NovelToon NovelToon
Rahasia Sang Ibu Susu

Rahasia Sang Ibu Susu

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / One Night Stand / Janda / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Ibu Pengganti
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Alika tidak pernah menyangka kehidupannya akan kembali dihadapkan pada dilema yang begitu menyakitkan. Dalam satu malam penuh emosi, Arlan, yang selama ini menjadi tempatnya bersandar, mabuk berat dan terlibat one night stand dengannya.

Terry yang sejak lama mengejar Arlan, memaksa Alika untuk menutup rapat kejadian itu. Terry menekankan, Alika berasal dari kalangan bawah, tak pantas bersanding dengan Arlan, apalagi sejak awal ibu Arlan tidak menyukai Alika.

Pengalaman pahit Alika menikah tanpa restu keluarga di masa lalu membuatnya memilih diam dan memendam rahasia itu sendirian. Ketika Arlan terbangun dari mabuknya, Terry dengan liciknya mengklaim bahwa ia yang tidur dengan Arlan, menciptakan kebohongan yang membuat Alika semakin terpojok.

Di tengah dilema itu, Alika dihadapkan pada dua pilihan sulit: tetap berada di sisi Adriel sebagai ibu asuhnya tanpa mengungkapkan kebenaran, atau mengungkapkan segalanya dengan risiko kehilangan semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Kondisi Adriel Memburuk

Hari demi hari berlalu, dan Widi tetap teguh pada keputusannya. Ia terus berusaha memisahkan Adriel dari Alika meskipun ia dan Terry mulai kewalahan. Tangisan Adriel yang tiada henti membuat mereka kurang tidur, dan meski berbagai cara sudah dilakukan, bayi itu tetap tidak bisa ditenangkan.

Namun, keadaan semakin buruk. Sejak Alika tidak lagi menginap, Adriel jatuh sakit.

Bayi itu demam tinggi. Tubuhnya panas, wajahnya pucat, dan ia hampir tidak mau makan atau minum. Setiap malam ia hanya menangis, memanggil, "Mama…" hingga suaranya serak dan habis.

"Arlan, kita harus membawa Adriel ke rumah sakit," Widi akhirnya berkata setelah melihat cucunya lemas tak berdaya.

Arlan yang sejak awal diam dan menyembunyikan perasaannya di balik sikap dingin hanya mengangguk. Dalam diam, ia sudah muak dengan situasi ini.

Di rumah sakit, dokter memasang infus untuk Adriel. Namun, meski diberi perawatan, kondisinya tidak membaik. Bayi itu tetap lemas, tubuhnya panas, dan tangannya yang mungil lemah menggenggam baju Arlan saat ia menangis pelan, "Mama…"

Melihat itu, hati Arlan benar-benar hancur. Ini sudah terlalu jauh.

"Tidak bisa begini terus," suaranya dingin dan tegas.

Ia berdiri dan mengambil ponselnya, kemudian menekan ikon panggilan cepat yang langsung menghubungkan ke kontak Alika.

Alika yang terjaga karena memikirkan Adriel terkejut saat melihat panggilan masuk dari Arlan. Tanpa ragu, ia langsung menjawab panggilan itu.

"Alika, segera datang ke rumah sakit. Keadaan Adriel memburuk," kata Arlan, suaranya tegas dan mendesak, sebelum Alika sempat mengucapkan sepatah kata pun.

Di sebelahnya, Widi langsung menegang. "Arlan! Kau tidak boleh melakukan ini! Kalau kau membawa Alika ke sini, maka semua usaha Mama selama ini akan sia-sia!"

Arlan menatap ibunya tajam. "Sia-sia? Mama lihat sendiri keadaan Adriel. Mama benar-benar ingin mempertaruhkan nyawa cucu Mama sendiri demi memisahkannya dari Alika?"

"Adriel hanya butuh waktu untuk terbiasa! Kalau kau terus menuruti kemauannya, sampai kapan pun dia tidak akan bisa lepas dari Alika!" Widi tetap bersikeras.

Arlan mengepalkan tangannya, matanya berkilat marah. "Dan kalau dia mati sebelum sempat terbiasa, Mama bisa bertanggung jawab?"

Widi terdiam. Ia ingin membantah, tetapi tatapan putranya terlalu tajam, terlalu dingin.

Sementara itu, di sudut ruangan, Terry yang menyaksikan semua ini merasa semakin frustasi. Ia melihat Adriel yang lemah dengan wajah memerah karena demam, dan dalam hatinya yang gelap, ia berharap bayi itu tidak bisa bertahan.

"Kalau dia mati, semuanya akan lebih mudah," gumamnya dalam hati.

Namun, tidak ada yang menyadari ekspresi dingin di wajahnya. Tidak ada yang tahu apa yang ia pikirkan.

Sementara itu, Arlan tetap berdiri tegak, tidak peduli pada protes ibunya atau siapa pun.

