Demi masa depan, Tania Terpaksa menjadi wanita simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Pernikahan Reyhan yang di dasari atas perjodohan, membuat Reyhan mencari kesenangan diluar. Namun, dia malah menjatuhkan hatinya pada gadis yang menjadi simpanannya. Lantas, bagaimana hubungannya dengan Kinan, dan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Kota.
Mobil sudah berada di depan polsek, Tania tidak turun. Ia menyuruh Pak budi untuk melakukan sesuatu.
“Pak budi, bisa agak garang nggak. Hehe” Tania ingin Pak budi terlihat agak menyeramkan sedikit. Karena selama bersama Tania, Pak budi hanya memperlihatkan pribadinya yang ramah dan baik.
“Memang kenapa, Non?” Panggilan pak budi sudah kembali ke setelan awal.
“Sepertinya untuk urusan ini, Pak budi harus terlihat agak garang sedikit.”
“Baik, Non. Saya bisa.”
Dering ponsel Tania terdengar. Segera ia mengangkatnya.
“Saya sudah datang ke polsek.” Suara laki- laki terdengar di seberang telepon.
Tania mengedarkan pandangannya mencari- cari, lalu mematikan teleponnya.
“Pak, itu dia. Laki- laki itu yang nanti bapak beri uang ini.” Tania menyerahkan uang yang ada di plastik hitam.
“Tolong pesan saya jangan lupa, ya, Pak.” Pak budi mengangguk, mengerti harus melakukan apa.
“Saya, mengerti, Non. Saya keluar sekarang.”
Pak budi keluar, Tania menatap punggung Pak budi hingga akhirnya ia menghilang di balik pintu.
Tak lama ada seorang wanita menghampiri mobil Tania, ia berkaca di kaca pintu mobil, mengambil lipstik merah, mengoleskan ke bibirnya yang masih tebal oleh lipstik itu.
“Akhirnya, hari ini aku dapat banyak uang. Tidak sia- sia aku menjebak laki- laki tua bodoh itu.” Wanita di luar itu tampak bahagia, giginya mungkin sudah kering karena terus tersenyum.
“Bukankah itu wanita yang berboncengan dengan pria tadi. Menjebak? Apa maksudnya dia wanita yang bersama ayah.”
Pikiran Tania sudah melalang buana, jadi benar pekerjaannya, bahwa wanita ini sengaja sekongkol dengan suaminya untuk mencari uang dengan cara seperti itu.
Darah Tania sudah mendidih, ingin sekali ia keluar dan menjambak wanita itu menyerahkan ke polisi untuk kebohongannya.
Tangan tania yang sudah memegang handle pintu dilepas, kepalanya langsung berpikir. Jika ia menyerahkan wanita ini, maka akan ada masalah lainnya. Akhirnya ia urung melakukan itu dan terus mengamati wanita itu dari dalam mobil.
Di Dalam ruangan, sudah ada Ayah tania, laki- laki lain, dan beberapa anggota polisi. Pak budi sengaja mengajak mereka untuk menjadi saksi.
Pak budi terlihat sangat garang, tubuhnya terlihat besar karena ia duduk membusungkan dada, memperlihatkan otot- ototnya.
Ayah Tania, menatap takut- takut pada Pak budi, juga laki- laki yang lain.
“Baca dan tanda tangan.” Pak budi menyerahkan selembar kertas dan bolpoin.
Setelah membaca, laki- laki itu menandatanganinya, lalu menyerahkan kembali kepada pak budi.
“Ini, hitung kalau mau!” Pak budi menyerahkan kresek hitam, di sambut dengan gembira oleh laki- laki itu.
“Tidak perlu, pak. Terima kasih. Saya permisi.” Laki- laki itu bergegas pergi keluar.
Saat laki- laki itu keluar, Pak budi memberi kode pada polisi- polisi itu. Lalu mereka keluar mengikuti laki- laki itu.
“Hei, tunggu dulu.” Salah seorang polisi memanggil laki- laki itu.
“Iya, pak. Ada apa?”
“Kemari,” polisi lainnya merebut plastik hitam dan mengambil dua gepok dari dalamnya.
“Pak, jangan, pak.”
“Halah, kamu kira saya nggak tahu kalau kamu menjebak orang tua itu.” Polisi lainya menghardik ke Laki- laki itu.
“Awas kamu berani berbicara macam- macam.” Polisi lainnya mengancam menciutkan nyalinya.
pasrah Laki- laki itu keluar dari polsek dengan wajah ditekuk. Wanita yang berdiri di samping mobil Tania memanggil laki- laki itu menghampirinya.
“Kenapa, harusnya bahagia dong, dapat uang cuma- cuma sebanyak itu.” Wanita itu menyadari jika wajah suaminya cemberut.
“Banyak apanya. Nih cuma tiga puluh juta.” Pria itu menyerahkan kresek dengan kesal.
“Hah! Tiga puluh juta?” Wanita itu tidak kalah kaget mendengar nominal yang disebutkan suaminya, jauh dari perjanjian.
