NovelToon NovelToon
Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi
Popularitas:105
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ibadurahman

Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang.

Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya.

Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ibadurahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4.

...Yui Nakahara...

Keesokan harinya, kabar tentang Yuki yang berhasil mengalahkan Yuya telah menyebar di seluruh kelas 1.

Saat Yuki berjalan menuju kelas, dia bisa merasakan banyak tatapan yang tertuju padanya. Bisik-bisik terdengar di sepanjang lorong. Sebagian mengaguminya, sebagian lagi merasa heran, dan beberapa mungkin masih meremehkannya.

Ketika melewati kelas 1A, Kazuya, yang biasanya selalu mencari gara-gara dengannya, hanya diam dan tidak lagi menunjukkan sikap bermusuhan.

"Menarik," pikir Yuki dalam hati. "Apa mereka sekarang melihatku berbeda?"

Tanpa terlalu mempedulikan itu, dia terus berjalan menuju kelasnya.

Di depan kelas 1B, seperti biasa, Nana dan Yuna berdiri di koridor. Tidak hanya mereka, tapi juga banyak anak kelas 1B yang berkumpul di sana, mungkin masih membicarakan pertarungan kemarin.

Saat Yuki melewati mereka, dia bisa merasakan tatapan Yuna menatap lurus ke arahnya. Namun, dia memilih untuk tidak menoleh dan hanya terus berjalan.

Yuna sedikit mengerutkan kening, penasaran dengan sikap Yuki yang seakan mengabaikannya.

Setelah melewati koridor itu, akhirnya Yuki sampai di kelas 1C, tempat Naoki dan Keisuke sudah menunggunya.

"Selamat pagi, jagoan," kata Keisuke dengan nada menggoda.

"Apaan sih?" Yuki mengernyit.

"Karena mengalahkan Yuya kemarin, nama lu cukup populer sekarang," tambah Naoki sambil tersenyum.

Yuki hanya menghela napas sambil masuk ke kelas. "Yakin tuh gue mengalahkannya? Bukannya justru muka gue yang babak belur?" katanya sambil menyentuh pipinya yang masih terasa sakit.

"Ya, walaupun dalam pertarungan kemarin Yuya lebih dominan, tetap saja hasil akhirnya yang menentukan," ujar Keisuke sambil menepuk pundaknya.

Yuki hanya mengangguk kecil, lalu duduk di bangkunya.

---

Sementara itu, di depan kelas 1B, Yuna dan Nana masih berdiri di koridor, melihat punggung Yuki yang sudah masuk ke kelasnya.

"Yuki tampan juga, ya?" ucap Yuna tiba-tiba, dengan nada menggoda.

Nana langsung menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kalau sampai lu jatuh cinta padanya, gue hajar lu," kata Nana tanpa ragu.

Yuna tertawa kecil. "Hah? Memangnya kenapa? Jangan bilang… lu yang suka sama dia?" godanya.

Nana mendengus kesal. "Bodoh," ucapnya cepat. "Gue cuma nggak suka kalau temen gue punya cowok lemah."

Yuna mengangkat alis. "Bukannya dia udah mengalahkan Yuya?" tanyanya, masih penasaran.

"Cuma beruntung," jawab Nana singkat.

Yuna tersenyum kecil, merasa Nana mulai menunjukkan ketertarikan tanpa sadar. Namun, sebelum dia bisa menggoda lebih jauh, bel masuk berbunyi, memaksa mereka untuk masuk ke kelas masing-masing.

---

Di dalam kelas 1C, Yuki baru saja duduk di bangkunya ketika tiba-tiba seseorang menarik kerah bajunya dan mendorongnya ke dinding belakang kelas.

Kelas langsung hening, semua orang melihat apa yang sedang terjadi.

Yuki menatap ke depan dan melihat Nana berdiri di depannya, menatapnya dengan ekspresi serius.

"Dengar," bisik Nana pelan, namun tegas. "Berita tentang lu mengalahkan Yuya sudah tersebar. Karena itu, lu harus lebih hati-hati."

Yuki menelan ludah, masih menunggu kelanjutannya.

"Pasti banyak orang yang bakal mengincar lu."

Yuki menatap mata Nana, mencoba mencari tahu apakah ini peringatan biasa atau ada sesuatu yang lebih serius di baliknya.

"Dan satu hal lagi, jangan sampai berurusan dengan kelas 1G," lanjut Nana dengan suara yang lebih rendah, hampir seperti perintah.

Yuki mengerutkan kening. "Memangnya kenapa?" tanyanya penasaran.

Tanpa menjawab, Nana menarik kerahnya lagi dan mendorongnya lebih keras, membuat Yuki semakin terdorong ke dinding.

Itu bukan serangan, hanya peringatan agar dia tidak banyak bertanya.

Yuki akhirnya mengangguk pelan, menunjukkan bahwa dia mengerti.

Baru setelah itu, Nana melepaskan genggamannya dan kembali ke tempat duduknya tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.

Kelas yang sempat hening mulai kembali normal, tapi beberapa siswa masih melirik ke arah Yuki dengan ekspresi penasaran.

Sambil merapikan bajunya yang kusut, Yuki duduk kembali dan menghela napas.

"Sekarang kelas 1G, huh?" pikirnya dalam hati.

