Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghajar pembully Umar
Lelaki sejatinya memiliki ego dan perasaan yang sangat mendalam. Dia adalah kepala keluarga dan pemimpin dalam rumah tangganya. Dia diam bukan berarti tidak tau, dia cuek bukan berarti dia tidak peduli, dia menyendiri bukan berarti dia tidak ingin diperhatikan tapi sejatinya baginya dia adalah pemimpin yang memiliki ego dan aura kepemimpinan.
Ketika pertengkaran dia memilih diam bukan berarti dia tidak perduli kepada apa yang terjadi tapi lebih kepada mengalah agar egonya tidak menyakiti orang lain terutama istri dan anaknya. Dia juga seorang anak dari ibunya itulah sebabnya sebisa mungkin dia tidak menyakiti hati istrinya.
Aku selalu menyaksikan bagaimana istriku bergelut dengan keseharian yang tiada hentinya bukan aku tak ingin membantunya hanya saja aku memang tidak terlalu pandai dalam mengatasi hal yang berbaur dengan anak-anak terutama dalam hal interaksi.
Mungkin karena aku tak terlalu dekat dengan ayahku. Aku tak pernah dicontohkan bagaimana berinteraksi dengan nyaman dengan anak-anak. Aku sebisa mungkin melakukannya dengan baik. Mungkin benar jika memiliki anak lelaki akan menjadi saingan ayahnya dalam mengambil hati dan perhatian ibunya.
Aku beruntung memiliki istri yang super duper paham dengan pengurusan anak sehingga dia tidak pernah merepotkan orang lain dalam mengurus dan menjaga anak kami termasuk orangtuaku. Sangat berbeda dengan adikku yang selalu keterlaluan membuat orangtua repot.
Selain soal pengurusan anak, istriku juga sangat pandai dalam hal mengurus rumah dan makananku buktinya aku malah tambah subur setelah menikah sangat berbeda ketika aku masih bujangan. Benar istriku perempuan sempurna yang dikirim oleh Allah untukku walau dia galak dan suka marah-marah dan memiliki sikap yang kadang membuat ku pusing tapi dibalik semua itu dia sosok perempuan sempurna dijadikan sebagai istri.
Perempuan yang sangat menjaga kehormatan nya jika suaminya tidak ada, sangat menjaga rahasia rumahtangga terutama AiB kami, memberikan pelayanan sempurna kepadaku sebagai suami. Apalagi yang dicari oleh lelaki, istriku juga cantik wajahnya imut dan awet walau kami kini memasuki usia 30 tahunan tapi wajah dan badannya masih seperti masih baru menikah.
Dia juga suka memakai pakaian yang mengundang hasrat ketika anak tidur dia betul memanjakan segala hal untukku. Walau memang waktunya banyak tersita oleh anak-anak dan pekerjaan rumah tapi jika aku pulang kerja maka ya dia pasti akan menjadi istri sepenuhnya milikku..
Ketiga anakku memiliki karakter yang sangat berbeda. Umar cenderung mengikuti sifatku sedangkan yang tengah katanya seperti ibunya yang suka usil sama saudaranya waktu kecil tapi sangat melindungi saudara dan ibunya. Mereka semua akan menempel kepada ibunya jika mereka berada dirumah.
Betul mereka sangat dekat dengan ibunya bahkan untuk urusan tidur mereka selalu berebutan mencari perhatian ibunya.. Bahkan urusan apapun anakku pasti akan meminta ibunya sekalipun aku ada disana. Tapi saat ibunya tidak ada ya tentu saja mereka akan melengket kepadaku. Aku sangat menyayanginya dan ketiga anakku ini. Aku akan berusaha sekuat tenaga ku agar mereka mendapat kehidupan dan sekolah yang layak..
Walau aku terkesan cuek tapi aku mengetahui apapun tentang anakku karena aku selalu memperhatikan nya dalam diam. Hampir setiap hari anakku yang sulung pulang dalam keadaan menangis karena diganggu oleh kakak seniornya baik dalam bermain maupun mengaji. Tidak hanya itu mereka juga memukul dan menyembunyikan sendalnya.
Aku diam mengamati karena istriku sudah bertindak, aku tidak mau memukul anak kecil karena itu sangat tidak pantas tenagaku dengan mereka tidak akan sebanding. Aku bahkan bisa menumbangkan pohon pisang hanya dengan 3 kali pukulan dan ini mereka masih anak-anak itulah sebabnya istriku lah yang menghendelnya.
Tapi lama kelamaan aku jengah dan kasian kepada anakku jika dia pulang seperti itu apalagi sekarang adiknya juga sering diganggu dan pulang dalam keadaan menangis.
Malam ini setelah sholat magrib aku menyaksikan sendiri bagaimana mereka mengejek anakku dan menyembunyikan sendalnya. Aku juga melihat mereka mendorong anakku sampai terluka. Tentu saja sebagai orangtua aku tidak menerimanya.
"Berhenti kalian disitu.. Jika kalian lari maka akan ku datangi rumah kalian!!".. Suaraku menggema..
Mereka diam semua seperti patung melihatku.. Ya tentu saja aku lelaki tinggi berbadan cukup besar dan tentu saja memiliki postur lebih baik dibandingkan orangtua mereka.
Aku tidak memukul mereka tapi menyuruh anakku membalas perbuatan mereka setelah itu aku memegang tangan mereka untuk ku bawah kehadapan orangtuanya.. Aku menarik mereka dengan kasar.. Mereka berbeda rumah maka ku bawah mereka satu-satu kerumah mereka untuk meminta pertanggungjawaban orangtuanya atas sikap keterlaluan anaknya.
