Langit yang sangat mencintai Monica merasa tidak bisa melupakannya begitu saja saat Monica dinyatakan meninggal dunia dikarenakan kecelakaan yang tiba-tiba. Diluar dugaan, arwah Monica yang masih penasaran dan tidak menerima takdirnya, ingin bertemu dengan Langit. Dilain tempat, terdapat Harra yang terbaring koma dikarenakan penyakit dalam yang dideritanya, hingga Monica yang terus meratapi nasibnya memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kali kesempatan. Tuhan mengizinkannya dan memberinya waktu 100 hari untuk menyelesaikan tujuannya dan harus berada di badan seorang gadis yang benar-benar tidak dikenal oleh orang-orang dalam hidupnya. Hingga dia menemukan raga Harra. Apakah Monica berhasil menjalankan misinya? apakah Langit dapat mengenali Monica dalam tubuh Harra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Prayogie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 : DISAMPINGMU
..."Tak perlu bersumpah. Sejauh apapun langkahmu, aku akan tetap ada disampingmu"...
...----------------...
Warna langit mulai tampak bercampur di ufuk barat. Suara burung camar jelas terdengar di lintasan balap yang letaknya tepat disamping pantai itu. Langit terdiam di bangku penonton dengan Monica yang duduk disebelahnya. Mereka ada disana sudah cukup lama namun belum ada yang memulai percakapan diantara keduanya. Mereka sibuk dengan pemikiran dan perasaan masing-masing.
Monica menoleh menatap langit yang memandang lurus kearah lintasan.
"Kamu menyesal?" tanya Monica tiba-tiba yang membuat Langit tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya.
"Nggak sama sekali" kata Langit tanpa menoleh.
"Tapi sosok Langit nggak lepas dari area balap" kata Monica kembali
"Mari rubah itu, dirubah menjadi-- Hmm-- sebentar--" Langit berpura-pura memikirkannya. "--Sosok Langit tidak lepas dari sosok Monica, terdengar lebih bagus" kata Langit sambil tertawa kecil dan melihat Monica yang masih memasang wajah masam.
"Ihh nggak lucu" kata Monica semakin mengerucutkan bibirnya dan ikut memandang lintasan.
"Aku mau bicara-- dengerin baik-baik. Aku nggak akan ngulang lagi" kata Monica memberikan peringatan kepada Langit.
"Oke" Langit lalu memposisikan dirinya menghadap Monica dan memandang Monica dengan serius.
Monica meliriknya sekilas dan mengernyitkan dahinya memandang Langit yang tampak terlalu bersemangat. Namun Langit hanya tersenyum yang membuatnya ikut tersenyum tipis melihat tingkah laku Langit yang terkadang seperti anak-anak.
"Aku mencintaimu berkali-kali---" kata Monica tiba-tiba yang membuat Langit tertegun terdiam mendengarnya.
"Saat pertama ketemu, saat kamu menanyakan namaku, saat kamu main basket, saat kamu berani mengenalkanku ke Papamu, saat kamu dengan berani berkata didepan Bapak, dan saat kamu di lintasan balap-- Aku mencintai semua sosokmu--" kata Monica sambil tersenyum sambil tetap menghadap kedepan.
Langit hanya terdiam mendengarkan setiap perkataan yang keuar dari mulut kecil Monica dengan seksama.
"Namun setiap malam aku bertanya-tanya-- Bagaimana pandangan orang saat aku berdiri disampingmu? Apakah kamu juga mencintaiku? Apakah perasaan ini sepadan? Apakah aku pantas mendapat cintamu? Aku selalu menanyakan hal yang sama sebelum aku terlelap--" Monica lalu menundukkan matanya sambil tersenyum pahit.
"--Namun setelah aku menyadarinya, aku terlalu bodoh menanyakan hal itu. Bukan aku tak tahu tentang semua yang kamu lakukan. Aku tahu Langit, aku tahu semuanya" kata Monica sambil memandang Langit.
"--Aku pengen kamu bahagia, aku pengen kamu dapat orang yang elbih baik dari aku. Aku nggak suka melihat kamu kesusahan dan mengalami semua ini gara-gara aku-- Tapi bukan berarti aku tidak mencintaimu" kata Monica dengan penuh ketulusan.
Langit menatap tajam mata Monica yang kini memandangnya.
"--Semalaman kemarin aku berfikir, Apa yang sudah aku lakukan untukmu? Setelah aku mengingatnya kembali, ternyata aku tidak melakukan apapun--" Mendengar itu Langit menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan apa yang dikatakan Monica.
Lalu Monica memegang tangan Langit dengan erat.
"-- Sekarang jangan lakukan apapun sendiri, jangan berjuang sendiri. Ini kisah kita, ini cinta kita. Izinkan aku berjuang bersamamu disampingmu. Aku akan berusaha menjadi orang yang layak berada disampingmu" kata Monica dengan bersungguh-sungguh.
Langit tersenyum melihat Monica yang mengatakan suatu hal yang membuat hatinya bagaikan tersiram air. Begitu menyejukkan dan menenangkan.
"Tapi aku nggak minta kamu buat berubah" jawab Langit dengan nada pelan.