Ia hanya ingin satu hal.

Alika harus datang. Sekarang juga.

***

Begitu mendapat kabar bahwa kondisi Adriel memburuk, Alika tidak berpikir dua kali. Ia langsung bergegas ke rumah sakit dengan dada sesak dipenuhi kekhawatiran.

Sejak Adriel dipisahkan darinya, ia bisa merasakan perubahan pada bayi itu. Adriel tampak tidak seceria biasanya; tubuhnya lemah karena enggan makan dan minum, matanya bengkak dan sayu akibat terlalu banyak menangis dan kurang tidur.

Hanya saat bersamanya, Adriel mau makan dan minum ASI, dan selalu ingin berada dekat dengannya. Mendengar bahwa kondisi Adriel semakin memburuk, hatinya dipenuhi kecemasan.

Ia tahu pemisahan ini bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik Adriel, tetapi juga pada ikatan emosional di antara mereka, yang semakin rapuh akibat situasi ini.

Kakinya melangkah cepat menyusuri koridor rumah sakit, hingga akhirnya tiba di depan pintu kamar rawat Adriel.

Saat masuk ke dalam, matanya langsung menangkap sosok bayi yang terbaring lemah di ranjang dengan tubuh mungilnya yang panas dan wajahnya yang pucat. Tangannya langsung menutupi mulut, menahan isakannya yang hampir pecah.

Tanpa ragu, Alika segera menghampiri ranjang dan merengkuh Adriel ke dalam dekapannya.

Seolah mengenali pelukan yang telah merawat dan membesarkannya sejak bayi, Adriel menggeliat kecil di pelukan Alika. Perlahan, mata bengkaknya yang sembab karena terlalu banyak menangis terbuka. Kelopak mata kecil itu tampak berat, tetapi tetap berusaha mengangkatnya hanya untuk memastikan bahwa yang sedang memeluknya adalah mamanya.

Tangan mungilnya yang lemah terangkat, berusaha menggapai wajah Alika. Bibirnya bergetar saat mencoba memanggil "Mama," tetapi suaranya tak terdengar.

Melihat itu, air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya jatuh juga. Alika menggenggam tangan kecil itu dengan lembut, lalu mengecupnya penuh kasih.

“Mama di sini, Nak,” suaranya bergetar. “Mama di sini…”

Adriel mengerjapkan matanya yang berat, bibir mungilnya sedikit terbuka, berusaha memanggil "Mama" untuk memastikan bahwa ini bukan sekadar mimpi. Kali ini suaranya keluar, tetapi hanya terdengar seperti bisikan yang hampir tak jelas.

Arlan berdiri di sudut ruangan, memerhatikan pemandangan itu dengan diam. Ia melihat bagaimana ekspresi Adriel yang tadinya begitu lemah dan kehilangan harapan kini perlahan mulai berubah saat berada di pelukan Alika.

Tapi yang paling membuat dadanya terasa sesak adalah, Alika sendiri.

Ada ketulusan dalam cara Alika menyentuh Adriel, ada cinta dalam tatapan matanya. Ia bukan hanya sekadar seorang ibu susu. Tapi sudah seperti ibu kandung.

Tanpa peduli dengan tatapan tajam Widi dan Terry, Alika duduk di kursi dekat ranjang, memosisikan Adriel dengan nyaman di pelukannya, lalu mulai menyusui bayi itu.

Saat bibir kecil Adriel menyentuhnya, Alika bisa merasakan betapa panasnya lidah dan mulut bayi itu. Hatinya kembali hancur. "Bagaimana bisa Adriel dibiarkan menderita seperti ini?" gerutunya dalam hati

Alika menggigit bibirnya, menahan rasa kecewa yang semakin menyesakkan dada. Anak sekecil ini, yang bahkan belum bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan dengan kata-kata, harus menanggung sakit sendirian.

Matanya menatap wajah mungil Adriel yang memerah karena demam. Kelopak mata bayi itu tampak berat, napasnya tersengal kecil, dan tubuhnya terasa lebih panas di pelukannya. Seharusnya ada yang lebih peduli padanya. Seharusnya ia tidak harus menangis begitu lama sebelum ada yang datang menenangkannya.

Alika menarik napas dalam, mencoba menahan emosi yang hampir meledak. Adriel bukan anaknya, tapi mengapa hatinya begitu sakit melihatnya seperti ini? Mengapa justru ia yang paling peduli, sementara keluarganya sendiri tega membiarkan Adriel dalam keadaan seperti ini?

Adriel menatapnya dalam diam, seolah takut jika ia berkedip, maka Alika akan menghilang lagi. Tangannya yang mungil berusaha menggenggam baju Alika erat-erat, memastikan bahwa mamanya tidak akan pergi lagi.

