Hamil Anak Guruku

    "papa nanti pulang jam berapa?" tanya anin pada sang papa di seberang telepon

 " iya nanti, mau dibawain apa?" tanya adnan disebrang sana.

"aku mau cemilan yang banyak, nanti papa cepet pulang ya, gak boleh kemana mana"

"siap sayang"

    anin memang sangat posesif terhadap papanya, karena takut adnan menemui clarisa. dia takut kasih sayang papanya akan terbagi jika papanya menikahi kekasihnya.

  "sudah oma" anin memberikan ponselnya kepada oma maya, anin sebenarnya punya ponsel sendiri, tapi karena akan ulangan jadi ponselnya disita adnan.

 "yasudah kamu berangkat gih nanti telat " tanya oma maya

"iya oma, yaudah anin berangkat sekolah dulu ya" pamit anin pada sang oma, biasanya anin pergi ke sekolah akan di antar adnan, tapi karena adnan berangkat pagi jadilah anin di antar sopir.

"daaa oma!" anin melambaikan tangannya pada sang oma yang mengantarnya ke depan rumah.

"da sayang, belajar yang rajin ya!"

 oma maya membalas lambaian tangan cucunya itu.

*

  bell sekolah sebentar lagi berbunyi tapi adnan masih menyuruh mutia untuk membersihkan buku buku yang ada di mejanya. Mutia melakukannya dengan terburu buru, adnan kemudian melihat jam ditangannya sebentar lagi ujian akan dimulai.

"sudah, keluarlah" pinta adnan dengan nada mengusir.

"baik pak, saya permisi" ucap mutia dengan tubuh sedikit membungkuk untuk memberi hormat kepada adnan.

   adnan hanya berdehem menjawab mutia. setelah mendapat ijin mutia kemudian berbalik dan berjalan menuju ke kelasnya.

 "lama banget sih lo, ngapain diruangan gugan" tanya vio yang melihat mutia baru saja sampai didalam kelas dan duduk dibangkunya.

"gugan siapa?"

"guru ganteng, ngapain lo lama banget, jangan jangan,,,"

"eh jangan mikir macem macem," sela mutia dan menyentil kening viona.

"auwh, sakit ege" keluh vio sambil memegang keningnya yang terasa panas akibat sentilan mutia.

"aku tu tadi habis disuruh bersihin ruangannya" ucapnya lagi

    tak lama kelas riuh karena hari ini yang menjadi pengawas ujian adalah adnan si guru tampan nan galak itu, yang banyak digemari para siswi disekolah itu, kecuali mutia tentunya.

  "selamat pagi, hari ini hari pertama ujian kalian, saya tidak mau ada yang mencontek" ujian disekolqh mutia memang sudah mengunakan komputer, mereka yang biasanya sangat riuh seketika senyap tanpa suara. Sebenarnya mereka semua adalah siswa siswi pintar, bahkan berkat kepintaran mereka, mereka sudah mulai membantu di perusahaan keluarga.

   Ujian berlangsung tenang dan tidak ada acara contek mencontek. Bagaimana mau mencontek, pengawasnya saja galak, sedari mulai ujian sampai akhir adnan berkeliling mengelilingi kelas.

     Bell istirahat akhirnya berbunyi semua murid bernafas lega. mereka semua keluar kelas untuk pergi ke kantin tak ketingalan dua gadis manis yang selalu bersama yaitu mutia dan vio.

   Mereka berdua makan di kantin, kali ini mutia tidak membawa bekalnya karena tidak sempat membuat bekal untuknya.

"tumben lo gak bawa bekel?". Tanya vio pada mutia saat ini dia sedang membawakan pesanan mutia.

"ngak sempet, aku kesiangan tadi"

"lo berangkat jam setengah 6 aja kesiangan, trus gue apa, kesorean gitu" vio sewot sendiri dengan jawaban mutia yang mengatakan dirinya kesiangan.

  mutia hanya nyengir tanpa dosa, mendengar viona yang sewot.

...****************...

     sebulan kemudian hari dimana hari kelulusan sekolah. Mutia lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, teman teman mutia mulai membicarakan tentang mereka yang akan melanjutkan ke bangku perkuliahan.

    "akhirnya lulus,gue lega banget sumpah" ucap vio saat sedang makan di restoran bersama mutia, merayakan kelulusan mereka,

 "eh btw lo mau kuliah dimana?" tanya vio lagi

"aku belum tau, kayaknya aku mau cari kerja tambahan dulu deh". mutia memang berniat untuk mencari kerja tambahan karena uang untuk biaya kuliahnya kurang.

"trus lo mau kerja apa lagi? Emang ngak capek lo kerja mulu"

"mau gimana lagi vio, aku tu orang ngak punya, trus kalau aku ngak kerja aku mau makan apa"

"lo sih diangkat anak bonyok gue ngak mau" vio sebenarnya kasian melihat sahabatnya kerja keras untuk hidup, beda dengan dirinya yang kalau pengen apa apa tinggal beli, tanpa mikirin besok akan makan apa.

   "aku ngak mau ngerepotin orang tua kamu vio" jawab mutia.

    vio hanya menghela nafasnya lelah dengan keputusan sahabatnya itu.

  "lo kan pinter,lo mau gak kalau jadi guru les privat?" tawar vio kepada mutia dan dijawab antusias dari mutia.

 "aku mau kok,kapan bisa mulai kerjanya"

"ntar dulu dong gue tanya mama dulu, karena yang nyari itu temen mama gue" jawab vio, dia kemaren mendengar mamanya telponan dengan seseorang yang mungkin temen mamanya, vio mendengar kalau temen mamanya itu butuh guru les untuk cucunya yang masih sekolah dasar.

 "iya iya, aku butuh banget soalnya" akhirnya mutia mendapat kerja sampingan untuk sementara.

 Ngak apalah jadi guru les, yang penting bisa kumpulin uang buat biaya kuliah dan bikin ibu sama bapak bangga disana batinnya dengan semangat 45

Bersambung

*

*

*

   hi readers

 suka ngak sama cerita aku?

kalau suka jangan lupa tinggalkan jejak ya

biar aku semangat lagi nulisnya.

      Semangat kalian para author dan sehat selalu semuanya.

 nantikan bab selanjutnya

 bye bye cinta🤭