Falisya seorang gadis cantik yang berasal dari desa, dia terpaksa harus pindah sekolah ke kota karena orang tuanya.
ternyata tujuan dia pindah ke kota adalah untuk menikah dengan Mahendra, lelaki asing yang tidak ia kenal sama sekali.
mereka melakukan pernikahan karena perjanjian orangtua nya dahulu.
untuk merahasiakan pernikahan itu, mereka melakukan berbagai cara.
Di sekolah falisya adalah adik kelasnya mahendra.
Pertama kali falisya menginjakkan kaki di sekolah itu, ketos tampan tertarik padanya, hingga membuat Mahendra yang terkenal cuek dan dingin merasa tersaingi.
Ketos dan Mahendra adalah dua orang yang berpengaruh di sekolah, hingga membuat mereka saling bersaing. Mahendra tidak menyukai Alif yang selalu berusaha mendekati falisya, hingga berbagai cara ia lakukan untuk menjauhkan mereka berdua.
Bagaimana falisya dan Mahendra menyembunyikan pernikahan mereka?
Dan apa saja tantangan yang mereka dapatkan karena pernikahan itu?
Akankah mereka saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Falisyaa Cf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasutri Gaje Part II
"Nyokap? Apa iya nyokap kak Mahendra semuda itu? Apa lagi di bonceng naik motor seperti tadi?" tanya Gebby tidak percaya, dia langsung melirik ke arah falisya dengan tatapan menyelidik.
Falisya meneguk salivanya dalam-dalam, dia meremas jemarinya karena merasa khawatir dan gugup menjadi satu. Gebby langsung menatap kearah falisya dan melihat wanita di sebelahnya dengan menaikkan satu alisnya.
"Lo kenapa?" tanya Gebby.
"M-maksudnya?"
"Gemetar gitu? Gerogi ya tadi di pegang sama kak Mahendra? Haha falisya biasa aja kali, lagian kalo emang Lo bisa dapetin dia, gue ancungin empat jempol deh!" ujar Gebby tersenyum lebar.
"Gila ya Lo! Udah ah, gue mau pulang aja!"
"Eh, tungguin! Emangnya Lo ngak penesaran apa sama cewek yang di bonceng kak Mahendra tadi?"
"kan tadi dia bilang itu nyokapnya, udah deh jangan kepo banget! Banyak tahu buat hidup Lo ngak tenang." ketus falisya.
"Ngak biasa, falisya! Ayo ikut gue." Gebby langsung menarik tangan falisya untuk masuk kembali kedalam dan mencari keberadaan mahendra.
Mahendra terlihat duduk dengan seorang wanita berbaju merah mudah seperti yang di bonceng lelaki tadi, Gebby pura-pura berjalan melewati Mahendra dan melirik kearah wanita yang sudah terlihat tua dan keriput membuat gebby membulatkan matanya dan langsung berlari, falisya hanya mengikuti wanita itu kemana membawanya.
"Ah, ternyata sudah setua itu ya? Argh, kenapa gue bisa berfikiran kalau tadi adalah pacarnya kak Mahendra, ya?" ketus Gebby.
"Kan udah gue bilang tadi! Lo sih gamau percaya! Udah sana pulang aja duluan, gue masih mau nunggu taksi." falisya mendorong tubuh Gebby keluar toko dan wanita itu langsung menghentikan langkahnya, menarik Gebby kembali.
"Buku kita belum bayar!" bisik falisya.
"Ah, iya lupa gue! Gara-gara cewek itu nih," Gebby dan falisya langsung membayar buku tersebut dan langsung berjalan kembali keluar toko.
"Iya udah, gue duluan ya!" Gebby melambaikan tangannya.
"Oke!"
Falisya menghembuskan nafasnya lega, tapi dia kembali melirik ke dalam toko dan tertawa keras. Dia sempat melihat nenek itu memakai baju merah muda sampai terlihat seperti anak remaja.
"Apa nenek itu di suruh sama kak mahendra ya? Ah mana mungkin!"
"Hmmm, iya udalah yang penting hari ini gue selamat! Ngak lagi deh keluar sama dia, bakal kenak apes terus gue nanti!"
Falisya melihat taksi yang di pesan sudah sampai, dan langsung masuk kedalamnya. Sedangkan Mahendra yang baru saja keluar dari toko melihat falisya memasuki taksi langsung mengejarnya namun taksinya keburu melaju pergi.
"Argh, sialan! Nyusahin banget sih punya binik! Gerutu Mahendra.
Dia langsung menaiki motornya dan mengikuti taksi tersebut, karena takut jika kesasar atau terjadi hal yang tidak di inginkan. Mahendra terus saja menggerutu dan dan mengupat falisya di atas motornya.
"Awas Lo sampai rumah ya!" ancam Mahendra.
Taksi tepat berhenti di depan rumah mahendra, falisya langsung berjalan santai memasuki rumah tersebut. Mahendra memotong jalan wanita itu dan berhenti tepat di hadapannya membuat falisya terkejut dan reflek memundurkan langkahnya.
