Pantas saja dia sudah merasa curiga pada sampul buku itu yang tidak biasa. Alih-alih sekedar buku cerita biasa, ternyata itu adalah buku kehidupan terbuka dari masa depan beberapa orang, termasuk Victoria Hain. Sebuah tokoh dengan nama yang sama dengannya.
Sebuah tokoh yang kini dihidupi oleh jiwanya.
“Astaga, jadi aku adalah kakaknya antagonis?”
Adalah informasi paling dasar dalam cerita ini.
Alih-alih sebagai pemeran utama, Victoria Feyar berakhir menjadi kakak dari antagonis perempuan bernama Victoria Hain, yang akan mati depresi karena sikap dingin suaminya.
“Baiklah, mari kita ceraikan Kakak protagonis pria sebelum terlambat.” Adalah rencana Victoria, demi melindungi dirinya dan adik pemilik tubuh dari dua Kakak beradik pencabut nyawa.
Untungnya ini berhasil, meski bertahun kemudian Victoria dibuat kesal, karena mereka tidak sengaja kembali terlibat dalam situasi utama pada konflik cerita itu dimulai.
“Kakak Ipar, mohon bantu kami....”
-
“Dalam mimpimu.” -- Victoria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blesssel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Begitu saja hari mereka dimulai dengan aktivitas masing-masing. Terutama Raphael yang sudah ada di kantor saat ini.
Melangkah masuk ke ruang kerjanya dengan setelan jas double breasted biru tua, Raphael karismatik seperti biasanya, ketika dia menemukan sang tangan kanan sudah ada di sana.
“Bagaimana kabarmu Ethan?”
“Baik Bos, terima kasih sudah bertanya. Ini saya bawakan yang anda minta.” Langsung Ethan, seorang pria dengan kacamata dan setelan jas rapi dan tubuh atletis dibaliknya.
Pria itu menyerahkan sebuah amplop coklat besar langsung pada Raphael, karena sebagai tangan kanan dan bayangan Raphael, mereka tidak bisa terlihat bersama oleh orang lain.
Jadi setelah memberikan apa yang diminta Raphael, Ethan hendak segera keluar, tapi tertahan dengan sebuah ketukan di pintu. Ethan secara naluriah langsung menyembunyikan dirinya, selagi Raphael membiarkan orang dibalik pintu masuk.
Raphael sendiri menduga itu adalah sang Sekretaris. Benar tebakan Raphael, tapi tetap saja dia masih terkejut.
Elena yang baru masuk merasa senang dengan Raphael yang tertegun, percaya diri bahwa dia telah mengambil alih dunia sang Bos.
“Selamat pagi Pak.”
Raphael mengangkat sebelah alisnya tak bisa menahan diri lagi. “Kamu Sekretaris?”
“Ahaha, … Pak Bos bisa saja. Jika bukan saya lalu siapa lagi?” kata Elena dengan tawa centilnya.
Raphael yang melihat ini merasakan sakit kepala hebat. Dia belum selesai dengan rambut oranye menyala Victoria, dan sekarang harus melihat rambut oranye lainnya?
Menaruh tangan di pinggang, Raphael mencoba tenang. “Apa kamu membaca aturan pekerjaan? ada tertulis disana bahwa karyawan tidak boleh berpenampilan heboh.”
Elena sedikit terkejut dengan reaksi Raphael. Tadinya dia pikir sang Bos akan menyukai penampilannya. Tapi tunggu, kata gadis itu Bos menyukai keagresifan bukan?
Memikirkan hal ini keberanian muncul di benak Elena. “Maaf Pak, saya sebenarnya selalu ingin memiliki rambut seperti ini, dan ketika melihat istri anda kemarin, saya akhirnya benar-benar terinspirasi. Mungkin—”
“Apapun itu, intinya ini adalah perusahaanku. Jika masih ingin bekerja di sini maka ikuti aturan. Jika tidak, kamu tahu kemana harus pergi.” Tutup Raphael.
“Eh eh Pak, jangan-jangan, tolong jangan.” Elena sontak menarik jas Raphael ketika pria itu hendak menjauh. Gerakan refleks ini membuat dia tersandung pada kaki meja di depannya.
Raphael sebenarnya tidak ingin, tapi pada akhirnya dia masih memberikan tangannya untuk menopang Elena. Untuk beberapa detik, adegan klise saling memandang terjadi antara mereka. Yang berbeda hanyalah pemikiran satu sama lain.
Raphael mengeraskan rahangnya, menunggu Elena menjauhkan diri daripadanya. Tapi Elena masih memegang erat bagian depan jas Raphael, benar-benar larut dalam pelukan sang Bos. Karena tidak tahan lagi, Raphael akhirnya mendorong Elena ke sofa. Itu dorongan yang cukup keras dan kasar, tapi sayangnya ditanggapi berbeda oleh Elena.
Elena merasakan adrenalinnya memacu, dia menatap Raphael dengan wajah yang kehausan.
Ethan yang melihat hal ini, mendapati radar bahaya di sekitarnya. Bagaimanapun dia tahu sang Bos bukanlah orang yang baik. Jadi jika sang Bos marah, sesuatu yang buruk pasti akan terjadi pada wanita di depannya. Jadi di detik-detik terakhir dia memutuskan untuk muncul keluar, bergantung penuh pada maskernya.
“AHHHH!” Elena terlonjak kaget, ketika seseorang tiba-tiba saja keluar. Keluar dari ruang khusus pak Raphael.
