Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.
Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.
Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.
Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.
“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza
“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 32 Diluar Prediksi
Hingga pagi menjelang, Launa masih tetap memikirkan cara untuk kabur dari Bara. Segusar itu hatinya, terlebih saat ia menantikan kapan Bara pulang dari rumahnya. Pasalnya, ini sudah jam delapan pagi, tapi tidak ada tanda-tanda Bara bersiap untuk pulang. Terpantau dari rekaman cctv yang ia tonton lewat ponsel, Bara masih seanteng itu duduk di ruang tamu dan bebincang dengan ayahnya. Entah apa yang mereka perbincangkan hingga tampak seserius itu, Launa tidak tahu juga.
Semakin lama Launa kian gusar, pasalnya dia bahkan sudah mandi dan ganti baju, pakaian juga sudah terpacking rapi di koper blue andalannya. Akan tetapi, hingga detik ini Launa terpenjara di kamarnya sendiri. Tak hanya itu, pesawat yang hendak ia tumpangi sudah take off dua jam yang lalu. Alhasil, rute yang sebenarnya ke Turki, mendadak Launa rubah ke kota yang sekiranya bisa ditempuh dengan mobil.
Bugghh
Launa menghempaskan tubuhnya ke ranjang, sembari menatap nanar langit-langit kamar. Sempat terpikir untuk kabur dari jendela, bahkan Launa berencana menulis sepucuk surat untuk sang bunda, akan tetapi ia sangsi. Lagi-lagi, niat itu Launa urungkan, ia tidak ingin kehilangan orang tuanya dan berakhir jadi anak durhaka.
“Apa sebaiknya aku jujur saja ya? Aku harus berterus terang soal perasaanku yang sebenarnya bahwa aku sama sekali tidak mencintai pak Bara. Tapi, bagaimana cara ngomongnya? Bara saja masih ngintilin ayah terus, kalau aku ngomong di depan muka dia, takutnya dia malah nekat membongkar rahasiaku.” Batin Launa lalu kemudian memijat pelipisnya. Mulutnya diam, tapi kepalanya seberisik itu hingga berakhir helaan napas kasar.
Demi mengusir kekesalan, Launa kembali mengintip Bara melalui cctv. Berharap ada perubahan dan laki-laki itu sudah angkat kaki dari sana. Namun alih-alih mendapati apa yang ia harapkan, melalui rekaman itu, Launa justru semakin dikejutkan oleh kedatangan Danu yang entah sejak kapan sudah duduk di antara mereka.
Tidak hanya Danu, tapi di sana juga ada Dikta, suami dari sahabatnya Geona dan juga kakak sepupu dari pihak bunda Salsa turut hadir di sana.
Akan tetapi, bukan mereka yang membuat Launa kaget melainkan kehadiran Danu tentu saja. Air mata Launa kian lancang saja pasca melihat kedatangan Danu ke rumahnya.
Kehadiran Danu di rumahnya tak ubahnya bak hantaman batu besar di dada Launa. Mereka dekat tapi semakin jauh dan kemungkinan besar setelah ini akan semakin jauh. Bagaimana tidak, hingga detik ini Launa masih merencanakan langkah apa yang harus ia ambil untuk lari dari sana tanpa ia ketahui, kehadiran keluarga dan kerabat dekatnya itu adalah karena sebab yang lain. Sebab yang nantinya akan membuat Launa mati lemas, bahkan membuat darahnya tumpah setengah setelah ini.
“Launa..”
Suara lembut itu memecah keheningan, Launa menoleh, bunda Salsa dan mama Amira datang ke kamarnya.
Launa pun semakin mengerutkan dahi, jika itu bundanya yang datang tidak membuat Launa heran, akan tetapi kenapa ada mama Amira? Pun di tangan mama Amira juga ada kebaya putih beserta sigger pengantin.
Melihat itu perasaan Launa semakin tak karuan dan kacau, apa yang mereka rencanakan di belakangnya? Kehadiran mama Amira dengan membawa kebaya beserta sigger di tangannya membuat kecurigaan dalam hati Launa semakin menguar. Pantas di ruang tamu banyak para lelaki dari keluarganya sudah berkumpul di sana.
