Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
“Cukup ummi ku ,yang merebut Abah dari Umma, aku tidak ingin kak Axell juga merasakan sakit lagi. Dia sudah cukup berat mengemban kewajiban Abah selama ini.”Batinnya.
“Kok melamun sih, eh ya Vin kalau misal Hira nya aku bawa pulang aman aja kan?”
“Aman, asal ada alat medis yang menempel pada tubuh kak Hira dan saran aku kayaknya lebih baik bawa ke pesantren disana kan ada umma juga, biar bisa jaga kak Hira.”
Axell menganggukkan kepala nya pelan, sedangkan di taman Umma berusaha menguatkan Seli dan ia tetap harus ihklas jika Seli dibawa oleh Dirga.
“Kamu tenang aja, Orang tua kamu biar Umma yang urus, dan Mela kalau sampai kamu terbukti bersalah dan Seli tidak! Saya tidak akan segan untuk menghukum mu seumur hidup dalam jeruji besi!" Tegasnya.
Mela tersenyum tipis diakhiri dengan senyum smirk nya. Kekuatan nya besar ia bisa keluar penjara dalam waktu satu hari karena ayah nya seorang Jaksa.
Seli menundukan wajah nya kala Dirga menggandeng nya ke dalam mobil, mata nya sembab hari nya terasa teriris. Hatinya hancur berkeping-keping apa yang harus ia jelas kan kepada orang tua nya.
Apa ia harus mengakui? Hal yang tak pernah ia lakukan, ingin membela diri ia tak punya kekuatan.
Saat melihat Mela tersenyum sinis ia yakin itu ulah Mela. Namun kenapa ia harus jadi kambing hitamnya?ia tak pernah menyakiti Mela. Dengan alasan apa Mela melakukan hal keji seperti itu . Sampai melanggar perjanjian kontrak kerja.
Jika boleh dendam saat ini juga Seli ingin mencekik Mela, gara-gara Mela ia kehilangan pekerjaan dan entah perusahaan mana yang mau menampung orang yang sudah di cap buruk oleh CEO Axell.
“Jika aku kalah dan masuk penjara, aku pastikan kamu juga tidak akan pernah mendapatkan apa yang kamu usahakan!” Ujar Seli dengan nada penuh penekanan.
Tersenyum tipis, “Aku punya uang, aku punya kekuatan lantas aku kurang apa?”
Mendengar itu Seli mengepalkan tangan nya dengan erat ia sungguh-sungguh menahan emosi sedari tadi.
“Bertahan dan bertarung lah sampai Uangmu yang banyak itu tidak bisa menolongmu.”
Perbincangan kedua nya semakin memanas, Dirga yang duduk di depan seraya menengok kebelakang. Hatinya bertanya-tanya apakah seorang wanita memang seperti itu? Ribet Plus mudah ribut dan ingin menang sendiri?.
Jika benar seperti itu maka lebih baik ia jomblo seumur hidup daripada harus menuruti semua keribetan wanita.
“Kalian berdua diam lah! Ribut mulu! Toh juga nanti ketahuan siapa yang bersalah!”
“Diam kamu!” Teriak Mela dan Seli. Bulu kuduk Dirga serasa berdiri. Lebih baik diam daripada nanti jadi perkedel atau babak belur.
Tak butuh waktu lama mereka telah sampai di kantor polisi, Dirga membawa keduanya ke ruang interogasi.
...Rumah sakit ...
“Assalamu'alaikum” Salam Umma dan Aira.
“Waalaikumsalam” Jawab Vincent dan Axell.
Vincent dan Axell mencium punggung tangan Umma, sesekali Umma mengusap kepala Vincent dengan lembut.
Aira tersenyum manis pada keduanya lalu menanyakan kabar kakak ipar.
“Suster lagi bersiap untuk membawa Hira pulang.” Jawab Axell dengan mantap.
“Baiklah umma akan ikut dengan keputusan mu, umma juga akan menjaga nya dengan baik.”
Setelah semua siap mereka segera pulang ke pondok pesantren, mobil Ambulance membelah jalanan kota yang masih terlihat ramai dengan lalu lalang kendaraan. Axell yang ikut di dalam mobil Ambulance hanya bisa menundukan kepala dengan wajah sendu nya.
