Lelaki yang sangat ingin kuhindari justru menjadi suamiku?
•••
Kematian Devano dan pernikahan kedua sang Papa, membuat kehidupan Diandra Gautama Putri berubah. Tidak hanya itu, dia menjadi pasangan seorang Kaiser Blue Maverick ketua geng motor HORIZON. Cowok bad boy yang membencinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiatricky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
Sesampainya di kamar, Kaiser langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Diandra dengan telaten melepaskan sepatu laki-laki itu. "Kamu kenapa seperti ini?."
Kaiser terkekeh geli mendengarnya. "Emang Lo siapa hah? Jangan ngurusin hidup gue. "
Diandra menghela nafas berat. "Aku tahu itu. Kamu tetap membenciku ya. " Tersenyum miris.
Rambut gadis itu begitu menarik perhatian Kaiser. Laki-laki itu dengan setengah sadar mencekal tangan Diandra. "Ini beneran rambut Lo? Jelek banget sih. "
"Lepasin tangan kamu. " Alih-alih melepaskan, Kaiser justru menarik tangan gadis itu.
Deg
Jantung Diandra berdebar kencang ketika kepalanya berada di dada sang suami. Wajahnya bahkan memerah. "Kai.. lepasin aku! Kamu mabuk. "
Kaiser menghirup aroma wangi dari rambut Diandra. "Lo pake shampo apa hm? Busuk banget. Lain kali, pake shampo yang bagus. Biar wangi. "
Gadis itu berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman Kaiser. Namun justru dia merasakan tubuhnya dipeluk oleh laki-laki itu dengan paksa. "Ah, Kai! Lepasin aku! Aku mau tidur di sofa. "
"Bawel banget sih. Tidur bareng gue aja. Gue kan suami Lo. Jadi harus nurut kata suami. Ngerti?." Kaiser mengangkat kakinya untuk mengunci Diandra agar tidak pergi darinya.
"Gue gak mau ditinggal mati sama Devano. Bagi gue, dia orang pertama yang nolongin gue waktu gue masih kecil. Lo ngerti kan kenapa gue benci sama Lo?." Mendadak Kaiser curhat.
Suasana hening beberapa detik.
Diandra menghela nafas panjang. "A aku kan udah bilang berapa kali sama kamu kalau aku bukan pembunuh. Kamu nggak percaya dan asal membenciku. Kamu jahat, Kai. "
Gadis itu terisak dengan airmata turun dari pelupuk matanya. Aku capek, Ma. Aku pengen pulang tapi aku nggak mau ninggalin Abang.
Kaiser semakin tidak nyaman. Dia melihat kearah leher jenjang dan putih bersih gadis itu. Tanpa basa-basi lagi, dia menciumnya dengan lembut. "Gue suka leher Lo. "
Cup
Ciuman itu semakin dalam dan candu. Diandra memejamkan mata menikmati ciuman itu. Wajahnya bahkan memerah merona. Setelah beberapa detik kemudian dilepaskan. "Hah.. hah..hah.."
Keringat dingin bercucuran membasahi wajah tirus gadis itu.
Kaiser terkekeh geli mendengarnya. Dia melihat dengan jelas telinga sang istri memerah. "Haha, Lo malu banget ya. Telinga Lo merah gini. "
"Nggak. Kamu salah lihat, Kai. " Gadis itu berusaha mengelak. Ketika tangan Kaiser melonggar, dia pun beranjak dari kasur.
Grap
"Mau kemana sih sayang. Gue butuh pelampiasan. Besok deh, Lo bebas. Sekarang gue mau Lo. " Laki-laki itu mencekal tangan Diandra. Berucap dengan kesadaran yang mulai menghilang.
Bruk
Tubuh Diandra berada di bawah Kaiser. Kedua tangannya dicekal sang suami. "Lepasin aku! Kamu jahat!."
"Sst! Lo kan pernah ciuman sama gue. Jadi, gue pengen nyobain lagi. " Kaiser tersenyum sumringah.
Gadis itu tampak tidak berdaya begitu tubuhnya ditindih oleh suaminya. Sementara laki-laki itu, mencium bibir tipis istrinya dengan lembut dan hangat.
Tangannya bergerak mengusap paha Diandra yang tertutup dengan celana. Memasukkan tangan itu ke dalam celana tidur yang dikenakan Diandra.
•••
Pagi harinya, Diandra terbangun lebih dulu. Gadis itu bergegas ke kamar mandi. Dia menatap penampilan dirinya di cermin wastafel.
Leher, dada dan tangannya terlihat bekas cupang kemarin malam yang diberikan Kaiser. Dia gak waras dan aneh. Kenapa dia mencium bahkan menggigit ku seperti ini? Apa yang dipikirkan dia sebenarnya?
"Lo kenapa berdiri di situ doang? Cepetan mandi. Gue gak mau telat gara-gara Lo. " Tiba-tiba suara itu muncul.
Diandra menghela nafas berat. Dia lalu berbalik badan dan menunjukkan bekas ciuman serta gigitan itu. "Kamu yang melakukan ini padaku Kai. Lihat. Bagaimana cara aku membersihkannya ini cepat?."