Dor.. Dor... Suara ketukan pintu dengan keras.. Pintu terbuka.. Aku langsung melempar salah satu anak yang memukul anakku dihadapan orangtuanya..
"Kenapaki kasih begitu anakku?? Tanya orangtua anak itu dengan kaget.
"Anakmu ini memukul anakku yang lebih kecil darinya, hampir setiap hari anakku pulang dalam keadaan menangis dan dia juga bersekongkol dengan teman-temannya menyembunyikan sendal anakku sampai kaki anakku terluka karena kulit kakinya sensitif"..
"Kami hampir 15 kali dalam sebulan membelikan sendal karena kakinya sangat sensitif jika tidak pakai sendal. Bagaimana dia mau pakai kalau anakmu ini selalu menyembunyikan sebelah sendalnya??. Selama ini aku diam tapi aku melihat dengan mata kepalaku dia dan temannya memukul anakku dan menyembunyikan sandalnya dan mendorong anakku sampai terluka!!.
"Menurutmu apa saya sebagai orangtua akan diam saja??". Kutunjuk orangtua mereka
"beruntung aku tidak memukul dan menghancurkan tangan anakmu itu. Ajari dia dengan benar jika tidak jangan salahkan saya kalau saya lah yang mengajarkan nya dengan cara saya. Ini terakhir kali aku melihat anakmu memperlakukan anakku seprti itu,
"jika berikutnya ada lagi kudengar mereka membully anakku maka aku tidak akan membawanya kemari untuk dipertanggungjawabkan tapi aku sendiri yang menghajar nya tanpa peduli kalau kalian orangtuanya. Itulah sebabnya aku memperingatkan kalian!!". Ucap Ku meninju pintu rumah mereka kemudian keluar dari sana.
Kemudian aku membawa kedua orang lagi kepada orangtuanya. Kebetulan salah satunya rumahnya berhadapan dengan rumah anak yang pertama... Ya seperti anak yang pertama aku juga melemparkan nya dihadapan orangtuanya dengan kasar..
"Kenapa ini nak ahmad??.. Ucap nenek anak ini. Kebetulan anak ini memang ada hubungan keluarga yang cukup jauh denganku..
"Ini tante cucu tante ini memukul dan menyembunyikan sendal Umar, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri dia juga mendorong anakku sampai terluka!!".. Ucapku Dengan marah walau masih sopan. Tidak lama orangtua anak itu keluar.
"Tolong ini anak kalian ajari baik-baik sebelum saya yang mengajarinya!!"...
"Kenpaii sampai marah korang begitu??..
"Dia dan temannya ini selalu membully Umar, memukul dan mendorong umar sampai terluka. Dia dan temannya selalu menghilangkan sendal umar dengan sengaja sampai Umar selalu lecet kakinya karena pulang tidak pakai sendal karena kulitnya sensitif ditambah juga melepuh karena kena panas!!"..
"Istriku sudah memperingati kalian tapi seperti nya anak ini memang pengen aku yang menghajar nya supaya berhenti. Selama ini saya diam bukan tidak tau tapi tidak mau memukul anak-anak. Jadi kalau kalian tidak bisa mengajarkan dia dengan benar jangan salahkan saya jika suatu hari anak kalian aku hajar!! ".
"Aku memperingatkan kalian karena kalian keluargaku jadi aku memberi tau tapi jika sekali lagi dia melakukannya aku tidak akan menganggap nya keluarga lagi dan langsung menghajarnya tanpa ampun, Permisi". Ucapku meninggalkan mereka yang menunduk ketakutan dengan luapan amarahku.
Aku menarik paksa lagi satu anak terakhir yang selalu membuat anakku menangis ini, dia merontah-rontah minta ampun karena orangtua anak ini memang orang yang sangat kasar dan suka memukul anak-anak itulah sebabnya anak ini sungguh ketakutan.
"Om tolong om.. Jangan bawah saya pulang na bunuh kah nanti bapakku!! ".
Aku Tidak mendengarkan apa yang dia katakan, aku tetap menariknya paksa ikut kerumahnya..
Dia bersimpuh didepanku meminta maaf dan tidak melakukannya lagi.. Dia berjanji tidak akan melakukan nya lagi..
"Tolong omm.. Aku mohon.. Jangan bawah aku pulang dan adukan kepada ayahku, dia akan menghajar ku habis-habisan om tolong maafkan aku!!". Tangisnya menyayat hatiku, aku kasihan padanya.
"Benar kamu tidak akan melakukan nya lagi. Jika kudengar lagi kamu kasih begitu Ammar dan Umar kuapaiko??
"Silahkan om memukul ku sampai puas tapi tolong jangan bawah kepada ayahku!!".. Anak itu terus memohon
Aku tetap menyeretnya sampai dekat rumahnya..
"Om.. Tolong omm". Ucapnya dengan penuh kesakitan.
"Dengar sekali lagi kau melakukannya maka aku tidak akan segan-segan lagi kepadamu untuk menyuruh ayahmu menghajar mu!!"..
"Terima kasih om maafkan aku!!"... Ucapnya dengan gemetaran.. Sepertinya memang dia sangat takut..
Akupun pulang kerumah melihat kondisi umar karena kakinya luka. Jika mereka bukan anak kecil aku pasti sudah menghajar mereka dengan tanganku sendiri.