NovelToon NovelToon
Tolong Nikahi Aku, Paman !

Tolong Nikahi Aku, Paman !

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Shanna Viarsa Darmawan melakukan kesalahan besar dengan menyerahkan kehormatannya pada Rivan Andrea Wiratama. Kepercayaannya yang begitu besar setelah tiga tahun berpacaran berakhir dengan pengkhianatan. Rivan meninggalkannya begitu saja, memaksa Shanna menanggung segalanya seorang diri. Namun, di balik luka itu, takdir justru mempertemukannya dengan Damian Alexander Wiratama—paman Rivan, adik kandung dari ibu Rivan, Mega Wiratama.

Di tengah keputusasaan, Damian menjadi satu-satunya harapan Shanna untuk menyelamatkan hidupnya. Tapi apa yang akan ia temui? Uluran tangan, atau justru penolakan yang semakin menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harinya Tiba

Shanna menatap dirinya di cermin, masih polos tanpa riasan. Hanya bathrobe membalut tubuhnya. Matahari bahkan belum terbit, tetapi ia sudah harus bersiap di kamar hotel yang disediakan khusus untuk calon pengantin. Sementara itu, Damian berada di kamar berbeda, menanti saatnya bersiap.

“Saya akan mulai merias, Nona. Silakan duduk,” ucap seorang MUA yang bahkan tak pernah Shanna bayangkan akan meriasnya di hari pernikahan. Ia adalah salah satu MUA terkenal dengan bayaran fantastis. Orang lain mungkin harus menunggu lama untuk mendapatkan jasanya, tetapi Damian hanya butuh satu minggu untuk mendatangkannya.

Saat itu juga, Shanna menyadari betapa berkuasanya calon suaminya.

Ia memejamkan mata, membiarkan sang MUA merias wajahnya dengan lembut, seakan melukis di atas kanvas. Shanna hanya bisa pasrah, mengikuti setiap instruksi. Hingga di tahap terakhir, sebuah mahkota kecil dibubuhkan di atas kepalanya, menyempurnakan tampilannya sebagai seorang pengantin.

“Hey, Shanna…” suara Willy menyapa begitu Shanna sudah sepenuhnya siap.

Ia berdiri di ambang pintu, menatap gadis itu dengan kagum.

“Wow…” Willy menghela napas, benar-benar terpukau.

Shanna tersenyum tipis. “Hai, Kak.”

“You look so pretty, Shanna.”

“Terima kasih, Kak.”

“Pak Willy, semuanya sudah siap,” ujar sang MUA.

Baiklah, saya akan mengabari yang lain. Bersiaplah, Shanna.”

Willy kemudian keluar, menutup pintu dengan rapat. Ia berjalan menuju ruangan lain untuk memberi tahu Geri, ayah Shanna, bahwa putrinya sudah siap.

Mendengar kabar itu, Geri segera menuju kamar putrinya. Ia membuka pintu perlahan dan melihat Shanna berdiri anggun dalam balutan gaun putih. Pandangannya melembut.

Waktu berlalu begitu cepat. Bayi kecilnya kini telah tumbuh dewasa.

“Shanna…” panggil Geri, suaranya sarat dengan emosi.

Shanna menoleh, matanya berbinar. “Ayah…”

Geri melangkah mendekat dan menarik putrinya ke dalam pelukan.

“Gadis kecil Ayah…” ucapnya lirih, matanya mulai berkaca-kaca.

“Ayah, jangan menangis, ya?” bisik Shanna, mencoba menahan emosinya sendiri.

Geri tersenyum kecil, mengusap punggung putrinya dengan lembut. “Waktu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin Ayah menggendongmu, mengajari langkah pertamamu… dan sekarang, Ayah harus mengantarkanmu ke altar untuk menikah.”

Shanna menggigit bibir, berusaha menahan air mata.

Geri menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Jangan menangis, Nak, riasanmu bisa luntur. Kamu adalah kebanggaan Ayah… dan Ayah ingin menyerahkanmu dalam keadaan terbaik kepada suamimu, dengan harapan ia akan menjagamu dan memperlakukanmu dengan baik.”

“Terima kasih, Ayah…” suara Shanna bergetar, lalu kembali memeluk Geri erat, seakan ingin menyerap kehangatan ayahnya sebelum benar-benar melepasnya menuju babak baru dalam hidupnya.

Geri menghela napas dalam, mencoba menenangkan diri sebelum melepaskan pelukannya. Ia lalu menatap putrinya lekat-lekat, seolah ingin mengingat setiap detail momen ini.

"Sudah siap, Nak?" tanyanya lembut.

Shanna mengangguk pelan. "Siap, Ayah."

Geri tersenyum, meski ada sedikit getir di matanya. Ia lalu mengulurkan tangannya, dan Shanna menyambutnya. Bersama, mereka melangkah keluar kamar, menuju ballroom tempat pernikahan akan digelar.

Di luar, Willy sudah menunggu bersama beberapa panitia. Begitu melihat Shanna keluar, ia segera memberi isyarat kepada tim musik untuk bersiap.

"Semuanya sudah siap. Pengantin pria juga sudah berada di altar," lapor Willy.

Shanna menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Ia bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat.

"Ayo, Nak. Damian sudah menunggu," ujar Geri sambil menggenggam tangan putrinya lebih erat.

Pintu ballroom yang megah mulai terbuka perlahan, memperlihatkan suasana dalam ruangan yang sudah dihiasi dengan begitu indah. Karpet putih terbentang di sepanjang lorong, dengan rangkaian bunga mewah menghiasi sisi-sisinya. Para tamu berdiri, menoleh ke arah pintu, menanti kedatangan pengantin wanita.