Karena hal itu pula, Launa baru ingat akan pakaian yang Bara kenakan tadi. Jas hitam lengkap dengan kopiah hitam ala presiden yang kerap terlihat di figura dinding kantor kepala sekolah.
“Sayang?” Sentuhan bunda Salsa di pundak Launa seketika membuyarkan lamunannya.
Launa menatap sendu ke arah dua wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu. Melihat tatapan sendu Launa, senyum keduanya memudar. Binar kebahagiaan yang terpancar di wajah mereka tidak mereka dapati di wajah Launa.
“Ada apa nak? Kenapa kamu sedih? Kamu terkejut?” Tanya bunda Salsa mengusap lembut pundak wanita cantik itu.
“Ini memang surpirse untukmu, maafkan kami karena tidak memberitahumu lebih dulu. Hari ini, Bara akan menikahimu.” Terang mama Amira yang sontak membuat mata Launa membulat sempurna. Jantungnya seolah berhenti berdetak, bagaimana tidak? Hari ini bukannya kabur dia jusrru dinikahkan.
“Apa ma? Launa akan dinikahkan hari ini?”
“Iya nak, ada apa? Kamu keberatan?”
“Bunda, mama, sebenarnya Launa…”
“Kenapa belum siap-siap juga?”
Suara tegas itu menggema, Launa terperanjat dan seketika berhenti bicara. Setelah tadi bunda dan mama Amira, kini ayahnya ikut masuk.
Ayah Kevin tampak mendesak, pasalnya sudah ada penghulu di depan tapi Launa belum bersiap juga.
“Apa penghulu?” Tanya Launa yang masih dengan acara kegetnya. Belum sempat Launa keluar dari zona keterkejutan pasca bunda dan mama Amira datang, kini ia dikejutkan dengan kehadiran penghulu di bawah. Sungguh Launa seakan ingin melemparkan diri ke laut mati saat ini juga, semua diluar kendalinya. Siapa sangka rencananya gagal total.
Ingin Launa jujur dan mengadu bahwa bukan ini yang ia inginkan, tapi dia terlanjur sayang andai nanti orang tuanya malu. Pasalnya, acara nikahan yang Launa sangka hanya diadakan tertutup nyatanya jadi pesta dadakan.
Kehadiran kak Mika dan Geona yang ikut masuk ke kamarnya beserta lantunan musik di bawah sana cukup menjelaskan, seberapa ramai keadaan di bawah.
Sungguh Launa ingin menangis saat ini juga, terlebih, usai memanggil dirinya ayah Kevin langsung berlalu dan saat itu juga dirinya langsung dieksekusi untuk didandani oleh empat orang wanita yang mendadak masuk ke kamarnya.
“Ayo Na, tamunya sudah berdatangan.” Ujar Geona mendudukkan sahabatnya itu di depan meja rias.
Untuk saat ini, tidak ada yang bisa Launa lakukan selain berusaha mengatur napas dengan menenangkan dirinya.
Terjebak dalam pernikahan yang tidak diinginkan. Launa terpaksa harus menjalaninya agar tidak membuat orang tuanya malu. Sudah bagus Bara ataupun Danu tidak membocorkan soal kehamilannya, terlihat dari raut wajah bundanya yang tidak sendu dan menangis saat menatap matanya. Justru terlihat bahagia dan sangat menantikan pernikahan yang sudah lama mereka tunggu.
Meski terlihat tidak memaksa, perasaan khawatir tetap saja ada. Usia Launa sudah 27 tahun, tapi hingga saat ini tidak ada tanda-tanda dia akan menikah. Oleh karena itu, bunda dan ayah Launa nekat menjodohkan Launa dan Danu, siapa sangka bukannya menikah dengan Danu Launa justru dinikahi pria yang merupakan sutradara terkenal di tanah air.
Ya, sedikit banyak orang tua Launa tahu status Bara saat ini. Pantas di awal pertemuan wajah Bara seakan familiar, ternyata dia adalah sutradara terkenal dengan sejuta pesona di kalangan kaum hawa.
