetapi satu hal yang pasti—pria ini berbahaya.
Dan sekarang, ia harus membuat keputusan.
Haruskah ia menemui Hugo… atau memberitahu Aldo?