Damian, yang berdiri di depan altar, menatap ke arah pintu dengan ekspresi tenang. Namun, jika diperhatikan lebih saksama, ada sedikit ketegangan dalam sorot matanya.

Saat Shanna melangkahkan kaki memasuki ballroom, semua mata tertuju padanya. Gaun putihnya memancarkan keanggunan, sementara mahkota kecil di kepalanya menambah kesan bak seorang putri.

Damian menghela napas perlahan. Untuk pertama kalinya, ia merasa kehilangan kata-kata.

Shanna berjalan perlahan, mengikuti irama musik yang mengalun lembut. Tangannya masih erat dalam genggaman ayahnya.

Begitu sampai di depan altar, Geri berhenti. Ia menoleh ke Damian, lalu menatap Shanna sekali lagi sebelum menyerahkan tangan putrinya kepadanya.

"Tolong jaga putri saya dengan baik," ucap Geri, suaranya tegas namun penuh makna.

Damian menerima tangan Shanna, lalu mengangguk mantap. "Saya berjanji."

Shanna menatap Damian, mencoba membaca ekspresi pria itu. Ada sesuatu dalam tatapannya yang berbeda kali ini—bukan hanya sikap formal dan dingin seperti biasanya, tetapi ada ketegasan dan komitmen yang nyata.

Mereka berdua kini berdiri di hadapan penghulu.

Acara sakral itu pun dimulai.

Pagi itu, di bawah sinar mentari yang hangat, ratusan pasang mata menjadi saksi bahwa Shanna kini telah resmi menyandang nama keluarga Wiratama. Kalimat ijab kabul yang diucapkan dengan lantang oleh Damian telah mengikat mereka dalam janji suci.

Rasa haru menyelimuti ruangan, beberapa tamu tampak mengusap sudut mata mereka. Shanna sendiri masih berusaha mencerna semuanya. Hanya dalam hitungan detik, statusnya telah berubah. Ia bukan lagi seorang gadis biasa, melainkan istri dari pria yang begitu berpengaruh.

Namun, akad nikah hanyalah permulaan. Selepas itu, masih banyak rangkaian acara yang harus mereka lalui.

Ucapan selamat mulai berdatangan. Para tamu menghampiri mereka satu per satu, memberikan doa dan harapan terbaik. Shanna tersenyum, meski dalam hatinya masih ada sedikit ketegangan. Damian di sisinya tetap tenang, seperti biasa, menyambut setiap tamu dengan anggukan sopan dan genggaman tangan yang mantap.

Tak jauh dari mereka, Geri dan istri tampak berbincang dengan beberapa kerabat. Wajah Geri masih menyiratkan kebanggaan sekaligus keharuan. Putrinya kini telah memulai babak baru dalam hidupnya.

Di sisi lain, para panitia tengah bersiap untuk prosesi berikutnya. Ballroom yang megah semakin dipenuhi tamu, hidangan-hidangan mewah mulai disajikan, dan para fotografer bersiap mengabadikan momen berharga ini.

Shanna menarik napas panjang. Hari ini masih panjang, dan ia harus menjalani semuanya dengan anggun. Sebagai seorang istri. Sebagai nyonya keluarga Wiratama.

Namun, gejolak di perutnya tak bisa terbendung. Rasa mual yang sejak pagi ia tahan kini semakin kuat. Shanna mencengkeram tangan Damian dengan erat, mencoba menahan diri agar tidak menunjukkan kelemahannya di depan tamu-tamu yang masih mengelilingi mereka.

Damian merasakan cengkeraman itu dan segera menoleh. Dahinya berkerut melihat ekspresi Shanna yang sedikit pucat.

"Kenapa?" tanyanya pelan, suaranya sarat dengan kekhawatiran.

Shanna menelan ludah, mencoba mengatur napasnya. "Mual, Om..." bisiknya lirih.

Damian langsung sigap. Ia menoleh ke arah Willy yang berdiri tak jauh dari mereka, memberi isyarat agar segera mencari jalan keluar. Tanpa banyak bicara, Damian menggenggam tangan Shanna lebih erat, mencoba menyalurkan ketenangan meski dalam hati ia mulai cemas.

"Sebentar, kita cari tempat yang lebih tenang," ucapnya lembut, lalu membimbing Shanna menjauh sejenak dari keramaian.

1
Elza Febriati
Laaaa koq kesannya seperti damian yg keras nikahin dia, 😩 rada2 ngelunjak, semestinya banyak2 sadar diri,, dan mengambil hati damian,! Lucuuuuuu
Narata: Iyaaa ya damian duluan yang bucin wkwk karena damian udah suku duluan gasiii dari pas ketemu di kampus
total 1 replies
Dian Fitriana
update
Narata: ok kak jam 00 yaa
total 1 replies
Risma Waty
Kasihan juga sih dgn Rivan.. bukan keinginannya ninggalin Shanan. Dia dipaksa dan dibawa kabur bapaknya ke luar negeri. Rivan kan janji akan kembali menjemput Shanan. Semiga Damian ntar mengembalikan Shanan ke Rivan krn bagaimanapun anak yg dikandung Shanan adalah anaknya Rivan, otomatis cucunya Damian.
Narata: Iya sih kasihan .. Yang jahat di cerita ini adalah takdir mereka. hikss🥹
total 1 replies
Dian Fitriana
up LG thor
Dian Fitriana
update
fran
klu up yg bnyk dong .., krn klu kelamaan jd membosankan
Narata: hi kak fran, nanti author up jam 12 ya kak
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Anto D Cotto
menarik
Narata
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!