Pernikahan Arya dan Ranti adalah sebuah ikatan yang dingin tanpa cinta. Sejak awal, Arya terpaksa menikahi Ranti karena keadaan, tetapi hatinya tak pernah bisa mencintai Ranti yang keras kepala dan arogan. Dia selalu ingin mengendalikan Arya, menuntut perhatian, dan tak segan-segan bersikap kasar jika keinginannya tak dipenuhi.
Segalanya berubah ketika Arya bertemu Alice, Gadis belasan tahun yang polos penuh kelembutan. Alice membawa kehangatan yang selama ini tidak pernah Arya rasakan dalam pernikahannya dengan Ranti. Tanpa ragu, Arya menikahi Alice sebagai istri kedua.
Ranti marah besar. Harga dirinya hancur karena Arya lebih memilih gadis muda daripada dirinya. Dengan segala cara, Ranti berusaha menghancurkan hubungan Arya dan Alice. Dia terus menebar fitnah, mempermalukan Alice di depan banyak orang, bahkan berusaha membuat Arya membenci Alice. Akankah Arya dan Alice bisa hidup bahagia? Atau justru Ranti berhasil menghancurkan hubungan Arya dan Alice?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna BM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Di Ruang Sidang
Beberapa minggu Arya dalam tahanan polisi. Hari ini akan di mulainya persidangan yang harus ia hadapi.
Ruang sidang dipenuhi dengan para pengunjung yang ingin menyaksikan jalannya persidangan. Beberapa wartawan juga tampak hadir, mencatat perkembangan kasus yang cukup menarik perhatian ini. Arya duduk di kursi terdakwa dengan wajah tegang. Di sebelahnya, kuasa hukumnya tampak siap menghadapi sidang.
Di seberang, Ranti duduk dengan wajah penuh kepuasan. Ia merasa sudah memenangkan separuh pertempuran dengan berhasil membuat Arya diadili atas tuduhan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Di sampingnya, Ivana, sepupunya tampak mendukung dengan penuh semangat.
Sidang dimulai ketika hakim memasuki ruangan. Semua yang hadir berdiri, lalu duduk kembali setelah hakim memberikan isyarat.
Hakim membuka sidang dengan suara tegas. "Hari ini kita akan menggelar sidang terhadap terdakwa Arya Mahendra, atas tuduhan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jaksa, silakan mulai.”
Jaksa penuntut berdiri, lalu mulai membacakan dakwaannya. "Terdakwa Arya Mahendra telah melakukan tindakan kekerasan terhadap istrinya Ranti, dalam sebuah pertengkaran di rumah mereka. Korban mengalami luka ringan dan trauma akibat insiden tersebut. Oleh karena itu, kami menuntut terdakwa dengan hukuman dua tahun enam bulan penjara."
Suasana ruang sidang terasa tegang. Beberapa orang mulai berbisik-bisik, sementara Arya tetap diam, menahan emosinya.
Hakim lalu mempersilakan kuasa hukum Arya untuk menyampaikan pembelaan.
Kuasa hukum Arya berdiri dan berbicara dengan tenang. "Yang Mulia, kami mengakui bahwa klien kami, Arya Mahendra, memang telah terlibat dalam pertengkaran dengan istrinya. Namun, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebagai faktor yang meringankan. Pertama, insiden ini terjadi dalam kondisi emosi yang tidak stabil akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh korban, yaitu Saudari Ranti Suryanti, dengan seorang pria bernama Andi, yang merupakan teman lama dari terdakwa."
Perkataan itu langsung membuat suasana ruang sidang riuh. Beberapa orang terkejut, sementara Ranti membelalak kaget.
"Omong kosong!" seru Ranti dengan suara tinggi.
Hakim mengetuk palu tiga kali. "Tenang! Semua pihak harap menjaga ketertiban di ruang sidang."
Kuasa hukum Arya melanjutkan, "Kami memiliki bukti berupa pesan-pesan antara Ranti dan Andi yang menunjukkan bahwa mereka telah menjalin hubungan terlarang di belakang klien kami sudah lama. Selain itu, ada saksi yang melihat mereka beberapa kali bertemu di hotel dan restoran tanpa sepengetahuan Arya."
Jaksa tampak terkejut dengan pembelaan ini.
Hakim mengerutkan kening. "Apakah bukti ini sudah diserahkan kepada pihak pengadilan?"
Kuasa hukum Arya mengangguk dan menyerahkan beberapa dokumen serta rekaman percakapan antara Ranti dan Andi.
Hakim melihat bukti-bukti tersebut dengan cermat, lalu bertanya kepada Ranti. "Saudari Ranti, apakah benar Anda menjalin hubungan dengan pria bernama Andi?"
Ranti tampak gelisah, tetapi ia tetap mencoba membela diri. "Itu hanya teman lama suami saya, Yang Mulia. Tidak ada hubungan spesial antara kami!"
Kuasa hukum Arya tersenyum tipis. "Kalau hanya teman, mengapa ada percakapan yang menunjukkan bahwa Anda berencana meninggalkan Arya dan menikah dengan Andi?”
