Rahasia Sang Ibu Susu
Malam semakin larut ketika Terry membantu Arlan yang mabuk keluar dari mobil. Tubuh Arlan yang berat membuatnya terhuyung beberapa kali, tetapi dengan susah payah, ia berhasil memapah pria itu ke kamarnya.
Malam yang telah larut membuat tidak ada seorang pelayan pun yang melihat Terry memapah Arlan, terutama karena para pelayan berada di belakang rumah utama.
Setelah pintu tertutup rapat, Terry menghela napas panjang, kemudian menyeringai licik. Matanya memandangi Arlan yang terbaring tak sadarkan diri, wajah pria itu memerah karena pengaruh alkohol.
"Malam ini kau akan jadi milikku, Arlan," gumamnya penuh keyakinan. Ia mendekati ranjang, jari-jarinya menyentuh dagu pria itu dengan lembut, lalu melangkah mundur untuk mengambil ponsel dari sakunya, bersiap merekam adegan yang sebentar lagi terjadi.
Namun, wajahnya berubah panik ketika ia tidak menemukan ponselnya. "Sial! Ke mana ponselku?" desisnya sambil merogoh saku celana dan jaketnya. Kekesalan mulai memuncak saat ia menyadari di mana ponsel itu mungkin berada. "CK. Pasti jatuh di mobil Arlan."
Terry berjalan cepat keluar dari kamar, meninggalkan pintu sedikit terbuka. Ia melangkah menuju garasi dengan langkah tergesa-gesa, bertekad menemukan ponsel itu agar rencananya berjalan lancar. Namun, ia sama sekali tidak menyadari bahwa satu kejadian tak terduga akan segera menggagalkan niat liciknya.
Setelah Terry meninggalkan kamar Arlan, tak lama kemudian Alika melewati kamar Arlan. Ia tersentak mendengar suara benda pecah dari dalam kamar. Ia menghentikan langkahnya, alis mengernyit penuh kekhawatiran. "Kak Arlan? Apa yang terjadi di dalam?" panggilnya penuh kekhawatiran.
Tidak ada jawaban.
Alika merasa semakin khawatir. "Kak Arlan, aku masuk ya!" katanya lagi sambil mengintip di celah pintu kamar yang tidak tertutup rapat, tapi tak bisa melihat apa yang terjadi di dalam dan tetap tak ada sahutan dari dalam.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Arlan berdiri di sana, terlihat berantakan. Matanya merah, sorotnya tidak fokus, dan aroma alkohol menyeruak di udara. Ia tidak seperti dirinya yang biasa.
"Kak, apa kau baik-baik saja?" tanya Alika dengan nada cemas.
Namun tanpa peringatan, Arlan menarik pergelangan tangan Alika dengan kasar, membuatnya terseret masuk ke dalam kamar. Alika berusaha menyeimbangkan tubuhnya, tetapi sebelum ia bisa protes, Arlan sudah menutup dan mengunci pintu di belakang mereka.
Alika berdiri kaku di balik pintu kamar Arlan, merasa bingung sekaligus cemas melihat keadaan pria itu. Arlan tampak tak seperti biasanya, mata merah, napas berat, dan tingkah laku yang tidak terkendali.
"Kak Arlan, apa yang kau lakukan?!" seru Alika, suaranya sedikit bergetar, tangan kanannya masih dipegang Arlan.
Arlan tidak menjawab. Ia mendekatkan tubuhnya pada Alika, napasnya berat dan wajahnya semakin dekat. Aroma campuran alkohol dan sesuatu yang asing menusuk hidung Alika, membuatnya menyadari ada yang salah.
"Kau tahu, Alika..." gumam Arlan dengan suara serak, tangannya menyentuh pipi Alika. "Aku... aku tidak bisa lagi menahan ini."
"Kak, kau mabuk! Berhenti, lepaskan aku!" Alika mencoba mendorong tubuh Arlan menjauh, tetapi kekuatannya tak cukup melawan pria itu.
Dengan gerakan yang tiba-tiba, Arlan menundukkan wajahnya dan mencium bibir Alika. Ciuman itu penuh dorongan tak terkendali, membuat Alika terkejut dan panik. Ia berusaha melawan, tapi tubuh Arlan yang tinggi dan kekuatan genggamannya membuat Alika sulit bergerak.
"Arlan, hentikan! Kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan!" teriak Alika, ketika akhirnya berhasil mendorong Arlan sedikit menjauh dengan tangan kirinya, membuat ciuman mereka terlepas.
Namun pria itu hanya menatapnya dengan sorot mata yang kabur, jelas sedang tidak berada dalam kendali penuh dirinya. "Aku tidak bisa, Alika... Aku tidak bisa..." katanya dengan suara parau. Tangan kirinya tetap menggenggam tangan Alika, sedangkan tangan kanannya masih mencoba menyentuh Alika.
Alika melihat ke sekeliling, mencari cara untuk menyelamatkan diri. "Kak Arlan, tolong sadarlah! Ini aku, Alika!" ucapnya sambil menguatkan diri untuk menjauh.
"Alika, tolong aku," Arlan semakin mendekat.