"Aku nggak akan berubah, aku akan tetap menjadi sosok Monica yang kamu kenal. Tapi aku akan memperbaiki diriku menjadi lebih baik lagi. Jangan larang aku, aku juga ingin berusaha seperti kamu. Aku juga ingin berjuang untuk kita" kata Monica dengan lembut.
Langit menundukkan kepalanya sejenak lalu mengangguk.
"Kita jalan sama-sama ya" kata Langit sambil tersenyum lembut.
Monica mengangguk dan mengusap lembut pipi Langit.
"Maaf atas semua derita dan kesakitan yang kamu tanggung sendiri" kata Monica dengan perasaan bersalah.
"Nggak-- ini nggak sebanding dengan rasa sakitku kehilangan kamu" kata Langit memegang tangan Monica yang ada di pipinya.
Mereka berdua saling memandang dan tersenyum. Langit memeluk pundak Monica dan membiarkan Monica menyandarkan kepala di bahu Langit. Mereka menatap lintasan balap yang tampak sepi tanpa deru motor itu dalam keheningan sore.
...----------------...
2 TAHUN KEMUDIAN--
"Monica Reka Astara. Lulusan terbaik dengan predikat CUMLAUDE" Rektor mengumumkan yang diiringi dengan tepuk tangan gemuruh.
Langit bertepuk tangan sambil berdiri bersama Pak Jaka dan Gama. Pak Jaka tampak meneteskan air matanya melihat Monica jalan kedepan podium dan menerima sertifikat dan ijazahnya.
"Kelulusannya Kak Langit kapan?" tanya Gama yang berdiri disampingnya.
"Sudah. Seminggu yang lalu, waktu kak Langit nggak main kerumah Gama. Itu kak Langit wisuda" kata Langit menerangkan dengan lembut.
"Wisudanya kak Langit diluar negeri, bukan disini" kata Pak Jaka menerangkan.
"Gama juga mau wisuda di luar negeri" kata Gama dengan antusias.
"Bisa, pasti bisa" kata Langit sambil membelai lembut kepala Gama.
Prosesi wisuda sudah selesa. Monica tampak berlari kecil kearah keluarganya.
"Selamat anakku, semoga ilmunya berkah nak" kata Pak Jaka sambil mencium pipi Monica dan memeluknya.
"Bapak nangis? Katanya tadi janji kalau nggak bakal nangis" kata Monica melihat mata Pak Jaka yang sembab.
"Nggak, Bapak tadi ngantuk" kata Pak Jaka yang berusaha mengalihkan pandangan dari Monica.
Monica mengerutkan dahinya tampak curiga, lalu Gama berlari menghampiri Monica sambil memberikan buket bunga.
"Selamat Mbak" kata Gama sambil tersenyum cerah.
"Terima kasih adek nakal, nanti kamu juga harus bisa" kata Monica sambil mencubit pipi Gama.
"Tapi aku mau wisuda di luar negeri kayak Kak Langit" kata Gama sambil menunjuk Langit, membuat Monica terkejut lalu menatap Langit yang berdiri dibelakang Pak Jaka dengan membawa buket bunga mawar yang besar.
"Amin-- Semangat Gama" kata Langit sambil beradu tangan dengan Gama.
Monica yang melihatnya tersenyum kecil.
"Selamat sudah wisuda-- cantik sekali" kata Langit sambil memberikan buket bunga kepada Monica.
"Ehem" Pak jaka berdehem mendengar kata-kata Langit
"Bunganya, bunganya cantik" kata Langit yang langsung meralat kata-katanya yang membuat semua orang tertawa mendengarnya.
Monica segera mengajak mereka untuk menuju ke booth photo untuk foto keluarga bersama Langit.
Tanpa mereka sadari dari arah parkir mobil terlihat 2 pasang mata yang melihat kebahagiaan mereka dari kejauhan. Seorang pria dan wanita yang masih enggan untuk keluar dari mobil karena dilingkupi perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
"Ayok Pa" kata seorang wanita disamping pria itu sambil menggenggam tangan pria itu.
Pria itu mengangguk dan keluar dari mobil dengan membawa buket bunga ditangannya. Berjalan perlahan mendatangi Langit, Monica dan keluarganya yang masih sibuk berfoto dengan berbagai pose.
Tiba-tiba senyum mereka hilang berganti dengan wajah tegang saat melihat pria dan wanita itu berdiri didepan mereka.
Langit menggenggam erat tangan Monica dan maju melangkah didepan Monica. Monica melihat Langit sekilas dan Monica tidak ingin berada dibelakang Langit. Monica melangkah maju dan berdiri tepat disamping Langit. Genggaman tangan mereka semakin erat menguatkan satu sama lain.
Pak Jaka yang melihatnya pun langsung membeku dan merapikan bajunya.
"Selamat atas wisudanya Monica" kata sosok pria itu sambil memberikan buket bunga yang ada ditangannya.
Monica dan Langit hanya terdiam terpaku melihat mereka berdua.
"Mau apa Papa sama Mama disini?" tanya Langit dengan nada dingin dengan memandang tajam mata Pak Hendra yang berdiri didepannya.