NovelToon NovelToon
Om, Kawin Yuk!

Om, Kawin Yuk!

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Psikopat itu cintaku
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Luna merupakan anak pertama Raihan Wicaksono yang berusia 23 tahun, dia bekerja pada di kantor swasta sebagai kepala divisi penjualan. Meskipun ayahnya adalah seorang Ahli Bioteknologi dia sama sekali tidak mewarisi bidang pekerjaan ayahnya.

Luna berkhayal bahwa dia ingin mempunyai suami yang di dapat dari rekanan ayahnya seperti kebanyakan film yang dia tonton, sampai pada akhirnya dia ikut ayahnya bekerja dan bertemulah Luna dengan Renzo anak dari rekan bisnis ayahnya. Usia mereka terpaut lebih dari 10 tahun, Luna langsung jatuh hati begitu melihat Renzo. Tapi tidak pada Renzo, dia sama sekali tidak tertarik pada Luna.

"Itu peringatan terakhirku, jika setelah ini kamu tetap keras kepala mendekatiku maka aku tidak akan menghentikannya. Aku akan membawa kamu masuk ke dalam hidupku dan kamu tidak akan bisa keluar lagi," ancaman dari Renzo.

Cegil satu ini nggak bisa di lawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30

Luna masih terkejut dengan pemandangan di depannya.

Kedua orang tuanya berdiri di sana dengan mata berkaca-kaca, Adrian dan Raihan sama-sama tersenyum bangga melihat putra dan putri mereka kini telah melangkah ke jenjang yang lebih serius. Di belakang mereka, Bimo, Patricia, serta beberapa teman terdekat Luna dan Renzo ikut bersorak riang.

"Kapan kalian semua datang?" tanya Luna masih tak percaya.

Ibunya menghampiri dan menggenggam tangan Luna dengan lembut. "Kami berangkat beberapa jam setelah kalian. Renzo yang menyiapkan semuanya, Sayang. Dia ingin ini menjadi kejutan untukmu."

Luna menoleh ke arah Renzo yang masih berlutut dengan cincin di tangannya. Tatapan mata pria itu penuh cinta dan ketulusan.

"Aku tidak ingin hanya melibatkan kita berdua dalam momen ini," ucap Renzo pelan. "Aku ingin orang-orang yang kita sayangi ada di sini, karena mereka bagian dari hidup kita juga."

Luna merasa dadanya menghangat. Ia tersenyum dengan mata berkaca-kaca lalu mengangguk pelan. "Kamu memang selalu bisa membuat aku terharu, Om."

Semua orang tertawa melihat candaan Luna. Renzo tersenyum, mengusap halus tangan Luna serta melangkah pelan menuju restoran yang telah di siapkan. Di bantu dengan ramah oleh pegawai di sana.

Hari itu dihabiskan dengan penuh kebahagiaan.

Mereka menikmati momen makan bersama di sebuah gazebo yang menghadap ke laut. Pemandangan yang indah dan angin yang menyapu halus rambut mereka di sana membuat suasana semakin terasa intimate.

"Aku masih nggak percaya kamu bisa menyiapkan semua ini tanpa aku curiga sama sekali," kata Luna sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Renzo.

Renzo terkekeh. "Aku cukup lihai dalam hal kejutan. Ditambah, aku punya orang-orang hebat yang mendukungku."

Bimo yang duduk di seberang mereka mengangguk setuju. "Renzo bahkan meminta izin dulu ke aku sebelum mengajakmu ke sini. Aku sih langsung setuju, toh kamu udah bucin juga sama dia."

Luna melempar serbet ke arah Bimo yang justru tertawa lebar. Semua orang menikmati momen itu dengan tawa dan kebahagiaan.

Hari itu, mereka berbincang panjang, berbagi cerita, dan mengenang berbagai momen lucu dalam perjalanan cinta Luna dan Renzo. Hingga akhirnya satu per satu mulai beranjak ke kamar masing-masing.

.

Keesokan paginya...

Luna baru saja selesai mandi ketika terdengar ketukan di pintunya.

"Sayang, ayo ke pantai," suara Renzo terdengar dari luar.

Luna tersenyum dan segera mengenakan pakaian santainya. Ketika ia membuka pintu, Renzo sudah berdiri dengan kaus putih tipis dan celana linen. Tangannya menggenggam sebuah pakaian berwarna senada.

"Pakai ini dulu," kata Renzo, menyodorkan dress tersebut.

Luna mengernyit. "Kenapa? Bukannya kita mau main air?"

"Iya, supaya warnanya senada. Aku juga ingin mengabadikan momen ini." Renzo tersenyum penuh arti.

Mereka berdua berjalan ke pantai, para keluarga dan kerabat lainnya juga berjalan-jalan santai dengan acara mereka masing-masing.

"Hari ini kita hanya akan bersantai. Menikmati waktu bersama sebelum kembali ke rutinitas," ujar Renzo.

Luna menatap pria di sampingnya, lalu menggenggam tangannya erat. "Selama bersamamu, setiap hariku adalah kebahagiaan."

Renzo menoleh dan mengecup keningnya lembut. "Dan aku akan pastikan kebahagiaan itu tidak akan pernah hilang."

Di tengah keindahan Pantai Ora, cinta mereka semakin kokoh. Tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan. Hanya ada mereka berdua, yang siap menghadapi masa depan bersama.

.

.

Di balik kebahagiaan Renzo dan Luna ternyata ada seseorang yang geram....