"Kak Arlan, kau tidak baik-baik saja. Sebaiknya aku memanggil seseorang untuk membantumu," ujar Alika, mencoba menjaga jarak dengan kembali mendorong tubuh Arlan.
Namun, ia tak bisa melepaskan tangannya, Arlan kembali mendekat, menatapnya dengan intensitas yang tidak biasa. "Jangan pergi," gumamnya, suaranya serak dan penuh rasa yang sulit diartikan.
Di sisi lain, Terry melangkah cepat menuju mobil Arlan di garasi, kakinya berderap di lantai dingin. "Ponsel sialan itu pasti ada di sini," gumamnya sambil membuka pintu mobil. Dengan terburu-buru, ia menggeledah konsol tengah, hingga bawah kursi. Namun, ponsel yang dicarinya tidak ada.
Ia berdiri dengan frustrasi, tangannya mengacak rambut. “Di mana lagi kalau bukan di sini?” desisnya sambil memeriksa sekali lagi, kali ini lebih ceroboh.
"Sial! Ponsel itu benar-benar tak ada di sini." Saat akhirnya ia menyerah, Terry berbalik menuju pintu garasi. Namun, ketika mencoba memutar gagang pintu, ia mendapati pintu itu terkunci. Ia mencoba lagi, kali ini dengan lebih keras, tetapi hasilnya sama.
“Tidak mungkin…” gumamnya dengan napas tertahan. Matanya menatap pintu dengan tak percaya. Ia menggedor keras, tangannya meninju pintu berulang kali. "Hei! Ada orang? Bukakan pintunya!" teriaknya, suaranya menggema di ruang kosong itu.
Namun, hanya keheningan yang menjawab. Malam sudah terlalu larut, dan tak ada tanda-tanda siapa pun akan datang menolong.
Terry mundur selangkah, menggigit bibirnya dengan kesal. Ia mencoba mencari tombol pengunci otomatis di sekitar dinding garasi, tetapi tidak menemukannya. Dengan putus asa, ia mendudukkan diri di lantai, menyandarkan punggungnya pada pintu.
“Menyebalkan!” Ia menghentakkan kakinya, rasa frustasi dan amarah membara dalam dadanya. Malam yang dingin terasa semakin panjang, sementara pikirannya terus-menerus memikirkan apa yang mungkin terjadi di kamar Arlan tanpa kehadirannya.
Di Kamar Arlan
"Kak, kau sedang tidak sadar. Lepaskan aku," ujar Alika, mencoba menarik tangannya. Namun genggaman Arlan terlalu kuat, dan dia mendekat dengan langkah goyah, membuat jarak di antara mereka nyaris hilang.
Alika mencoba berbicara lagi, tetapi kata-katanya tertahan saat Arlan mendekat lebih jauh. Ada sesuatu yang aneh dalam sorot matanya, sebuah kombinasi dari dorongan yang tak terkendali dan kebingungan.
Arlan memegang tangan Alika dengan kuat. Alika berusaha melepaskan diri, tapi gagal. "Kak Arlan, sadar! Lepaskan aku!" katanya, namun Arlan tidak merespons.
Dengan langkah goyah, Arlan menarik Alika mendekati ranjang dan menjatuhkan Alika ke atasnya. Alika terus mencoba memanggil namanya, tapi Arlan terus mengungkungnya. Alika merasa tak berdaya.
Tangisan Alika mengalir tanpa suara saat tubuh mereka menyatu tanpa pembatas. Ia merasa bersalah dan terjebak dalam keadaan yang tidak terkontrol. "Kak..." desahnya, berusaha menyadarkannya.
"Alika..." desah Arlan bergerak cepat di atas Alika, mengguncang tubuh Alika penuh hasrat.
Alika menahan suaranya, mencengkeram seprei dengan erat. Jujur, ia tak lagi bisa menolak dan tak bisa memungkiri bahwa momen ini terasa indah, meskipun rasa bersalah terus menghantuinya. Tubuhnya terombang-ambing di bawah kuasa Arlan, merasa tak berdaya.
"Alika...." Arlan benar-benar kehilangan kendali, melabuhkan hasratnya pada wanita yang diam-diam ia kagumi.
Alika, seorang janda yang menjadi ibu susu untuk putra Arlan setelah istri Arlan meninggal dunia saat melahirkan. Wanita yang tanpa sadar telah membuat Arlan jatuh hati.
Semua terjadi begitu cepat. Dalam kondisi mabuk dan pengaruh yang tidak sepenuhnya dia pahami, Arlan kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dan dalam kebingungannya, Alika menemukan dirinya berada di tengah badai emosi yang tak terelakkan.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Simak dan mampiiiiiiir thor....
Selamat ya kak Nara launching novel terbarunya sukses sll karya2 Sangat bagus sll menghibur....
Alika dan arlan menghabiskan malam panas dan alika kehilangan keperawanannya...
Gagal total perempuan yg menjebak arlan tidur bersama....
Lanjut thor....
Semangat selalu.....
Sehat selalu........
2025-01-02
2
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
hadir tor ...ngomng ngomng Alika Arlan ank siapa tor ..hehe sorry karya y bnyk bnget JD lupaa
2025-01-02
1
sum mia
hadir kak Nana , maaf baru nongol disini
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
2025-01-09
2