“Kenapa harus pake make up segala si bun?” Kelu Launa ogah-ogahan.
“Harus dong sayang, masa iya duduk di pelaminan mukanya polos kayak orang baru selesai kuret.” Celetuk bunda Salsa setengah mencandai putrinya yang tampak murung. Masamnya wajah Launa justru mengundang salah paham, yang ada dipikiran bunda Salsa, Launa seperti ini karena kaget dan belum ada persiapan sama sekali.
Padahal sebenarnya, jauh dari dugaan mereka. Launa sedih dan hancur menjalani pernikahan ini. Akan tetapi, demi menjaga nama baik orang tuanya, Launa rela melakukan hal konyol itu.
Andai kemarin dia diberitahu lebih dulu, sudah pasti dia akan jujur akan keresahannya saat ini. Akan tetapi orang tuanya berlagak memberi kejutan, jadilah dia terperangkap seperti sekarang.
Tak disangka, terlalu banyak melamun Launa sampai tidak sadar dia sudah selesai didandani. Sigger pengantin di kepalanya semakin menambah kesan mewah dalam dirinya. Tak butuh waktu lama tiga wanita itu berhasil menyulap penampilan Launa.
Begitu besar harapan bunda Salsa akan sakralnya pernikahan mereka. “Putri bunda cantik sekali.” Bunda Salsa tersenyum hangat melihat kagum kecantikan putri satu-satunya itu.
Anak kebanggan mereka, yang sudah lama mereka nantikan. Bagaimana tidak? Dulu bunda Salsa dan ayah Kevin harus menanti kehadiran Launa sepuluh tahun lamanya.
Pasca menikah, mereka tidak langsung dikaruniai momongan. Butuh effort yang ekstra untuk mereka mendapatkan Launa.
Jadi, tidak heran saat ini pernikahan putri mereka begitu didambakan. Anak satu-satunya yang sudah lama dinanti, harus dinikahkan secara meriah.
“Sempurna!” Puji Geona menatap wajah cantik sahabatnya itu, pernikahan dari putri keluarga om Kevin adalah yang selama ini mereka tunggu.
Akan tetapi, bukannya bahagia, raut wajah Launa terlihat bingung hingga menimbulkan tanya di benak semua yang ada di kamar itu.
“Hm kenapa dia bingung bun? Bukannya sudah sepakat? Kak Bara sendiri yang bilang kan?”
“Wajar lah dia bingung, ini kan surpirse.” Cetus kak Mika menimpali pertanyaan Geona.
“Launa, kata kak Bara, kalian sudah sepakat loh dari sebulan yang lalu. Hanya saja tanggal pernikahan kalian tidak ditentukan secara terang-terangan, karena kak Bara ingin memberi kejutan padamu.” Jelas Geona berusaha menghilangkan syok yang Launa rasakan. Tanpa mereka sadari, bukan syok karena terharu apalagi bahagia, tapi syok karena pernikahan ini tidak diharapkan dan diluar prediksinya.
Dalam hati Launa tidak henti-hentinya mengumpat Bara. Pembohong ulung, itulah kata-kata yang tepat menggambarkan seperti apa sosok Bara di mata Launa. Hanya dengan memanfaatkan situasi dan kelemahan Launa, Bara nekat menikahinya disertai kebohongan yang katanya atas kesepakatan mereka.
Sungguh di luar nalar, dendam Launa semakin membara. Ingin rasanya dia mengubur Bara hidup-hidup setelah ini. Terlebih tindakan Bara didukung penuh pihak keluarganya hingga membuat Launa semakin murka.
Sama sekali tidak Launa duga, Bara akan bergerak secepat ini, terlalu cepat bahkan berkutik saja Launa tidak mampu. Memutuskan kehendak sendiri tanpa persetujuan, sungguh Launa tidak menyangka Bara mampu melakukan itu diluar pengetahuannya.
Pernikahan adalah hal serius dan tidak bisa ditawar. Tapi tampaknya hal itu berbeda dengan Bara yang berhasil membuat Launa seakan tengah bercanda.
sorry tak skip..