windu pamungkas adalah seorang pria yang menanggung kutukan akibat kesalahan leluhur nya.
dalam perjalan nya, dia akan menghadapi beberapa tokoh hebat di dunia persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopugho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perang 1
“saya juga tidak tahu yang mulia, sebenar nya kita telah melupakan seseorang dalam hal ini yang mulia, mpu pancareksa” jawab singgih.
“hmmm.. benar singgih, kita melupakan orang tua keparat itu” ujar destra arya.
“baiklah, biarkan mayat itu disana, dan beberapa prajurit kesehatan, bawa tetua dirga untuk dirawat sebaik mungkin dan sampai sembuh, kita lanjutkan perjalanan kita, sambil menunggu kedatangan telik sandi yang sudah saya kirimkan “ titah destra arya, yang tanpa di sadari oleh nya seluruh telik sandi dari kerajaan jayangkara sudah di habisi oleh bonjo wengi.
Jarak antara lokasi pasukan jayangkara dengan gerbang kota raja susukan tinggal sekitar seribu meter lebih, hal ini memicu semangat pasukan jayang kara untuk segera sampai di lokasi kota raja susukan.
Pada saat jarak tinggal seratus meter dari gerbang kota raja, di hadapan pasukan jayangkara berdiri gerbang kota raja susukan, terlihat disana berdiri mahapatih gunda reksa atau ki ageng yang menyamar, tangan nya terangkat ke atas seolah – olah memberi perintah untuk bersiap melepaskan anak panah.
Di lain itu para prajurit jayang kara yang menggunakan tombak dan tamen sekitar tiga puluh lima ribu prajurit, diperintahkan oleh singgih untuk maju menyerang.
Para prajurit yang tidak sadar bahaya yang menunggu berlarian dengan teriakan keras memasuki hamparan jerami di sekitar gerbang dengan panjang lahan sekitar delapan puluh meter tersebut, setelah tiga puluh ribu prajurit masuk kedalam lahan yang ber alas jerami tersebut, tiba – tiba mahapatih gundareksa, menyerang dengan energi panas ke ara jerami, yang mengakibatkan jerami tersebut terbakar, dan membakar sekitar tiga puluh ribu prajurit jayang kara. Teriakan dan tangisan pecah dan prabu destra arya Cuma terdiam melihat sudah delapan puluh ribu pasukan nya tewas mengenaskan.
“singgih, setelah api padam gerakkan pasukan untuk menyerang habis, penggal kepala si keparat gunda reksa tersebut.” Perintah destra arya yang sudah emosi. Dan tanpa di sadari oleh nya bahwa di lahan tempat jerami tadi masih mengancam jebakan yang jauh lebih dahsyat, yaitu jebakan yang akan meledak ketika energi panas bertemu dengan sumbu jebakan tersebut.
Singgih yang juga sudah tidak bisa berpikir jernih, langsung mengerahkan lima puluh ribu prajurit berkuda untuk maju menyerang,hal yang membuat singgih tambah panas, terlihat oleh nya pasukan jaya dipa yang ada di gerbang terlihat santai tanpa kelihatan takut. Hal ini membuat singgih merasa di remehkan.
Ketika lima puluh ribu pasukan berkuda jayangkara maju dan tepat berada diatas bekas tumpukan jerami tadi, tiba – tiba terjadi ledakan besar yang membuat pasukan berkuda tadi nasib nya sama dengan nasib yang dialami oleh lima puluh ribu anggota aliran hitam tadi.
Saking besar nya ledakan tadi sampai – sampai membuat singgih dan pasukan nya terjatuh dari kuda, karena kuda tunggangan mereka ketakutan dengan ada nya ledakan tersebut, kuda –kuda tersebut berhamburan lari sehingga para pasukan yang ada terpaksa memilih berdiri.
Asap tebal menutupi pandangan singgih dan destra arya, beberapa saat berlalu dengan perasaan tegang mereka menyaksikan lima puluh ribu pasukan tadi bergelimpangan tewas, tak terkirakan sudah beberapa puluh ribu potongan mayat yang di tempat tersebut hanya karena ambisi destra arya.
