Gibran Erlangga terpaksa menikahi Arumi Nadia Karima karena perjodohan orang tuanya yang memiliki hutang budi.
Dua tahun pernikahannya Gibran selalu perhatian dan memanjakan Arumi.
Arumi mengira dirinya wanita paling beruntung, hingga suatu hari kenyataan pahit harus ia terima.
Gibran ternyata selama ini menduakan cintanya. Perhatian yang ia berikan hanya untuk menutupi perselingkuhan.
Arumi sangat kecewa dan terluka. Cintanya selama ini ternyata diabaikan Gibran. Pria itu tega menduakan dirinya.
Arumi memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Saat Arumi telah pergi barulah Gibran menyadari jika ia sangat mencintai istrinya itu.
Apakah Gibran dapat meyakinkan Arumi untuk dapat kembali pada dirinya?.
Jangan lupa tekan love sebelum melanjutkan membaca. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Hargai Aku
Akan ada waktu ketika orang yang sabar menjadi muak, orang yang peduli menjadi masa bodoh, orang yang setia menjadi angkat kaki. Itu adalah ketika sifat sabar, peduli, dan setianya tidak dihargai. Mencintai seseorang butuh perjuangan besar tetapi jika cinta tak dihargai pergi aja dari dia.
Arumi mengetik semua berkas dengan menahan tangis. Dadanya terasa sesak. Cinta tulusnya selama ini tak dihargai. Cintanya diabaikan.
Hanya sebagian yang bisa Arumi kerjakan. Tangisnya pecah. Ia sudah tak kuat. Pertahanan dirinya bobol.
Apakah aku harus pergi, kadang-kadang cara terbaik untuk membuat seseorang sadar adalah dengan tidak melakukan apapun lagi untuknya, menjauh darinya dan menutup mata dan telinga padanya. Mereka akan sadar, bahwa mereka telah kehilangan orang yang tulus dengan mereka yaitu dirimu.
Arumi menghapus air matanya. Ia akan pergi ke Jogja dan Bandung menemui teman sekolahnya. Arumi menghabiskan waktu remajanya di Bandung, bersama neneknya.
Saat kuliah, neneknya meninggal. Itulah mengapa Arumi pindah ke Jakarta, dimana ia pertama kali bertemu Gibran. Pria yang langsung bisa mencuri hatinya.
Arumi tertidur karena kelelahan berpikir dan menangis. Gibran yang masuk ke ruang kerja melihat istrinya tertidur langsung mendekati.
Gibran melihat ada air mata yang tersisa di sudut mata wanita itu. Ia mengusap dengan jemari tangannya.
Gibran mengangkat tubuh Arumi dan membawa masuk ke kamar yang ada di ruangan itu.
Ada apa sebenarnya Arumi. Apa yang membuat kamu menangis? Walau aku tak mencintaimu bukan berarti aku tak peduli. Dua tahun kita hidup bersama, aku menyayangi kamu. Apakah kamu menyembunyikan sesuatu dariku?
Gibran mengusap wajah cantik istrinya itu. Bukannya Gibran tak berusaha mencintai Arumi. Akan tetapi rasa sakit hatinya membuat ia menutup semua pintu hati.
Saat ia sedang menjalin hubungan serius dan ingin menikah dengan Joana, tiba-tiba Papa Arumi datang ke rumah melamarnya.
Gibran tak bisa menolak, karena kedua orang tuanya memiliki hutang budi dengan Papa Arumi. Papa Arumi yang telah biayai rumah sakit ayahnya saat operasi ginjal.
Rasa sakit hati yang Gibran rasakan menutup mata hatinya. Sehingga ia tak bisa membalas cinta tulus Arumi. Walaupun begitu Gibran menyayangi Arumi, ia tahu wanita itu tidak salah dan selama ini Arumi begitu baik dengan dirinya.
Saat Gibran mau beranjak, Arumi menahannya, ia memegang pergelangan tangan Gibran. Pria itu kembali duduk di tepi ranjang.
"Ada apa, Sayang."
"Apa selama ini mas tak pernah mencintaiku?"
"Arumi, kenapa kamu masih tanyakan itu dari kemarin? Tak biasanya kamu begini."
"Aku hanya ingin tau, Mas.Jika kamu memang tak mencintaiku, lebih baik kita terpisah dari pada nantinya kita akan saling menyakiti."
"Apa maksudnya ini, Arumi? Mas tak ngerti. Dari kemarin kamu tampak berbeda."
Arumi bangun dari tidurnya, duduk disamping Gibran dengan menggenggam tangan pria yang sangat ia cintai itu.
"Selama pernikahan kita, aku melihat jika semua yang terjadi di rumah tangga kita itu sangat monoton.Kamu selalu saja mengikuti apa mauku,baik itu salah atau benar. Aku merasa semua itu kamu lakukan hanya untuk memenuhi kewajibanmu sebagai seorang suami."
"Kamu maunya apa? Bagus dong jika aku menuruti semua mau kamu."
"Kamu tak mencintaiku, kamu seperti seorang pengabdi saja bagiku. Hanya mengikuti semua yang aku mau."
"Jangan mencari-cari alasan buat bertengkar Arumi. Sebenarnya ada apa?"
"Aku ingin kita pisah sementara. Sebulan kita coba hidup terpisah. Apakah kita saling membutuhkan?"
"Apa mau kamu sebenarnya?"
"Ya, itu. Aku mau pergi satu bulan ini. Aku minta Mas jangan pernah menghubungiku. Begitu juga sebaliknya, aku nggak akan pernah menghubungi kamu lagi."
"Aku tambah tak mengerti apa maunya kamu, Arumi."
Arumi berdiri dan memakai sepatunya. Tadi Gibran membukanya. Wanita itu berjalan menuju pintu dan membukanya.
Belum sempat Arumi keluar, tubuhnya telah di peluk Gibran.
"Apa kamu telah mengetahui sesuatu?" tanya Gibran.
Arumi yang saat ini berada dalam pelukan Gibran, menarik napas dan mencium aroma parfum suaminya.
Mungkin ini terakhir kalinya aku bisa mencium wangi tubuhmu. Wangi yang menjadi candu bagiku. Yang membuat aku betah dan nyaman selalu berada dalam dekapanmu.
Suatu hari aku berharap kamu akan menghargai semua yang kulakukan untukmu selama ini. Tapi, mungkin saat itu aku tidak lagi bersamamu.
Bersambung.
Selamat sore semuanya. Masih harus siapkan tisu membaca bab kali ini. Semoga tak darah tinggi aja ya. 🤭🤭🤭. Jangan lupa nantikan terus kelanjutan novel ini.
copy paste...😄
kok iso yo..
yg gk ketinggalan tuh sayur bayam ma bakwan jagung nya...
trs akhirnya copas skt jantung bawaan...bpknya kandung tuh ank gk mengakui jug ngasih dwt sesukanya.
tp yo wes ora popo...
nyong ttp syukak semua karya2 mu thor...
ttp syelalu sehat n sukses y thor👍