Rahasia Sang Ibu Susu

Rahasia Sang Ibu Susu

1. Terkunci

Malam semakin larut ketika Terry membantu Arlan yang mabuk keluar dari mobil. Tubuh Arlan yang berat membuatnya terhuyung beberapa kali, tetapi dengan susah payah, ia berhasil memapah pria itu ke kamarnya.

Malam yang telah larut membuat tidak ada seorang pelayan pun yang melihat Terry memapah Arlan, terutama karena para pelayan berada di belakang rumah utama.

Setelah pintu tertutup rapat, Terry menghela napas panjang, kemudian menyeringai licik. Matanya memandangi Arlan yang terbaring tak sadarkan diri, wajah pria itu memerah karena pengaruh alkohol.

"Malam ini kau akan jadi milikku, Arlan," gumamnya penuh keyakinan. Ia mendekati ranjang, jari-jarinya menyentuh dagu pria itu dengan lembut, lalu melangkah mundur untuk mengambil ponsel dari sakunya, bersiap merekam adegan yang sebentar lagi terjadi.

Namun, wajahnya berubah panik ketika ia tidak menemukan ponselnya. "Sial! Ke mana ponselku?" desisnya sambil merogoh saku celana dan jaketnya. Kekesalan mulai memuncak saat ia menyadari di mana ponsel itu mungkin berada. "CK. Pasti jatuh di mobil Arlan."

Terry berjalan cepat keluar dari kamar, meninggalkan pintu sedikit terbuka. Ia melangkah menuju garasi dengan langkah tergesa-gesa, bertekad menemukan ponsel itu agar rencananya berjalan lancar. Namun, ia sama sekali tidak menyadari bahwa satu kejadian tak terduga akan segera menggagalkan niat liciknya.

Setelah Terry meninggalkan kamar Arlan, tak lama kemudian Alika melewati kamar Arlan. Ia tersentak mendengar suara benda pecah dari dalam kamar. Ia menghentikan langkahnya, alis mengernyit penuh kekhawatiran. "Kak Arlan? Apa yang terjadi di dalam?" panggilnya penuh kekhawatiran.

Tidak ada jawaban.

Alika merasa semakin khawatir. "Kak Arlan, aku masuk ya!" katanya lagi sambil mengintip di celah pintu kamar yang tidak tertutup rapat, tapi tak bisa melihat apa yang terjadi di dalam dan tetap tak ada sahutan dari dalam.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Arlan berdiri di sana, terlihat berantakan. Matanya merah, sorotnya tidak fokus, dan aroma alkohol menyeruak di udara. Ia tidak seperti dirinya yang biasa.

"Kak, apa kau baik-baik saja?" tanya Alika dengan nada cemas.

Namun tanpa peringatan, Arlan menarik pergelangan tangan Alika dengan kasar, membuatnya terseret masuk ke dalam kamar. Alika berusaha menyeimbangkan tubuhnya, tetapi sebelum ia bisa protes, Arlan sudah menutup dan mengunci pintu di belakang mereka.

Alika berdiri kaku di balik pintu kamar Arlan, merasa bingung sekaligus cemas melihat keadaan pria itu. Arlan tampak tak seperti biasanya, mata merah, napas berat, dan tingkah laku yang tidak terkendali.

"Kak Arlan, apa yang kau lakukan?!" seru Alika, suaranya sedikit bergetar, tangan kanannya masih dipegang Arlan.

Arlan tidak menjawab. Ia mendekatkan tubuhnya pada Alika, napasnya berat dan wajahnya semakin dekat. Aroma campuran alkohol dan sesuatu yang asing menusuk hidung Alika, membuatnya menyadari ada yang salah.

"Kau tahu, Alika..." gumam Arlan dengan suara serak, tangannya menyentuh pipi Alika. "Aku... aku tidak bisa lagi menahan ini."

"Kak, kau mabuk! Berhenti, lepaskan aku!" Alika mencoba mendorong tubuh Arlan menjauh, tetapi kekuatannya tak cukup melawan pria itu.

Dengan gerakan yang tiba-tiba, Arlan menundukkan wajahnya dan mencium bibir Alika. Ciuman itu penuh dorongan tak terkendali, membuat Alika terkejut dan panik. Ia berusaha melawan, tapi tubuh Arlan yang tinggi dan kekuatan genggamannya membuat Alika sulit bergerak.

"Arlan, hentikan! Kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan!" teriak Alika, ketika akhirnya berhasil mendorong Arlan sedikit menjauh dengan tangan kirinya, membuat ciuman mereka terlepas.

Namun pria itu hanya menatapnya dengan sorot mata yang kabur, jelas sedang tidak berada dalam kendali penuh dirinya. "Aku tidak bisa, Alika... Aku tidak bisa..." katanya dengan suara parau. Tangan kirinya tetap menggenggam tangan Alika, sedangkan tangan kanannya masih mencoba menyentuh Alika.

