Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Moira terus mengumpat Leon yang telah tidak menepati perjanjian yang telah mereka sepakati. Melindungi ketidakjujuran dengan dalih mencurigai Moira, memangnya ada orang yang pura-pura bisu. Moira lelah sekali seharian terus menghadapi orang-orang yang menguras emosi, didalam rumah pun harus berhadapan dengan Leon yang egois.
Suara pintu terbuka sangat keras, tanpa Moira melihat ke asal suara pasti itu Leon. Moira menoleh kearah Leon yang berdiri diambang pintu dengan kedua tangan berkacak pinggang.
"Kenapa dia menatapku seperti itu? aku sudah mengikuti kemauan dia, lalu kenapa seakan masih belum puas juga?"
Moira terkejut disaat Leon melemparkan selembar brosur, tepat mengenai wajahnya.
"Kau bisa memberikan dokumen ini baik-baik padaku, tidak perlu sekasar tadi!" Moira sangat kesal menuliskan pemberontakannya di buku.
Sementara Leon seakan tidak perduli saja, ia terus menatap Moira yang hanya bisa menghela napas panjang saja. "Kau adalah milikku sekarang, barangku. Ayahmu telah memberikan dirimu secara percuma padaku, bukankah yang aku berikan ini adalah sudah jauh lebih baik?" Tanya Leon, ia tersenyum sinis kepada Moira yang terdiam.
"Baca brosur itu!" Perintahnya, ia melangkah menuju Moira yang mulai membaca brosur tersebut. Tertera disana jika Perusahaan Dante mencari sekretaris pribadi menguasai bahasa isyarat. Sangat menggiurkan bagi Moira, tapi ia tahu jika Perusahaan itu di pimpin oleh Leon sendiri.
"Aku tahu tidak ada Perusahaan yang menerima anak magang bisu sepertimu, jadi aku berbaik hati membuat lowongan ini." Jelasnya, seolah sangat Moira minta agar Leon melakukan itu.
Moira menuliskan sesuatu di bukunya. "Terimakasih atas keperdulianmu...."
Leon tidak membaca sampai habis, ia menurunkan tangan Moira yang menunjukkan tulisannya tadi. Tatapan mata mereka saling bertemu seolah mencari sebuah tujuan masing-masing.
"Aku melakukanya sesuai dengan apa yang aku dapatkan, seperti kau memberitahu alasan apa yang membuat Kalvin sangat menyembunyikan dirimu." Ucap Leon sembari menangkup wajah cantik Moira.
Akhirnya Moira tahu pastinya Leon melakukan sesuatu hal sebaik itu karna ada maunya. Pria itu tidak pernah baik secara ikhlas, atau mungkin memandang sedikit saja pernikahan mereka. Moira kesal karena Leon sudah seakan mau membodohinya, tangan Moira mendorong tubuh Leon.
"Apa yang kau lakukan, ha?!" Leon murka, ia ingin menarik tangan Moira tapi wanita itu menatapnya sangat tajam. Barulah kedua tangan Leon berkacak pinggang menatap penuh pada Moira yang berusaha melindungi diri. "Aku hanya ingin tahu rahasia apa yang dimiliki ayah mertuaku, apa itu salah?" Langkah kaki Leon terus maju untuk menjebak Moira.
Moira berlari bahkan menyempatkan menabrak tubuh Leon, lalu pergi berlari keluar kamar karena tidak mau Leon memperdaya semua rasa takutnya lagi.
"Ck!" Leon berdecak sebal, ia mengikuti kemanapun Moira pergi kali ini.
Langkah Moira terlalu cepat sesekali melihat kearah belakang memastikan jika Leon tidak mengejarnya. Moira memilih bersembunyi di belakang pintu, ia memegang erat ponselnya karena di dalam ponsel tersebut semua bukti tentang rahasianya selama ini.
"Moira, kau kira bisa pergi dari ku.. Keluar, aku berjanji tidak akan melakukan hal macam-macam padamu!" Suara itu semakin membuat Moira takut, ia teringat dengan ancaman Ayah dan Mamanya jika semua rahasia ini terbongkar oleh keluarga Dante.
"Sekarang aku tahu apa gunanya kau bisu bagi keluarga Yaston, yaitu untuk menelan habis semua aib kalian bukan?!" Teriak Leon, ia semakin marah dengan sikap Moira kali ini.
Leon terus membuka satu persatu gorden untuk mencari keberadaan Moira, malam ini harus mendapatkan jawaban juga. Tapi, disaat gorden terakhir malah tidak bisa ditarik oleh Leon sama sekali. Leon sudah sekuat tenaga tapi tetap tidak bisa karena Moira menahannya.
"Moira!" Leon murka, ia ingin menggunakan kekuatan penuh tapi tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Tertera nama sang Ayah di layar ponsel tersebut, terpaksa Leon mengangkat panggilan tersebut.
"Malam ini kau harus datang ke acara ulang tahun, Mamamu. Jika tidak maka Ayah tidak akan sudi membiarkan Moira hidup tenang sebagai istrimu!"
Leon mematikan panggilan itu secara sepihak, ia memaksa menarik gorden tersebut hingga terlihat Moira yang menatapnya penuh ketakutan.
"Ganti pakaian lebih sopan dan terkesan rapih, soal ini kita bahas lain kali." Ucap Leon, suaranya terdengar dingin sekali.
Tangan Moira bergerak seolah bertanya.. "Kita mau kemana?" Meskipun Leon tidak mengerti arti gerakan tangan tersebut tapi ia mencoba mengikuti naluri hati saja. Kalau Leon perhatikan setiap ekspresi wajah Moira seperti memiliki arti kata kata jika dipahami dengan baik.
"Ke Mansion Dante, Ayahku mengundang makan malam." Ntah kenapa Moira tidak suka itu, ia tahu jika mertuanya sama sekali tidak suka dengannya. Maupun itu Max ataupun mertua wanita sama saja, kalau bisa Moira lebih baik tidak ikut. "Ganti pakaianmu sekarang juga, aku menunggu dimobil." Leon pergi begitu saja meninggalkan Moira yang terbengong.
Moira masih ingat dengan kata-kata Max kemarin dihari sesudah akad. "Ingatlah ini, Moira. Pernikahan ini terjadi atas ancaman Ayahmu, jangan salahkan kami jika suatu saat.. Kau mati hanya karna membongkar jika dirimu adalah istri putra keluarga Dante."
Bahkan jantung Moira langsung berdebar kencang disaat mengingat kata-kata itu, ia tidak tahu harus apa lagi disaat menghadapi mertuanya nanti.
"Cepatlah, Moira!" Suara itu membuat Moira langsung berlari menuju kamar yang berada di lantai kedua.
Leon memandang langit malam yang cerah malam ini, lain dengan suasana hatinya yang sangat buruk. Tangan Leon memegang batang rokok, hanya benda itu yang bisa menenangkan Leon disaat menghargai masalah besar seperti ini.
"Kau harus bisa mengendalikan Moira, siapa tahu dia bisa kita jadikan alat untuk membuat Kalvin menderita."
"Aku tidak mau melakukan itu pada Moira, Ayah. Dia gadis bisu, cukup diam saja menjadi istriku tanpa dunia tahu itu sudah jauh lebih baik." Tolak Leon mentah-mentah akan permintaan sang Ayah.
Tapi siapa sangka karna sikap Leon itu membuat Max murka, malah mengancam akan menyakiti Moira jika sempat Leon tidak melakukan hal yang ia inginkan. Leon merasa kasihan dengan Moira meskipun hanya sedikit, tapi rasa iba itu telah membuatnya semakin tertekan sekarang.