Ia menggenggam erat tangan Hira, sesekali mencium nya walau entah kenapa bulir bening terus saja membasahi kedua pipinya.
Umma yang duduk disebelahnya mengusap bahu Axell pelan, ia paham dengan apa yang anaknya rasakan.
Antara takut, khawatir, kegelisahan itu sangat terlihat jelas. Hatinya menjadi bertanya-tanya apakah anak pertamanya itu telah jatuh cinta? Atau ini hanya sekedar rasa khawatir biasa? Namun sorot mata itu tidak terlihat berbohong.
“Axell, serahkan semua kepada Allah, percaya dengan takdir dan kekuatan nya. Jika memang Hira ditakdirkan untukmu maka ia akan bangun namun jika Allah lebih sayang padanya maka kamu harus mengalah dan ikhlas.”
“Kenapa harus ikhlas lagi Umma, bukankah baru kemarin aku belajar ikhlas lalu kenapa harus ikhlas lagi. Apa aku pernah berbuat kesalahan yang terlalu fatal sehingga Allah menghukumku seperti ini?” Tutur nya dengan tatapan kosong lalu diakhiri dengan senyuman tipis yang merekah di kedua sudut bibirnya.
“Entah itu cobaan ataupun teguran kita sebagai hamba nya ,lebih baik untuk terus berdoa dan meminta ampun kepadanya.”
Axell menganggukan kepalanya pelan lalu bersandar di bahu Umma.
Perjalanan yang jauh namun terasa sangat cepat hingga mereka tiba di pesantren pukul 12 malam. Axell segera mengarahkan tim medis ke kamar yang sudah disediakan khusus untuk Hira dan dirinya .
Setelah beberapa alat medis dan segala keperluan dirapikan , mereka semua keluar dari kamar dan Axell masuk. Ia sudah mengenakan peci, baju koko serta sarung tangan kanan nya memeluk sebuah Al quran .
Tersenyum tipis lalu duduk di sisi ranjang istrinya.
“Hira bangun yuk, kamu ini udah berhasil membuat aku jatuh hati dalam 1 minggu. Aku juga tidak tau dengan alasan apa aku mencintai mu karena rasa itu tumbuh begitu saja.”
Mengusap wajah Hira dengan lembut diiringi ulasan senyuman manis namun terlihat sangat getir.
Axell beranjak sedikit lalu mencium dahi Hira, dan di waktu itu juga ia melihat Hira meneteskan air mata.
Apakah Hira merasakan apa yang Axell rasa? Dan respon itu terlihat seperti nyata. Dan apakah mungkin Hira akan sadar saat ini juga? Berbagai pertanyaan mengembang di benak Axell. Lalu ia merebahkan tubuhnya disamping Hira dengan kasur yang berbeda, ada two bed didalam kamar tersebut.
...1 Bulan kemudian...
Axell duduk disamping Hira setelah menyeka seluruh tubuh istrinya, mengusap pipi Hira dan mencium kening nya.
“Waktu itu terus berjalan dengan cepat tetapi aku merasa waktu nya berjalan lambat karena tak ada disisi ku. Boleh kah aku meminta mu sekali lagi untuk menemani ku hingga sampai masa tua itu. Atau memang aku adalah seseorang yang tak pantas mendapatkan Ning Rea dan juga termasuk kamu?”Monolog nya karena ia tidak bisa tidur sedari tadi.
Axell menghela nafas nya panjang lalu ia raih kitab Al Quran tersebut ia membukanya perlahan. Pertama tama ia membaca surah Al Fatihah dengan suara merdu nan nyaring membuat siapa pun yang mendengar akan ikut merasa damai.
Setelah itu ia membaca surah Al Ikhlas.
بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ
Bismillahirrahmanirrahim
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ
Qul huwallāhu aḥad
"Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa."
اَللّٰهُ الصَّمَدُ
Allāhuṣ-ṣamad
"Allah tempat meminta segala sesuatu."
لَمْ يَلِدْ ۙ وَلَمْ يُوْلَدْ
Lam yalid wa lam yụlad,
"(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan."
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad
"Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
Didetik ayat terakhir ia melihat Hira menggerakkan jari jemarinya lalu ia memutuskan untuk menyudahi bacaan dan memeriksa kondisi Hira.
Shadaqallahul adzim" (صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ) yang artinya "Maha benarlah Allah yang Maha Agung".