Wajah Ranti memerah. Ia tidak bisa menyangkal bahwa bukti-bukti itu memang nyata.
Hakim menatapnya dengan tajam. "Jadi, Anda berselingkuh, tetapi tetap melaporkan suami Anda atas dugaan KDRT?"
Ranti terdiam. Semua mata tertuju padanya, dan bisik-bisik mulai terdengar di antara hadirin.
Hakim kembali berbicara. "Memang benar bahwa tindakan kekerasan tidak bisa dibenarkan dalam keadaan apa pun. Namun, dalam kasus ini, ada faktor-faktor yang meringankan bagi terdakwa. Emosi terdakwa terpancing akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh korban sendiri. Oleh karena itu, kami mempertimbangkan untuk mengurangi tuntutan."
Jaksa tampak pasrah karena bukti yang diajukan memang cukup kuat untuk meringankan hukuman Arya.
Setelah melakukan pertimbangan, hakim mengetuk palu dan membacakan putusannya. "Dengan mempertimbangkan seluruh bukti yang ada, pengadilan menjatuhkan hukuman tiga bulan penjara kepada terdakwa Arya Mahendra. Hukuman ini lebih ringan dari tuntutan awal karena adanya faktor-faktor yang meringankan."
Arya menghela napas lega, sementara Ranti tampak semakin kesal.
Hakim melanjutkan, "Sidang ditutup."
Palu diketuk tiga kali, menandakan akhir persidangan. Arya menatap Ranti dengan tajam sebelum ia dibawa keluar oleh petugas.
Sementara itu, Ranti hanya bisa menggigit bibirnya dengan marah. Ia merasa telah kalah dalam pertempuran yang ia mulai sendiri.
Arya bergegas berdiri dan melangkah menghampiri Vino, menyalaminya. "Terima kasih Vin... Tanpa lo gue benar-benar hancur. Terima kasih vin... Lo udah bawa pengacara buat Gue,"
"Sama-sama Arya... Gue tetap jadi teman sejati lo. Semoga lo baik-baik di dalam sana,"
Mereka berpelukan dan Arya menangis. Karena bagaimana pun ia harus hidup di lingkungan yang begitu keras di penjara. Vino memberi semangat. "Sudah, sudah... Gak perlu lo tangisin. Harus kuat. Kemana Arya yang gagah seperti dulu?"
Arya mengusap air matanya. Kedua petugas menggiringnya ke dalam mobil tahanan. Membawanya ke rumah tahanan.
Di rumah Helena
Ranti duduk di sofa ruang tamu rumah Helena dengan wajah muram. Matanya masih basah oleh air mata yang tadi ia tahan di ruang sidang. Ia baru saja keluar dari persidangan yang memutuskan hukuman bagi Arya, mantan suaminya. Namun, rasa keadilannya belum terpuaskan.
"Aku benar-benar tidak puas dengan keputusan hakim tadi, Helena," keluh Ranti, suaranya bergetar menahan emosi.
Helena, teman sejati yang duduk di seberangnya, menatap Ranti dengan penuh perhatian. Ia paham betul bahwa wanita di depannya ini telah melalui banyak penderitaan. Di sebelahnya, Mike kakak kandung Arya menyandarkan punggungnya ke sofa dengan ekspresi serius.
"Apa yang membuatmu merasa begitu?" tanya Helena lembut.
Ranti menghela napas panjang. "Hukuman yang diberikan terlalu ringan! Dia seharusnya mendapatkan ganjaran yang lebih berat atas semua perbuatannya. Aku sudah menderita cukup lama, tapi dia bisa terus hidup dengan mudah."
Mike mengangkat wajahnya menoleh ke Ranti. Biarkan dia di penjara. Biar kapok. Memangnya berapa lama hukumannya?"
"3 bulan," jawab Ranti singkat.
"Ooh, cukuplah 3 bulan. Kasihan juga kalau terlalu lama. Apa kamu nggak kasihan sama anak-anakmu?"
"Aku memang kasihan sama dia. Tapi dia harus di hukum lama. Biar dia pisah dengan Alice. Toh Alice masih muda. Pasti dia akan meninggalkan Arya, kalau hukumannya lama"
"Oooh, itu maksudmu? Kalau Alice tidak setia, waktu 3 bulan pun dia akan mencari pasangan lagi. Oh iya Ran.. Kamu mau kerja apa untuk menghidupi anak-anakmu?"
"Aku juga gak tahu Mike. Aku bingung" jawab Ranti menunduk.
Namun Mike paham, kalau Ranti akan membutuhkan dana untuk anak-anaknya dan dirinya sendiri. "Aku akan memberimu biaya bulanan untuk anak-anakmu"
Ranti tertawa senang. Yang berarti Ia akan menerima santunan bulanan dari Mike, kakak Arya. "Terima kasih yah Mike..Helena...atas perhatian kalian sama aku," "
Mike hanya tersenyum. Helena mendekat. "Sampai kapan pun aku tetap membantumu. Walau sampai mereka kuliah, aku tetap membantu"
Namun di hati terdalam Ranti, Ia masih menyimpan dendamnya pada Alice.