Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemberut
...****************...
Siang itu, setelah Nadia pergi, Aldiano duduk di kursinya sambil menatap layar laptop. Tapi pikirannya justru gak fokus.
Bukan karena pekerjaan.
Tapi karena seseorang yang keluar dari ruangannya tadi pagi dengan wajah masam.
Aldiano mengetukkan jarinya di meja, lalu menekan tombol interkom. "Teddy, ke sini."
Gak butuh waktu lama, Teddy masuk dengan ekspresi santai seperti biasa. "Ada apa, Pak?"
Aldiano melirik sekilas. "Panggil Aulia ke sini."
Teddy menaikkan alisnya. "Wah, wah. Biasanya lo yang nyamperin dia buat makan siang, sekarang manggil dia ke ruangan. Ada apa nih? Mau minta masakin sesuatu yang spesial?"
Aldiano mengabaikan komentar Teddy. "Cepat."
Teddy terkekeh kecil tapi tetap berbalik untuk pergi. Namun, sebelum keluar, dia menoleh lagi dengan smirk khasnya. "Oh iya, Pak. Tadi pagi Aulia keluar dari ruangan lo dengan wajah kayak habis lihat setan. Cemberut banget."
Aldiano yang awalnya terlihat serius tiba-tiba menghentikan gerakannya. Matanya sedikit menyipit. "Cemberut?"
Teddy mengangguk. "Iya. Bahkan gue sempat tanya kenapa, tapi dia ngeles terus. Padahal jelas-jelas mukanya kayak orang gak puas."
Aldiano terdiam.
Cemberut? Karena Nadia?
Entah kenapa, mendengar itu, ada sesuatu di dalam dirinya yang… membuatnya ingin tersenyum.
Tapi tentu saja, dia tidak menunjukkannya di depan Teddy.
"Jangan banyak omong. Panggil dia," kata Aldiano datar.
Teddy mengangkat bahu santai, lalu keluar dari ruangan.
Begitu pintu tertutup, Aldiano bersandar di kursinya.
Matanya menatap meja, tapi pikirannya sibuk menganalisis sesuatu yang baru dia sadari.
Jadi… Aulia tidak suka melihat Nadia di ruangannya?
Menarik.
Sangat menarik.
...****************...
Aulia berjalan menuju ruangan Aldiano dengan langkah sedikit malas. Tadi dia baru aja santai-santai di pantry setelah makan siang, eh, tiba-tiba Teddy datang dengan ekspresi jahilnya.
"Bos manggil kamu," kata Teddy dengan smirk khasnya.
Aulia mengerutkan kening. "Buat apa?"
Teddy mengangkat bahu. "Mana saya tau. Tapi katanya penting."
Aulia mendengus sebelum akhirnya menurut. Tapi dalam hati, dia masih bertanya-tanya. Kenapa sih harus dipanggil? Jangan-jangan… soal tadi pagi?
Begitu sampai di depan pintu, Aulia menarik napas sebelum mengetuk dan masuk.
Aldiano duduk di kursinya seperti biasa, dengan ekspresi datarnya yang sulit ditebak. Matanya langsung menatap Aulia yang berjalan masuk.
"Ada apa, Pak? Saya lagi sibuk, nih," kata Aulia sambil melipat tangan di dada.
Aldiano menaikkan alis. "Sibuk? Ngapain?"
Aulia menggaruk kepalanya asal. "Ya, banyak. Bersih-bersih, masak, ngobrol sama temen-temen—eh, maksudnya kerja."
Aldiano menatapnya sejenak sebelum akhirnya berkata, "Kamu cemberut tadi pagi."
Aulia langsung terbatuk. "HAH?"
Aldiano tetap tenang. "Teddy bilang wajahmu seperti orang yang baru saja ditinggal jodohnya."
Aulia melotot. "Omong kosong! Si Mas Teddy itu memang kebanyakan drama!"
Aldiano menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya tetap memperhatikan Aulia. "Jadi kamu tidak cemberut?"
Aulia berkedip cepat. Otaknya bekerja keras mencari jawaban yang tepat.
"Gak kok. Biasa aja," katanya akhirnya.
Aldiano mengangguk pelan, ekspresinya tetap dingin. "Oh. Bagus kalau begitu."
Aulia mengerutkan kening. "Hah?"
Aldiano mengangkat bahu. "Aku pikir kamu kesal karena Nadia ada di ruangan ini tadi pagi."
Aulia tercekat.
Wah. Gawat.
Dia gak nyangka Aldiano bakal nembak langsung gitu.
Aulia buru-buru tertawa, meski terdengar sedikit dipaksakan. "Hahaha! Enggak lah, Pak! Buat apa saya kesal? Saya kan cuma office girl di sini. Bukan siapa-siapa."
Aldiano menatapnya dalam diam.
Lalu, dia berkata dengan nada yang sangat datar, tapi entah kenapa menusuk, "Bagus kalau begitu."
Aulia tiba-tiba merasa… aneh.
Kenapa rasanya gak enak, ya?
Seolah-olah dia berharap jawaban Aldiano berbeda.
Tapi itu kan gak mungkin.
Aulia buru-buru berdeham. "Kalau gak ada yang penting, saya balik kerja lagi, Pak."
Aldiano mengangguk. "Pergilah."
Aulia langsung berbalik dan berjalan cepat keluar ruangan. Begitu pintu tertutup, dia menarik napas dalam.
Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Bukan karena gugup.
Tapi karena… dia sadar.
Dia gak suka melihat ada wanita lain di dekat Aldiano.
Sial.
.
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya