Devano Hanoraga, pria dingin yang super rich, perfeksionis, berkuasa, dingin, tegas dan tak takut mati yang menjadi pengusaha hebat dan tak kenal ampun selalu menjadi incaran para wanita yang selalu ingin hidup mewah tanpa ingin bekerja keras.
Ia tak sengaja menolong gadis cantik yang bekerja di Bar milik sahabatnya sebagai pelayan untuk membiayai kuliahnya saat dirinya dijual untuk melunasi hutang judi Kakak tirinya.
Yesica Anastasya, gadis cantik yang terpaksa bekerja di Bar untuk membiayai kuliahnya dan juga untuk membiayai Ibu tirinya yang pemalas dan Kakak tirinya yang senang berjudi.
"Jadilah wanitaku maka aku akan melunasi hutang Kakakmu." Devano.
"Aku bersedia menjadi wanitamu asal kau izinkaan aku melanjutkan studyku." Yesica.
"Deal."
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Apakah Devano akan jatuh hati hingga sejatuh-jatuhnya pada sugar Baby yang ia tolong dan selamatkan dari Ibu dan Kakak tirinya?
Follow:
Fb: Isti
Ig: istikomah50651
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti Shaburu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
“Aku ingin pulang, Vi,” ucap Yesica setelah ia menenangkan dirinya di kantin, ia menyandarkan kepalanya di pundak sahabatnya.
Vivi membawa sahabatnya itu menuju kantin karena kelas sudah dimulai cukup lama, jadi daripada mereka mendapat hukuman lebih baik tak usah masuk sekalian, begitulah pikir Vivi, alhasil ia membawa sahabatnya itu menuju kantin yang sepi untuk menenangkan diri.
“Aku akan menemanimu pulang. Kau ingin pulang ke mana?” tanya Vivi yang siap sedia menemani sahabatnya.
“Aku ingin pulang ke rumah Ibu dan Ayah, Vi,” sahutnya.
“Apa tak sebaiknya pulang ke rumah Tuan Vano saja? Aku takut Ibu dan Kakak tirimu mengganggumu di saat hatimu sedang kacau seperti ini,” saran Vivi.
“Enggak, Vi. Aku ingin pulang ke rumah Ibu dan Ayah. Aku tak peduli jika mereka akan berbuat kasar padaku, aku bisa menyebut nama Tuan Vano untuk melawan mereka,” rencana Yesica jika Firda dan Feri mengganggunya, ia tak tahu jika kedua parasit tersebut sudah menjadi pengemis mengenaskan di kolong jembatan yang jauh dari kota.
“Baiklah, aku akan menemanimu ke sana untuk berjaga-jaga kalau mereka berbuat uang tidak-tidak.”
Akhirnya keduanya pergi meninggalkan kampus untuk menuju rumah milik mendiang orang tua Yesica. Keduanya pergi dengan menggunakan taksi online yang dipesan oleh Vivi.
Tiba di rumah sederhana tersebut, keduanya dibuat bingung karena rumah nampak sepi dan juga terawat.
“Apa aku tak salah lihat, Vi? Halaman rumah kok terlihat seperti bersih gitu yah kayak ada yang ngerawat. Apa Ibu sudah mulai mau membersihkan rumah karena aku tak pulang beberapa hari?” tanya Yesica yang bingung melihat keadaan rumahnya yang bersih terawat tak seperti biasanya yang kotor dan banyak sampah berserakan.
“Kamu gak salah lihat kok, Yes. Ini memang bersih banget kayak ada yang rawat. Tapi kalau Ibu tiri parasit kamu yang mengerjakannya gak mungkin deh, Yes. Aku sangat tahu betul seperti apa Ibu dan Anak parasit itu,” sahut Vivi yang tak kalah terkejutnya sampai terbengong-bengong melongo.
“Iya sih, Vi. Tapi siapa dong yang membersihkan dan merawat rumah kalau bukan Ibu? Aku penasaran, ayu kita masuk dan lihat apakah Ibu benar-benar telah berubah,” ajak Yesica menarik tangan Vivi untuk masuk ke dalam rumah peninggalan mendiang orang tuanya.
“Dikunci, Vi. Mereka ke mana yah?” ucap Yesica bertanya-tanya karena pintu rumah terkunci.
“Kamu gak punya kunci cadangannya, Yes?” Vivi malah bertanya balik.
“Bentar, dulu pernah aku duplikat deh, tapi karena gak pernah dipakai aku simpan ditas takut sewaktu-waktu aku butuh.” Yesica membuka dan merogoh tasnya untuk mencari kunci apakah terbawa atau malah sudah menghilang.
“Ah ketemu,” serunya ketika kunci yang diharapkan ketemu.
Yesica langsung memasukkan kunci tersebut ke lubang yang ada di pintu dan memutarnya, pintu terbuka dan mereka pun masuk. Yesica dan Vivi dibuat terkejut lagi saat melihat rumah bagian dalamnya juga sudah rapi, bahkan barang-barang di rumahnya pun sudah berganti yang baru dengan perabotan yang terbilang cukup mahal.