Dahi laki-laki itu mengernyitkan. "Karena gue? Lo gak salah hah? Gue gak pernah kek gitu sama cewek killer kaya Lo. "
Gadis itu tersenyum miris. "Kamu mabuk semalam. Dan kamu menciumi leher dan dadaku dengan paksa. Lalu sekarang kamu menyalahkan ku? Kamu gak waras, Kai. "
Kaiser mencoba untuk mengingatnya kembali. Lalu dia menjambak rambutnya sendiri. Sial. Cewek killer gak bohong sama gue. Gue inget lagi. Nggak. Gue gak boleh gegabah dalam bertindak.
Bug
Tangan laki-laki itu memukuli tembok dengan gelisah. "Kalau gue mabuk, gue saranin Lo pergi sejauh mungkin. "
Diandra menghela nafas panjang dan berat. "Bagaimana bisa aku pergi sedangkan kamu lebih cepat dan kuat dariku?. Kamu bukan perempuan. Kamu punya tenaga lebih dari perempuan. Kamu nggak pernah mikirin perasaanku. "
Kaiser terkekeh geli. Lalu dia mencekal dagu Diandra. Senyuman miring terbit di bibirnya. "Buat apa gue mikirin perasaan Lo sedangkan Lo gak datang ke pemakaman Devano?."
"Kamu salah. Aku berusaha untuk datang ke pemakaman nya. Tapi Mamaku melarangnya. Aku nggak akan pernah mengakui kesalahan karena memang nggak salah. " Diandra mengelak.
Dug
Tubuh gadis itu terhempas ke lantai. Dia memegangi pantat yang terasa nyeri. "Terserah kamu mau percaya aku atau tidak. Yang jelas aku nggak maksa. "
Laki-laki itu mendekat dan mengambil shower. Menyalakannya lalu menyiram Diandra. "Gak usah kebanyakan ngoceh deh. Cepetan mandi. Gue gak mau telat. "
"Hiks! Kamu jahat sama aku. " Gadis itu terisak dengan airmata yang rembes juga pakaiannya basah. Bagaimana bisa ada orang itu di kehidupan ku? Tuhan..
•••
"Selamat pagi, nona Diandra. " Idah menyapa dengan lembut disertai senyuman hangat di bibirnya.
Diandra pun membalasnya dengan senyuman. "Pagi juga, kak. Kakak lagi masak apa? Aku bantu ya. "
"Jangan non. Nona duduk aja di sana. Biarkan saya dan Idah memasaknya. " Sela Astuti sambil memasak sayuran hijau.
"Tap—."
"Dibilang gak usah,ya gak usah. Keras kepala banget sih Lo. " Kaiser menatap tidak suka.
"Duduk aja di sini dik. Kita ngobrol ringan. " Krisna berujar sambil tersenyum.
Gadis itu mau tidak mau mengiyakannya. Dia duduk berjarak dengan Kaiser. "Kakak kuliah semester berapa sih? Jurusan apa?."
Krisna tersenyum mendengarnya. "Semester 5. Jurusan teknik informatika. Lo juga pengen kuliah kaya gue? Gue saranin, masuk UNIVERSITAS GARUDA. Syaratnya cuma nilai raport doang. "
Diandra mengangguk kepala mengerti. "Berarti satu jurusan sama Abang Alsan?."
Krisna mengangguk kepala mengiyakan. "Kita udah temenan sejak SMP. Gue gak nyangka kalau dia jadi saudara. Cuma beda jurusan aja. Menurut Lo, adik gue jahat ya?."
Dengan polosnya, Diandra mengangguk kepala mengiyakan. Tatapannya berubah sendu. "Aku selalu dianggap pembunuh sama mereka. Mereka menyuruhku untuk mengakui kesalahanku. Tapi aku bukan pelakunya. Bagaimana bisa?."
Krisna menghela nafas panjang. Dia menatap sang adik asyik bermain ponsel sambil tersenyum sendiri. Lalu beralih pada Diandra. "Iya, gue percaya sama Lo. Alsan— eh, sarapannya udah siap. "
Hampir aja keceplosan. Krisna membatin bernafas lega.
"Silahkan dimakan, tuan, nona. Semoga kalian semua suka. " Astuti berujar dengan sopan santun.
"Anu Bi, aku.."
"Ada apa non? Nona nggak suka masakannya? Saya buatkan yang lain bagaimana?." Astuti tidak enak hati.
"Pengen susu hangat juga nona?. " Tawar Idah.
Diandra menggelengkan kepalanya. "Nggak. Aku ambil nasinya sendiri aja. "
Astuti pun menyerahkan centong nasi. "Silahkan, non. "
Kaiser melirik kearah Diandra. Ide jahil terlintas di benaknya. Berpindah tempat duduk mengalihkan perhatian Krisna. Mau ngapain lagi nih bocah? Awas aja lo sakitin adik gue. Gue bantai sekarang juga.
"Makannya jangan dikit. Nih, gue ambilin. " Kaiser mengambil alih centong nasi. Mengambil nasi beberapa centong beserta yang lain. "Makannya yang banyak. Gue gak mau Lo kurus kering kek gini. Kaya mayat hidup. "
"Woi! Lo apa-apaan sih?." Krisna kesal melihatnya.
"Melayani istri." Kaiser menyahut dengan santai.
Bersambung...