Mata tajamnya menatap layar, mengamati unggahan terbaru Patricia di media sosial. Foto-foto penuh kebahagiaan itu terpampang jelas—Luna dan Renzo tersenyum di bawah langit Maluku, diapit oleh keluarga dan sahabat mereka.

Genggaman Vivi pada ponsel mengerat. Rahangnya mengatup kuat, berusaha menahan rasa geram yang meluap-luap. Jantungnya berdegup cepat, bukan karena keterkejutan, tapi karena kemarahan yang mendidih dalam dirinya.

"Jadi... mereka akhirnya bertunangan?" gumamnya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan yang mengandung bara api.

Vivi melempar gelas dan barng-barang yang ada di atas meja dengan penuh amarah.

Tak butuh waktu lama baginya untuk memutar otak, menyusun rencana agar bisa bertemu dengan Luna sesegera mungkin. Dia tak bisa membiarkan ini terus berlanjut. Ada sesuatu yang harus dia lakukan,sesuatu yang akan membuat Luna takluk padanya.

Vivi membuka kontak di ponselnya, menekan nomor seseorang. Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara di seberang menjawab.

"Bim, sepertinya sistem yang sudah terpasang di kantorku mengalami kendala, apa bisa di perbaiki segera? Karena operasional kantorku jadi terhambat."

Bimo menjawab dengan suara yang tidak terdengar jelas karena tersapu angin.

"Oke... nanti aku coba bicarakan pada bagian terkait untuk memeriksanya, ya?!"

Tidak puas dengan jawaban Bimo, kini Vivi meminta dia sendiri yang datang untuk memastikan. Dia juga meminta Luna untuk datang.

.

Bimo menceritakan itu pada Patricia yang setia di sampingnya, mereka berdua merasakan keanehan dari Vivi.

"Kenapa Luna harus ikut, sudah ada orang di bidang terkait untuk hal semacam tadi, aku merasa aneh. Benar kata Luna ada yang nggak beres sama Vivi." ucap Bimo, kini langkahnya melambat.

"Sayang, apa jangan-jangan Vivi itu ada kelainan s3ksual ya. Mungkin dia penyuka sesama jenis, dan targetnya kali ini adalah Luna." cetus Patricia.

Bimo menggeleng. "Tidak mungkin."

Justru kebingungan melanda Bimo tidak mungkin dia merusak kebahagiaan Luna dengan menyuruhnya segera kembali untuk bekerja.

Tapi potensi untuk kehilangan klient bisa saja terjadi jika Vivi tidak bisa di negoisasi kemauannya.

"Kita coba izin ke Luna kalau akan pulang ke Jakarta lebih dulu," ajak Bimo menggenggam tangan Patricia. Mereka menyusuri pantai mencari Luna dan Renzo.

Sampai akhirnya dari kejauhan mereka melihat Johan yang berdiri beberapa meter di belakang mereka.

"Nah itu dia, ayo."

Bimo dan Patricia berlari menghampiri mereka yang nampaknya baru saja selesai diving. Lengkap dengan pakaian dan peralatan yang masih menempel pada tubuh mereka berdua.

"Lun, sorry nih. Sepertinya aku dan Patricia akan pulang ke Jakarta lebih dulu. Ada kerjaan mendadak!" ucap Bimo tanpa basa-basi.

"Kerjaan apa Bim? Kalau gitu kita bersiap pulang saja."

"Eh enggak kok, ini nggak ada hubungannya sama kamu. Pokoknya kamu nikmatin saja liburan kamu dan Renzo sampai waktu kalian pulang." tentang Bimo dengan cepat.

Luna dan Renzo saling berpandang. Akhirnya Luna tidak punya pilihan lain selain mengiyakan ucapan Bimo, dan meminta segera mengabarinya jika terjadi sesuatu terkait pekerjaan.

Meskipun ada yang mengganjal dan perasaan Luna berkata pasti hal tersebut berkaitan dengan Vivi.

1
Shofhal Jamil
kemanaa kamuu thoor
Shofhal Jamil
lanjutt thorr ku kasiihh kau kopii biar makin semngattt
Shofhal Jamil: iyaa kak
samaa" yaaa kuu tunggu selalu ke lanjutan nyaaa
Semara Pilu: Kak kamu suka cerita dark romance gini ya hihihiw terima kasih sekali lho
total 2 replies
Shofhal Jamil
kerenn novel nyaaa alur nya gak bisaa di tebakk buat pembaca kayak saya gak cepet bosannn
Shofhal Jamil
kuu kasiihh secangkir kopi thorr biar tambah semangatt kelanjutan nyaa
Semara Pilu: Wahhhh kak happy banget aku 😬 terima kasih
total 1 replies
Shofhal Jamil
dii tungguu yaa thorr ke lanjutan nyaa
Shofhal Jamil
lanjuuuuttttt thorr
Semara Pilu: Kak kamu selalu gercep 🫶🏻 thank you
total 1 replies
Shofhal Jamil
lanjut thorrr sukses terus
Semara Pilu: Kak seneng banget aku di support terus 🫶🏻
total 1 replies
Shofhal Jamil
sukses terus thorrr
Semara Pilu: Kak makasih lho nggak pernah skip like, makasih udah ngikutin terus. Aku jadi semangat 🥰
total 1 replies
Damar
Keren thor. Aku ngikutin semua novelnya. Sukses selalu
Safura Adhara
bagus menarik cukup bikin penasaran
Safura Adhara
bagus bikin penasaran
Semara Pilu: Aaaa terima kasih, Kak. Semoga lanjut sampai tamat nanti ya 🫶🏻
total 1 replies
Damar
Mantap thor. Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!