Setelah semua terlihat, dengan perasaan amarah destra arya memandang ke arah gerbang kota raja susukan, lagi – lagi dia kebingungan, mahapatih gundareksa dan pasukan penjaga sudah tidak kelihatan batang hidung nya, semua kelihatan sepi, dengan amarah meluap serta dengan sisa tujuh puluh ribu pasukan yang ada, destra arya memerintahkan seluruh pasukan nya menyerang, dia sendiri langsung berlari tanpa kuda, di karena kan kuda – kuda dari pasukan jayang kara sudah kabur akibat ledakan tadi. Melihat raja nya berlari menggunakan ilmu peringan tubuh nya, semua pasukan yang ada pun langsung berteriak dan berlari menyerang kota raja susukan.
Betapa kaget nya destra arya beserta pasukan nya ketika memasuki keraton kerajaan jaya padi, tak satu pun orang yang di temukan, hal ini, membuat kening destra arya berkerut dan muka merah membara karena merasa di permainkan.
Maha patih tapak neraka sendiri juga merasa bingung, dia merasa sudah kalah dan menjadi paling bodoh saat ini, dengan kemarahan yang sudah tidak bisa di bendung lagi tapak neraka mengalirkan energi tenaga dalam nya ke tangan kanan dan melepaskan ke dinding keraton. Dinding keraton kerajaan jaya dipa hancur lebur oleh tenaga dalam yang dilepaskan oleh maha patih tapak neraka.
“singgih, ada apa dengan semua ini?, kenmana pergi nya pasukan arya pamungkas beserta pasukan nya, tak satupun dari mereka yang kita temukan di sini, dimana telik sandi yang kita kirim kan kemarin” tanya destra arya gusar.
“ampun yang mulia, hamba juga bingung dengan semua ini, telik sandi juga tidak muncul sampai detik ini” jawab singgih.
“kita seperti melawan hantu singgih, sudah puluhan ribu pasukan kita gugur, tapi kita tak mampu membalas walaupun Cuma satu prajurit pun, kita kalah singgih, kita kalah”
Prabu arya memang sudah terpukul dengan kejadian ini, di mulai dari gugur nya lima puluh ribu anngota aliran hitam sampai dengan gugur nya delapan puluh ribu prajurit kerajaan jayang kara, tapi dia tidak bisa membalas dengan membunuh satu orang prajurit jaya dipa.
Yang paling di takuti oleh nya, bagaimana dia menjawab ke buru karsa tentang hancur nya sepuluh perguruan aliran hitam yang membantu nya dalam perperangan ini, tiba – tiba destra arya tersentak.
“singgih, kita harus kembali ke istana jayangkara, saya takut arya pamungkas malahan menyerang jayangkara di saat kita di sini tertipu oleh kelicikan nya,” tukas destra arya.
“baik gusti, saya juga berpikir demikian, prajurit yang tertinggal di istana hanya sebanyak lima belas ribu prajurit” jawab singgih.
“baiklah, sampaikan pada pasukan saat ini juga kita berangkat ke jayangkara, dan satu hal singgih, selidiki mengenai senjata yang digunakan pasukan jaya dipa. Kita harus bisa memiliki senjata seperti itu untuk bekal perperangan di kemudian hari” titah arya destra.
“hamba gusti, jaya dipa memang di untungkan dengan kepintaran mpu pancareksa, hal ini yang membuat kita kewalahan” lanjut singgih.
“benar, sudah lah, keanehan ini harus bisa kita pecahkan sesampai nya di istana, persiapkan kepulangan kita singgih” perintah arya.
Singgih memberi penghormatan, dan mundur sekaligus langsung berjalan kearah keluar dari aula istana kerajaan jayangkara untuk menemui pasukan jayang kara mengenai kepulangan mereka.
Di lain tempat, di puncak sebuah bukit yang ada di belakang keraton jaya dipa, ada beberapa orang yang melihat aktifitas pasukan kerajaan jayang kara sambil tersenyum,
Siapakah orang – orang tersebut,?