Entah kenapa, peringatan Nana justru membuatnya semakin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di sekolah ini…

**

Saat jam pulang tiba, matahari mulai tenggelam, Yuki berjalan sendirian menuju kontrakannya. Udara sore terasa sejuk, namun suasana di gang yang harus dilewatinya terasa berbeda.

Langkahnya terhenti saat melihat sekelompok orang menghadang jalannya.

Di antara mereka, Yui Nakahara berdiri di tengah dengan tangan bersedekap. Wajahnya yang biasanya terlihat imut dan manis, kini memancarkan aura berbahaya.

Melihat situasi yang berbahaya, Yuki memilih untuk berbalik arah, namun begitu dia berbalik, sekelompok orang lain sudah menunggu di belakangnya. Geng kelas 1F telah mengepungnya sepenuhnya.

Mereka tidak hanya terdiri dari laki-laki, tetapi juga perempuan, semua memasang ekspresi garang. Beberapa dari mereka memegang stik baseball dan gesper yang dililitkan di tangan, jelas bersiap untuk menghajarnya.

Yuki menarik napas dalam.

"Jangan panik."

Perlahan, mereka mulai melangkah mendekat.

BAM!

Pukulan keras menghantam pundaknya dari belakang, membuatnya tersungkur ke tanah. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, Yuki menggertakkan giginya, memaksa dirinya untuk bangkit.

Namun, pukulan berikutnya sudah datang.

Kali ini, Yuki berhasil menghindar dan menarik salah satu dari mereka ke depan, membuat orang itu terkena pukulan yang seharusnya ditujukan untuknya.

Melihat celah itu, Yuki langsung melawan.

TINJUAN KANAN!

Satu orang terjatuh.

TENDANGAN KIRI!

Yang lain tersungkur.

Namun, jumlah lawan terlalu banyak. Mereka menyerang dari segala arah, tanpa henti. Meski Yuki mampu menjatuhkan beberapa orang, tubuhnya terus dipukul, ditendang, dan dihantam dari berbagai sisi.

Yui yang menyaksikan dari belakang mulai terkejut.

"Dia kuat?" gumamnya dalam hati.

Namun, kekuatan saja tidak cukup melawan jumlah yang tidak seimbang.

PLAKK!

Sebuah tongkat baseball mendarat tepat di kepala Yuki. Pandangan Yuki langsung menghitam .Tubuhnya ambruk ke tanah.

Namun, anak-anak kelas 1F tidak berhenti. Mereka terus menghajarnya tanpa ampun, menendang dan memukul tubuhnya yang sudah tak berdaya.

Sampai akhirnya, "Cukup." Suara Yui terdengar tegas. Semua orang langsung menghentikan pukulan mereka dan melangkah mundur.

Yui menatap tubuh Yuki yang tergeletak di tanah, napasnya terengah-engah, tubuhnya penuh luka dan memar.

"Bubar." Ucap yui.

Tanpa ada yang berani membantah, anak-anak kelas 1F mulai bubar, meninggalkan Yuki tergeletak sendirian di gang yang gelap.

---

Beberapa saat kemudian, Cahaya terang menusuk mata Yuki. Kelopak matanya berkedut sebelum perlahan terbuka. Dia menatap langit-langit putih, suara mesin medis terdengar samar.

"Masih hidup lu?" Suara Naoki terdengar di sampingnya.

Yuki menoleh, melihat Naoki dan Keisuke berdiri di dekat ranjangnya dengan ekspresi serius. Dia mencoba bangkit, tetapi rasa sakit langsung menusuk tubuhnya**, membuatnya mengerang.

"Jangan gerak, bodoh," ucap Keisuke, mencegahnya dengan menekan bahunya. Yuki menyadari bahwa tubuhnya penuh perban dan plester, beberapa luka masih terasa perih.

"Di mana gue?" tanyanya dengan suara serak.

"Rumah sakit," jawab Naoki datar.

Yuki mengerjap beberapa kali, berusaha mengingat apa yang terjadi. Kemudian, ingatan tentang serangan geng kelas 1F mulai kembali.

"Siapa yang bikin lu kayak gini?" tanya Naoki dengan nada serius. Namun Yuki diam sejenak.

Dia ingin menyebut nama kelas 1F, tapi, jika dia melakukannya, bisa saja ini berujung pada aksi balas dendam. Yuki tidak ingin ada perang besar antara kelas 1C dan 1F hanya karena dirinya.Akhirnya, dia menggeleng pelan.

"Gue nggak kenal mereka," jawabnya singkat.

Naoki langsung mendengus kesal. "Loe jangan bohong, brengsek! Jangan sampai orang-orang nganggep anak 1C pengecut!" ucapnya tajam.

Yuki tetap tidak bergeming. "Gue benar-benar nggak kenal mereka. Mereka semua pakai hoodie dan masker," ucapnya, mengarang cerita agar kelas 1C tidak ikut terseret dalam masalah ini. Naoki dan Keisuke saling berpandangan, ekspresi mereka tidak percaya. Namun, untuk saat ini, mereka tidak mendesaknya lebih jauh. Yuki hanya bisa menatap langit-langit, sambil berpikir dalam hati.

"Apa yang harus gue lakukan sekarang?"

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!