Alika melihat ke sekeliling, mencari cara untuk menyelamatkan diri. "Kak Arlan, tolong sadarlah! Ini aku, Alika!" ucapnya sambil menguatkan diri untuk menjauh.

"Alika, tolong aku," Arlan semakin mendekat.

"Kak Arlan, kau tidak baik-baik saja. Sebaiknya aku memanggil seseorang untuk membantumu," ujar Alika, mencoba menjaga jarak dengan kembali mendorong tubuh Arlan.

Namun, ia tak bisa melepaskan tangannya, Arlan kembali mendekat, menatapnya dengan intensitas yang tidak biasa. "Jangan pergi," gumamnya, suaranya serak dan penuh rasa yang sulit diartikan.

Di sisi lain, Terry melangkah cepat menuju mobil Arlan di garasi, kakinya berderap di lantai dingin. "Ponsel sialan itu pasti ada di sini," gumamnya sambil membuka pintu mobil. Dengan terburu-buru, ia menggeledah konsol tengah, hingga bawah kursi. Namun, ponsel yang dicarinya tidak ada.

Ia berdiri dengan frustrasi, tangannya mengacak rambut. “Di mana lagi kalau bukan di sini?” desisnya sambil memeriksa sekali lagi, kali ini lebih ceroboh.

"Sial! Ponsel itu benar-benar tak ada di sini." Saat akhirnya ia menyerah, Terry berbalik menuju pintu garasi. Namun, ketika mencoba memutar gagang pintu, ia mendapati pintu itu terkunci. Ia mencoba lagi, kali ini dengan lebih keras, tetapi hasilnya sama.

“Tidak mungkin…” gumamnya dengan napas tertahan. Matanya menatap pintu dengan tak percaya. Ia menggedor keras, tangannya meninju pintu berulang kali. "Hei! Ada orang? Bukakan pintunya!" teriaknya, suaranya menggema di ruang kosong itu.

Namun, hanya keheningan yang menjawab. Malam sudah terlalu larut, dan tak ada tanda-tanda siapa pun akan datang menolong.

Terry mundur selangkah, menggigit bibirnya dengan kesal. Ia mencoba mencari tombol pengunci otomatis di sekitar dinding garasi, tetapi tidak menemukannya. Dengan putus asa, ia mendudukkan diri di lantai, menyandarkan punggungnya pada pintu.

“Menyebalkan!” Ia menghentakkan kakinya, rasa frustasi dan amarah membara dalam dadanya. Malam yang dingin terasa semakin panjang, sementara pikirannya terus-menerus memikirkan apa yang mungkin terjadi di kamar Arlan tanpa kehadirannya.

Di Kamar Arlan

"Kak, kau sedang tidak sadar. Lepaskan aku," ujar Alika, mencoba menarik tangannya. Namun genggaman Arlan terlalu kuat, dan dia mendekat dengan langkah goyah, membuat jarak di antara mereka nyaris hilang.

Alika mencoba berbicara lagi, tetapi kata-katanya tertahan saat Arlan mendekat lebih jauh. Ada sesuatu yang aneh dalam sorot matanya, sebuah kombinasi dari dorongan yang tak terkendali dan kebingungan.

Arlan memegang tangan Alika dengan kuat. Alika berusaha melepaskan diri, tapi gagal. "Kak Arlan, sadar! Lepaskan aku!" katanya, namun Arlan tidak merespons.

Dengan langkah goyah, Arlan menarik Alika mendekati ranjang dan menjatuhkan Alika ke atasnya. Alika terus mencoba memanggil namanya, tapi Arlan terus mengungkungnya. Alika merasa tak berdaya.

Tangisan Alika mengalir tanpa suara saat tubuh mereka menyatu tanpa pembatas. Ia merasa bersalah dan terjebak dalam keadaan yang tidak terkontrol. "Kak..." desahnya, berusaha menyadarkannya.

"Alika..." desah Arlan bergerak cepat di atas Alika, mengguncang tubuh Alika penuh hasrat.

Alika menahan suaranya, mencengkeram seprei dengan erat. Jujur, ia tak lagi bisa menolak dan tak bisa memungkiri bahwa momen ini terasa indah, meskipun rasa bersalah terus menghantuinya. Tubuhnya terombang-ambing di bawah kuasa Arlan, merasa tak berdaya.

"Alika...." Arlan benar-benar kehilangan kendali, melabuhkan hasratnya pada wanita yang diam-diam ia kagumi.

Alika, seorang janda yang menjadi ibu susu untuk putra Arlan setelah istri Arlan meninggal dunia saat melahirkan. Wanita yang tanpa sadar telah membuat Arlan jatuh hati.