Seorang pria? Elena mempertanyakan hal ini pada dirinya sendiri dan pikirannya membawa dia jauh dan semakin jauh.
“AKHHH!” Lagi dia berteriak sambil menutup mulutnya dengan mata berair.
Raphael terheran kembali dan melotot pada Elena. “Apalagi denganmu?”
Elena menggeleng. Sebuah kekecewaan tersirat jelas di matanya, mengira sang Bos idamannya adalah seorang gay ~~~
Kejadian ini seperti trauma yang berat baginya, membuat Elena menatap kosong ke depan seolah-olah dia kehilangan jiwanya saat duduk.
Seorang Kepala departemen yang datang dengan keperluan, tidak tahan untuk memukul meja, setelah beberapa panggilannya diabaikan. BRAK.
“Eh botak! botak! botak sialan.”
Latah yang benar-benar sial untuk Elena, karena memang pria di depannya juga botak. Tapi dia yang terkejut, bertindak sebagai korban dengan cepat.
“Pak Mothy, jangan mentang-mentang anda kepala departemen, sehingga anda bisa menggebrak meja orang lain sembarangan.”
Mothy, pria botak dengan kacamata dan mata memerah, menatap garang Elena tanpa berkedip. Dia mengangkat tangannya menunjuk wanita itu.
“Lalu kamu, jangan mengira karena Sekretaris Bos bisa seenaknya menghina orang lain, apalagi mengatakan sialan. Memangnya kenapa kalau aku botak? Apa aku mempermalukan Ibumu? Tidakkan kan!”
Elena mengernyit sedikit bingung. Tapi begitu, mood buruknya mengingat Raphael masih merayap di hati. Jadi dia melipat tangan di dada kesal. “Kok bawa-bawa Ibu! apa-apaan ini!”
“Kamu yang lebih dulu mengatakan botak sialan! Lalu memang kenapa—”
“Pak, pak sudah pak.”
“Mari Pak, sini Pak.”
Elena masih bingung, kenapa orang-orang seolah mengamankan Pak Mothy,l padahal dia yang menjadi korban saat ini. Setidaknya itulah yang Elena pikirkan, sampai seseorang diantara mereka menegurnya.
“Elena kau ini kenapa? Berani sekali bicara begitu kepada Pak Mothy? Kalau diadukan bisa jadi masalah besar.”
Elena mau tidak mau kembali duduk untuk mendengar cerita reka ulang kejadian antara dirinya dan Kepala Departemen. “Hah, aku tidak tahu kenapa bisa begitu konyol Rin!” Sesalnya setelah sadar apa yang terjadi.
“Kalau kau tidak masalah, ceritakan saja masalahmu padaku,” kata Rin lagi.
Mendengar ini Elena menatap Rin sungguh. Dia memang ingin berbagi dengan seseorang saat ini, hanya saja kepercayaan adalah masalah terbesarnya.
Jadi alih-alih mengatakan dirinya, dia berkata bahwa sang adik memiliki masalah. Berlindung di bawah nama adik, Elena ingin meminta pemikiran Rin mengenai situasinya dengan Raphael tadi.
Rin yang mendengar ini jelas tertawa. Mungkin karena dia melihat dari sisi yang netral, jadi dia melihat lebih baik. “Aku pikir adikmu bisa saja salah paham. Begini ya, … kalau di novel-novel CEO, ada orang-orang khusus atau kepercayaan yang bekerja secara rahasia.”
“Benarkah?”
“Ya!” Rin mengangguk mantap. Imajinasinya seolah tersalurkan membicarakan hal ini.
“Lalu, apa ada tips memikat CEO disana? Adikku benar-benar menyukai Bos ditempat kerjanya.”
“Ya kalau Bos-nya single tidak masalah. Di novel-novel romansa, ada banyak cerita-cerita seperti itu. Jika ingin, suruh adikmu untuk belajar dari sana.”
BAM. Pikiran Elena dengan cepat mengembara jauh. Dengan bantuan cerita Rin, Elena dengan mudah setuju. Dia setuju bahwa dia salah paham kepada Raphael, dan dia harus berusaha lebih keras.
Satu-satunya yang dia pikirkan saat ini, adalah membeli novel percintaan kantor secepatnya.
•
•
Sementara di kediaman keluarga Hain, Victoria mendapatkan telepon dari Raphael untuk bersiap-siap dalam makan malam sebentar. Tapi saat Victoria bertanya perlu menyediakan apa, Raphael melarangnya untuk menyiapkan lebih apalagi yang spesial.
Menutup panggilannya, Victoria kembali mengingat karakter Paman dan Bibi Raphael. Keduanya merupakan pasangan penjahat, dan antagonis dalam keluarga besar mereka. Tidak cukup sampai situ, bahkan putra mereka juga sama menjijikkannya.
Memikirkan ini Victoria dibuat tidak bersemangat. Walaupun dia bukan orang baik, tapi dia benci bertemu para penjahat lainnya. Apalagi jenis penjahat moral seperti ini.
“Oh, haruskah aku memulai pekerjaanku sendiri?” Pikirnya dengan licik.
Dari semua orang dalam buku masa depan itu, Victoria ingin mencuri seseorang saja. Dia telah mempertimbangkan hal ini matang-matang, yakni dia ingin mendapatkan seorang yang seharusnya menjadi milik Viona sang pemeran utama, seorang anak anjing yang sangat setia, Sean.
Tidak mau hanya sampai wacana, dia langsung mengambil ponsel dan menggulir layar.
“Baiklah, … mari kita cari tahu tempat pertarungan bawah tanah anak anjing itu.”