“Kok bisa.” Masih bertanya, penasaran.
“Alah, nggak lah. Ayo pergi. Kita habiskan uang ini. Besok kita mencari mangsa lagi.” Pria itu mengajak istrinya pergi. Tania syok mendengar perkataan mereka.
Ternyata mereka ini sindikat penipu. Haha sungguh malang kau, yah. Tapi dimana pak budi, kenapa dia lama sekali.
Ayah Tania masih diam, ia belum membuka mulut. Takut.
“Huh! Bagaimana bisa wanita sebaik ibu Non Tania punya suami sepertimu.” Pak budi mulai mencibir laki- laki di hadapannya. Ayah Tania masih diam tidak berani menjawab.
“Kalau aku jadi istrimu, aku akan pergi setelah menjual rumah, dan pergi dengan laki- laki lain. Dan membiarkanmu membusuk di penjara.” Pak budi terlihat sangat jengkel melihat ayah Tania, tidak ada rasa menyesal sama sekali di wajahnya.
Ayah tania mendongak, mendengar ucapan yang mengerikan dari pria di hadapannya.
“Maaf, pak. Maafkan saya.” Ayah tania membuka mulut dijawab cebikan dari pak budi.
“Memangnya aku istrimu? Meminta maaf padaku. Minta maaf pada Bu wati.” Suara pak budi sudah meninggi, kesal sekali rasanya.
“Baik, pak. Saya akan meminta maaf pada istri saya jika sudah bebas.” Ayah tania mencoba menyelamatkan hidupnya.
“Jangan mimpi! Mulai dari detik ini, jangan pernah tunjukan wajahmu di hadapan bu wati ataupun nona tania.” Pak budi memberi warning.
“Jangan datang di persidangan cerai, agar kalian cepat bercerai.” Menunjuk tepat di wajah Ayah tania.
Glek. Ayah tania menelan ludah. Takut.
“Ba- baik. Pak.”
Pak budi memberikan sebuah sim card pada Ayah Tania “hubungi nona Tania hanya menggunakan nomor ini. Jangan harap dapat uang sepeserpun jika sampai kartu ini hilang.”
Ayah Tania langsung mengambil sim card itu dan menggenggamnya erat.
“Cih! Dasar tidak tahu malu.” Kata pak Budi sebelum meninggalkan ruangan. Ayah tania hanya diam.
Pak budi sudah masuk ke mobil, “bagaimana, pak budi? Aman ‘kan?”
“Aman, non, tenang saja.” Suara pak budi sudah lembut, tidak segarang tadi.
“Syukurlah.” Tania menjatuhkan kepalanya ke jok mobil.
Mobil melaju meninggalkan polsek dan pergi ke bandara.
____
Tania baru landing, ia berjalan keluar, tapi dari jauh ia melihat tubuh tinggi yang sangat ia rindukan.
Reyhan menunggu Tania dengan sangat keren, tangannya melambai pada Tania, tangan yang lainnya di masukan ke saku celana.
Apa dia tidak sadar ya dari tadi orang- orang pada memperhatikannya. Kenapa dia begitu keren sih.
Tania berlari ke arah Reyhan Membuka tangannya, Reyhan pun melakukan hal yang sama.
Tania melompat dan di tangkap dan di gendong Reyhan, mereka berpelukan, dan saat tania akan melepas pelukannya. Tubuh tania masih peluk erat oleh Reyhan.
“Mas, turun,” Tania berbisik ke telinga Reyhan. Pria itu tidak menggubris Tania, malah berjalan mengambil koper Tania masih dengan posisi digendong Reyhan.
Reyhan berjalan keluar bandara dengan menggendong Tania dengan satu tangan dan tangan lainnya menarik koper.
“Mas, malu.” Tania masih berusaha untuk turun, tapi sia- sia. Meski hanya satu tangan, cengkeraman Reyhan sangat kuat.
Pasrah akhirnya. Sepanjang jalan Tania hanya menyembunyikan wajahnya di leher Reyhan dan menutupi dengan kemeja yang dia pakai dari pandangan orang- orang.
Ada yang iri, ada yang exited dan ada yang terlihat heran.
Reyhan tidak menurunkan Tania sama sekali, saat sudah sampai di depan pintu mobil pun Reyhan masih mengendongnya.
Bahkan Tania masih dalam pangkuan Reyhan saat di dalam mobil.
“Mau sampai kapan kau sembunyikan wajahmu.” Tania mengangkat kepalanya, mengintip sedikit, dia sudah di dalam mobil ternyata. Ia menarik kepalanya, bernafas lega.
“Mas, Reyhan, ih.” Tania memukul dada Reyhan pelan. “Malu!”
“Kenapa? ‘Kan, kau yang minta.” Menjawab seenaknya.
Minta? Kapan aku minta? Aku Kan hanya senang melihatmu dan ingin memeluk sebentar, bukan di gendong sampai keluar bandara. Hanya bisa mengomel dalam hati.