Semua terjadi begitu cepat. Dalam kondisi mabuk dan pengaruh yang tidak sepenuhnya dia pahami, Arlan kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dan dalam kebingungannya, Alika menemukan dirinya berada di tengah badai emosi yang tak terelakkan.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Simak dan mampiiiiiiir thor....
Selamat ya kak Nara launching novel terbarunya sukses sll karya2 Sangat bagus sll menghibur....

Alika dan arlan menghabiskan malam panas dan alika kehilangan keperawanannya...

Gagal total perempuan yg menjebak arlan tidur bersama....

Lanjut thor....
Semangat selalu.....
Sehat selalu........

2025-01-02

2

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

hadir tor ...ngomng ngomng Alika Arlan ank siapa tor ..hehe sorry karya y bnyk bnget JD lupaa

2025-01-02

1

sum mia

sum mia

hadir kak Nana , maaf baru nongol disini

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-01-09

2

lihat semua
Episodes
1 1. Terkunci
2 2. Ancaman
3 3. Tes
4 4. Dilema
5 5. Sabotase
6 6. Semakin Curiga
7 7. Hasil Tes
8 8. Dukungan
9 9. Kegaduhan
10 10. Kondisi Adriel Memburuk
11 11. Periksa ke Rumah Sakit
12 12. Pilihan
13 13. Mendesak
14 14. Rencana Jahat
15 15. Malam Mencekam
16 16. Nyaris
17 17. Peringatan Arlan
18 18. Hasil Penyelidikan
19 19. Lepas Kontrol
20 20. Lamaran
21 21. Alasan
22 22. Menemui Bagas dan Widi
23 23. Dengan atau Tanpa
24 24. Setelah Bertahun-tahun
25 25. Tak Bisa Mengubah
26 26. Keinginan Alika
27 27. Luka dalam Kenangan
28 28. Penuh Pertanyaan
29 29. Ketegangan
30 30. Arya Menyadari
31 31.Sesuatu yang Berbahaya
32 32. Pesta Pernikahan
33 33. Penyelamat Situasi
34 34. Cara Membangunkan
35 35. Bangga
36 36. Rasa Iri
37 37. Keinginan Maya
38 38. Keputusan Mulya
39 39. Sulit Menahan Diri
40 40. Pagi yang Hangat
41 41. Tak Bisa Menahan
42 42. Melihat dari Jauh
43 43. Telepon yang Menganggu
44 44. Hari Ulangtahun
45 45. Penyesalan
46 46. Merasa Kikuk
47 47.Sebuah Ajakan
48 48. Merasa Bangga
49 49. Merasa Canggung
50 50. Memuji
51 51. Berdebat
52 52. Masih Gengsi
53 53. Terasa Sempurna
54 54. Gengsi
55 55. Hubungan yang Ironi
56 56. Mulai Mencair
57 57. Rasa Iba
58 58. Tulus
59 59. Awal Baru
60 60. Belajar Menerima
61 61. Belajar dari Masa Lalu
Episodes

Updated 61 Episodes

1
1. Terkunci
2
2. Ancaman
3
3. Tes
4
4. Dilema
5
5. Sabotase
6
6. Semakin Curiga
7
7. Hasil Tes
8
8. Dukungan
9
9. Kegaduhan
10
10. Kondisi Adriel Memburuk
11
11. Periksa ke Rumah Sakit
12
12. Pilihan
13
13. Mendesak
14
14. Rencana Jahat
15
15. Malam Mencekam
16
16. Nyaris
17
17. Peringatan Arlan
18
18. Hasil Penyelidikan
19
19. Lepas Kontrol
20
20. Lamaran
21
21. Alasan
22
22. Menemui Bagas dan Widi
23
23. Dengan atau Tanpa
24
24. Setelah Bertahun-tahun
25
25. Tak Bisa Mengubah
26
26. Keinginan Alika
27
27. Luka dalam Kenangan
28
28. Penuh Pertanyaan
29
29. Ketegangan
30
30. Arya Menyadari
31
31.Sesuatu yang Berbahaya
32
32. Pesta Pernikahan
33
33. Penyelamat Situasi
34
34. Cara Membangunkan
35
35. Bangga
36
36. Rasa Iri
37
37. Keinginan Maya
38
38. Keputusan Mulya
39
39. Sulit Menahan Diri
40
40. Pagi yang Hangat
41
41. Tak Bisa Menahan
42
42. Melihat dari Jauh
43
43. Telepon yang Menganggu
44
44. Hari Ulangtahun
45
45. Penyesalan
46
46. Merasa Kikuk
47
47.Sebuah Ajakan
48
48. Merasa Bangga
49
49. Merasa Canggung
50
50. Memuji
51
51. Berdebat
52
52. Masih Gengsi
53
53. Terasa Sempurna
54
54. Gengsi
55
55. Hubungan yang Ironi
56
56. Mulai Mencair
57
57. Rasa Iba
58
58. Tulus
59
59. Awal Baru
60
60. Belajar Menerima
61
61. Belajar dari Masa Lalu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!