Widi menyaksikan pemandangan itu dengan wajah kaku. Tidak ada yang bisa ia katakan saat ini. Semua usahanya untuk memisahkan Alika dan Adriel tampak sia-sia dalam sekejap.

Sementara itu, Terry merasakan kemarahan membuncah di dalam dadanya. Rahangnya mengeras, kuku-kuku jarinya menggali telapak tangannya sendiri. Ia tahu, Alika adalah ancaman terbesar baginya.

Dan Terry tidak akan membiarkan ini terus terjadi.

***

Hari-hari berlalu, dan kondisi Adriel semakin membaik sejak berada dalam perawatan Alika. Demamnya turun, nafsu makannya kembali, dan senyum kecilnya mulai muncul lagi. Namun, satu hal yang kini menjadi jelas, Adriel tidak mau lepas dari Alika.

Setiap kali Alika beranjak dari ranjang, tangan mungilnya langsung menggenggam erat baju wanita itu. Jika Alika meletakkannya di kasur meskipun hanya sebentar, Adriel akan langsung menangis dan mencari-cari keberadaannya.

Lebih dari itu, ada perubahan lain yang cukup mencolok.

Sejak dirawat Alika, Adriel semakin menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Widi dan Terry.

Siang itu, Widi datang membawa semangkuk bubur, mencoba menyuapi cucunya yang baru selesai menyusu. “Adriel, ayo makan dulu, Nak,” katanya dengan nada lembut, meskipun ada nada ketidaksabaran di dalamnya.

Namun, Adriel tidak bergerak. Matanya menatap Widi dengan tatapan yang tajam untuk ukuran seorang bayi. Bahkan saat Widi mencoba mendekatkan sendok ke bibir mungilnya, Adriel menggeleng dan langsung membenamkan wajahnya di dada Alika, seolah menyembunyikan diri.

Widi menghela napas, berusaha menahan kesal.

“Alika, coba kamu yang suapi,” katanya akhirnya.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Iin Rostiani
kenapa Alika ingin meminta restu pada si Maya,gak perlulah Alika entar di goda lagi calon suamimu
Hanima
semangat Kk Nana..
phity
gimna si critanya ibu alika bsa selingkuh dgn suami alika
mbok Darmi
bagaimana kalau nanti maya minta ikut alika dan terulang kisah yg sama, meskipun aku ragu arlan tergoda bagaimanapun maya punya bibit pelakor dan pasti ngiler lihat arlan yg kaya dan mapan
Riaaimutt
oh... aku ingat ini ada di novel sebelumnya ya,, ah lupa itu apa judul nyaa,,,
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
emak gedek sama Widi......kasih lah Widi kejutan dikit keserempet kek apa kenp kek masih aja cari kesalahan Alika jelas jelas Terry yg bikin masalah
phity
alika mngkin bsa mecoba sedikit2 bicara bercerita ke arlan apapun itu...agar semuanya bsa terbuka mrk bsa sling memahami abg dasar dlm memulai rumah tangga merwka...kedepannya mrk akn saling percya dan mendukung jika ad maslah
phity
waduuu...de sini si widi bsa di ingatkan spy tdk memandang status sosial. aku penasaran dgn latar belakang widi thor apkh dia mmg dr keluarga trhormat atw sma dgn bagas
Anitha Ramto
Benar² si Widi msh keras kepala..tdk mau merestui Pernikahan Putranya dan Alika
mbok Darmi
tolong bisa di flashback alasan suami alika bisa selingkuh dgn mertuanya kalau dilihat arya laki2 yg baik pasti juga saat punya istri yg baik kok bisa otak nya konslet merebut suami anaknya sendiri
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸: ada di pijo bisa baca disana
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜: cerita tentang Alika ada di aplikasi sebelah ka.....judulnya ibuku duri dalam cinta ,.tadinya di disini trs sama otorya di pindahin ke sebelah rame loh dan end .....
total 2 replies
Hanima
👍👍
abimasta
thor ini cerita setelah alika cerai dari suaminya yg selingkuh dengan ibu kandungnya kan?baru sadar hahaha
abimasta: baiklah thor semoga pernikahan alika kali ini berakhir dengan bahagia
🌠Naπa Kiarra🍁: Iya, Kak.
total 2 replies
Syavira Vira
lanjut
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
ternyata Arya n Bagas teman lama dan Arya malaikat Bagas
Anitha Ramto
ternyata ooh ternyata ..mereka sdh saling kenal bahkan Bagaslah yg di bsntu Oleh Arya
Hanima
Semangat Kak Nana... 👍👍
mbok Darmi
waduh ada apalagi ini mungkinkah ada dendam pribadi antara arya dan bagas
abimasta
ada apa antara pak bagas dan pak arya adakah yg disembunyikan pak bagas?
Anitha Ramto
wah ada apa ya..antara Arya dan Bagas
Nuni
semoga tidak ada dendam masalalu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!