“Yes, ini beneran rumah kamu kan? Kok barang-barangnya berubah begini sih? Apa rumah ini sudah disewakan pada orang lain oleh Ibu dan Anak parasit itu demi uang, atau mungkin malah sudah dijual!” seru Vivi membayangkan kemungkinan yang terjadi selama Yesica tak pulang.
“Jangan ngawur kalau bicara. Sertifikat rumahnya saja ada padaku dan sudah aku titipkan pada Bank. Jadi tanpa persetujuanku mereka tak bisa mengambilnya apalagi menjualnya,” tutur Yesica.
“Tuan muda yang mengganti semuanya, Nona.”
Tiba-tiba saja terdengar suara pria dari arah pintu, Yesica dan Vivi langsung menoleh ke arah suara itu berasal yang ternyata adalah Kris.
“Kris, kok kamu bisa tahu aku di sini?” tanya Yesica bingung.
“Saya tak tahu Anda di sini, saya hanya datang untuk memeriksa saja dan ternyata Anda ada di sini,” sahut Kris dengan kaku.
“Ah seperti itu, maaf yah aku bolos kuliah. Tapi aku ingin menginap di sini malam ini, apakah boleh?” tanya Yesica penuh harap.
“Saya akan mengatakan pada Tuan muda nanti jika Anda ingin bermalam di sini. Apakah ada yang Anda butuhkan, Nona?” Kris balik bertanya.
“Yah mungkin aku membutuhkan bahan masakan karena tak ada apa pun untuk dimakan,” sahutnya dengan sedikit canggung karena merasa tak enak.
“Baiklah, saya akan meminta seseorang untuk mengantarkan bahan makanan ke sini sebentar lagi, jika tak ada yang lain saya pamit dulu.” Kris pergi setelah berucap demikian, Vivi yang melihatnya hanya bisa melongo dengan interaksi sahabatnya dan si manusia kaku.
“Apakah sikapnya memang seperti itu, Yes?” tanya Vivi yang masih terheran-heran.
“Memang seperti itu, bahkan sama Tuan Vano pun dia seperti itu. Kris lebih dingin dari Bosnya,” sahut Yesica memberitahu apa adanya.
“Huh, sudah kudugong. Sudah ah yuk kita lihat yang lainnya, siapa tahu juga berubah suasananya,” malah Vivi yang berinisiatif buat melihat isi rumah.
Tak lama datang seorang pria yang membawa bahan makanan, Yesica dan Vivi dibuat terkejut kembali karena bahan makanan yang dibawa oleh orang yang kemungkinan suruhannya Kris ternyata cukup lengkap, padahal ia hanya berniat bermalam semalam saja di rumah tersebut.
“Terima kasih yah, Mas. Maaf merepotkan, tolong sampaikan terima kasih saya pada Kris,” ungkap Yesica.
“Sama-sama, Nona. Jika tak ada yang lainnya saya pamit dulu.”
“Yah.”
Yesica langsung memilih dan mengolah bahan makanan yang mau ia masak, sedangkan Vivi membantu menata bahan makanan ke dalam lemari pendingin.
“Padahal hanya minta beberapa bahan saja dan dibawakan begitu banyak. Wah kalau aku bakalan gak kelaparan selama satu minggu ini mah,” seru Vivi yang memang tak pernah melihat bahan makanan yang begitu lengkap.
“Yah malam ini atau besok kalau kamu mau pulang kerja menginap saja di sini beberapa hari, kan sayang-sayang kalau tak ada yang mengolahnya. Atau kamu keluar saja dari kontrakan dan menempati rumahku ini agar ada penghuninya. Lagi pula aku tak tahu di mana Ibu dan Feri berada,” saran Yesica.
“Serius?” tanya Vivi dengan wajah berbinar.
“Hm, serius. Kamu kan sahabatku yang juga sudah membantuku mendapatkan pekerjaan dengan bayaran yang lumayan bisa membayar uang kuliah, masa aku berbohong sih,” sahut Yesica.
“Ah kamu sahabatku yang paling pengertian banget, aku cinta sama kamu.” Vivi memeluk sahabatnya saking terharu dan merasa beruntungnya dia memiliki sahabat yang baik seperti Yesica.
Mereka berdua masak sambil mengobrol, Yesica sudah melupakan kejadian bersama dengan Riyan tadi siang. Berkat sahabatnya yang selalu berada disisinya ia selalu bisa melewati hari yang sulit.
“Aku pergi kerja dulu yah, kamu di rumah hati-hati. Nanti pulang aku pulang ke sini,” pamit Vivi.
“Hm, bawa kunci samping rumah yah buat kamu masuk nanti pulang, takutnya aku gak dengar kamu ketok pintu.” Yesica memberikan kunci pintu samping rumahnya.
“Oke.”
Seperginya Vivi, Yesica memutuskan untuk tidur karena ia juga sudah mengantuk dan lelah. Yesica langsung pergi menuju kamarnya dan tak butuh waktu lama ia sudah memejamkan matanya dengan lelap setelah mematikan lampunya dan menggantinya dengan lampu tidur. Sekitar tengah malam ia terbangun karena merasa ada yang memeluknya dari belakang.
3 sahabat yang sudah menemukan kebahagiaan nya.