"kenapa Lo malah naik taksi, hah?" tanya mahendra.
"Kenapa emangnya? Kan demi kebaikan bersama. gebby itu masih penesaran terus sama cewek yang kak mahen gonceng tadi," sahut falisya.
"Ya tapi tetap aja Lo ngak boleh seenaknya gini, udah fitnah gue biar bisa nganterin Lo dan sekarang Lo buat gue nungguin di dalam toko sedangkan Lo pulang naik taksi? Mikir kenapa sih Lo cewek kampung, kalau emang dasar kampungan sampai kapanpun pasti kampungan, mangkanya tingkahnya ngak terarah sama sekali!!" Sungut Mahendra dengan amarah yang meluap.
Falisya menatap Mahendra dengan tatapan yang dalam, kini manik matanya berkaca-kaca seakan ada bendungan airmata yang akan siap meluap kapan saja. Falisya langsung mengalihkan pandangannya dan meninggalkan Mahendra begitu saja, dia tidak ingin lelaki itu melihat sisi lemahnya karena hal itu bisa membuat gagal rencananya.
"Eh, gue belum selesai bicara sama Lo ya!" teriak mahendra.
Falisya terus saja memasuki rumah tanpa menoleh ke belakang, dia langsung berlari ke kamarnya agar siapa pun tidak mengatui jika dirinya menangis. Sedangkan diluar, Mahendra berdecih kesal dan memukul udara dengan kesal.
"Dasar ngak tahu sopan santun," ketus mahendra.
Lelaki itu langsung memarkirkan motornya di garasi, dia tidak ingin masuk kedalam rumah tersebut terlebih dulu, sebab pasti akan ada mamanya di dalam dan sudah terhasut oleh wanita ular itu, menurut mahendra.
"Mahendra, ngapain kamu disini?" tanya topit.
"Ngak apa-apa pa, lagi cari suasana baru aja!"
"Iyaudah ayo masuk, mau hujan nih!"
Mahendra menganggukkan kepalanya dan langsung mengikuti langkah papanya, dia melihat sekitar dan tidak ada falisya bersama mamanya. Mahendra melirik kearah lorong kamarnya namun gelap dan tertutup.
"Dia ngapain? Semedi? Ah biarlah!"
"Ayo makan, loh mana falisya, Mahendra? tanya Eva.
"Di kamar, ma!"
"Ngak kamu suruh naik taksi lagi kan?" tanya Eva memastikan.
"Ngak, mama! Kenapa sih khawatir banget, yang anak mama Mahendra bukan dia,"
"Dia istri kamu, Mahendra! Jangan seperti itu, mama ngak ada loh ngajarin seperti itu!"
"Hm, iya ma!"
"Mahen, panggil dulu si falisya ajak makan bareng!" perintah papanya.
"Baik, pa." Mahendra berjalan dengan sangat santai menuju kamarnya, dia mengetuk pintu berulang kali namun tidak ada jawaban.Saat membuka pintu, ternyata di kunci dari dalam.
"Falisya, buka pintunya! Lo ngapain di dalam? Kenapa harus di kunci segala?"
Falisya membuka pintu dan menatap Mahendra datar dan langsung berjalan meninggalkannya begitu saja membuat lelaki itu menaikan satu alisnya, dia tidak terima di perlakukan seperti ini setelah apa yang falisya lakukan padanya. Dia menggenggam tangan falisya dan menahan langkahnya.
"Lo kenapa?" tanya mahendra.
Falisya langsung memutar tubuhnya dan menatap ke arah mahendra, " Sejak kapan Lo peduli?"
"Siapa yang peduli? Gue cuma nanya doang!"
"Iya udah gue ngak mau jawab!"
"Aneh banget sih Lo! Iya udah sana mama nyuruh makan," perintah Mahendra.
"Hmm," Dehem falisya.
Mahendra langsung masuk ke dalam kamar, sedangkan falisya langsung berjalan berjinjit untuk mendekati pintu, dia ingin melihat reaksi mahendra saat melihat kamar mandinya penuh dengan kecoa mainan.
Falisya menutup mulutnya menahan tawa, "Satu.... Dua... tig-"
"Aaaaaaaaa," teriak mahendra dari dalam kamar mandi.
Falisya langsung tertawa keras dan meninggalkan tempat itu, berjalan menuju dapur untuk makan bersama. Falisya tersenyum ceria seperti biasanya, membuat siapa pun yang melihatnya pasti akan ikut senang kecuali Mahendra.
"Falisya, sini sayang kita makan dulu ya!"
"Oke, ma." falisya langsung duduk di kursinya dan melihat kearah topit yang memanggilnya.
"Mahendra mana? Kenapa gantian gini sih? Tadi kamu Sekarang Mahendra," ujar topit.
"Katanya dia mau mandi dulu, pa."
"Oh iya udah kalau gitu!"
"Falisya," teriak mahendra.
Semua yang ada di meja makan tersebut langsung menatap ke arah mahendra yang hanya memakai handuk saja saat keluar dari kamar mandi, lelaki itu menatap falisya dengan tajam dan mendekatkan langkahnya.