Seorang wanita muda, Luna, menikah kontrak dengan teman masa kecilnya, Kaid, untuk memenuhi permintaan orang tua. Namun, pernikahan kontrak itu berubah menjadi cinta sejati ketika Kaid mulai menunjukkan perasaan yang tidak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jembatan Kepercayaan
Luna merasa lebih lega setelah pertemuannya dengan Karina, meskipun sedikit kekhawatiran masih tersisa. Kehidupannya bersama Kaid mulai berjalan kembali seperti biasa. Namun, ia sadar bahwa untuk membangun kepercayaan yang lebih kuat di antara mereka, diperlukan usaha dari kedua belah pihak.
Suatu pagi, Kaid membawa kabar yang mengejutkan saat sarapan.
“Aku harus pergi ke luar kota untuk urusan bisnis,” kata Kaid sambil mengaduk kopinya.
“Berapa lama?” tanya Luna, mencoba menyembunyikan kekecewaannya.
“Tiga hari. Aku akan menghadiri konferensi dengan beberapa klien penting,” jawab Kaid.
Luna mengangguk pelan. Ia tahu pekerjaan Kaid sering menuntut perjalanannya, tetapi kali ini terasa berbeda. Dengan semua hal yang baru saja terjadi, ia merasa berat membiarkan Kaid pergi.
“Aku harap kamu bisa menjaga dirimu baik-baik,” ujar Luna akhirnya.
Kaid tersenyum dan menggenggam tangannya. “Aku janji akan sering menghubungimu. Dan aku akan pulang secepat mungkin.”
Hari pertama tanpa Kaid terasa hampa. Luna mencoba mengalihkan pikirannya dengan berbagai aktivitas, mulai dari membersihkan rumah hingga mengerjakan proyek desain kecil yang diterimanya dari seorang teman. Namun, di penghujung hari, ia tetap merindukan kehadiran Kaid.
Ketika ponselnya berdering, Luna merasa lega melihat nama Kaid muncul di layar.
“Halo,” sapa Luna dengan nada ceria.
“Luna, aku baru selesai rapat. Maaf baru sempat menelepon,” ujar Kaid dari seberang telepon.
“Tidak apa-apa. Bagaimana harimu?” tanya Luna.
Kaid menceritakan tentang pertemuan bisnisnya dan betapa sibuknya ia dengan klien. Luna mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa lebih dekat dengannya meskipun mereka terpisah jarak.
“Aku merindukanmu,” ujar Kaid tiba-tiba.
Luna tersenyum kecil. “Aku juga merindukanmu. Cepatlah pulang.”
Namun, pada malam kedua, sesuatu yang tak terduga terjadi. Ketika Luna sedang bersantai di ruang tamu, ponselnya menerima pesan dari nomor tak dikenal.
“Hati-hati, masa lalu Kaid tidak akan pernah benar-benar pergi.”
Pesan itu membuat darah Luna berdesir. Ia mencoba menelepon nomor tersebut, tetapi tidak ada yang menjawab. Perasaan tidak nyaman kembali menghantui dirinya.
Luna ingin segera menelepon Kaid dan memberitahunya tentang pesan itu, tetapi ia memutuskan untuk menunggu sampai ia bisa berpikir lebih jernih.
Hari terakhir sebelum Kaid pulang, Luna tidak bisa menahan rasa gelisahnya. Ia akhirnya menelepon Kaid dan menceritakan tentang pesan misterius itu.
“Apa maksudnya, Kaid? Apakah ini terkait Karina?” tanya Luna dengan nada cemas.
Kaid terdiam sejenak sebelum menjawab. “Luna, aku tidak tahu siapa yang mengirim pesan itu. Tapi aku janji, aku akan mencari tahu.”
Nada suaranya yang serius membuat Luna merasa sedikit tenang, tetapi bayangan pesan itu tetap mengganggu pikirannya.
Ketika Kaid kembali, Luna menyambutnya dengan senyuman hangat. Namun, ia tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan kekhawatirannya.
“Kaid, aku masih memikirkan pesan itu. Apa kamu yakin tidak ada seseorang dari masa lalumu yang mencoba mengganggu kita?”
Kaid menggenggam tangan Luna dan menatapnya dengan penuh ketulusan. “Luna, aku tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu kita. Aku berjanji akan melindungi hubungan ini, apa pun yang terjadi.”
Kaid kemudian menunjukkan hasil penyelidikannya. Ia telah meminta tim kepercayaannya untuk melacak nomor tersebut, tetapi hasilnya nihil. Nomor itu ternyata nomor sementara yang sulit dilacak.
“Aku tidak ingin kamu terus merasa khawatir, Luna. Kita harus fokus pada apa yang kita miliki sekarang,” ujar Kaid dengan lembut.
Luna mengangguk, meskipun rasa curiga itu masih ada. Ia tahu bahwa untuk melindungi pernikahan mereka, ia harus percaya pada Kaid. Namun, di lubuk hatinya, ia tidak bisa mengabaikan firasat bahwa pesan itu hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar.
Beberapa minggu berlalu, dan kehidupan Luna dan Kaid kembali normal. Mereka mulai lebih sering menghabiskan waktu bersama, menjelajahi restoran baru, dan bahkan merencanakan liburan singkat untuk mempererat hubungan mereka.
Namun, satu malam, ketika Luna sedang merapikan kamar tidur, ia menemukan sesuatu yang membuat jantungnya berhenti. Sebuah tiket konser atas nama Kaid, dengan tanggal yang menunjukkan malam ia mengaku sedang sibuk rapat di luar kota.
Luna memegang tiket itu dengan tangan gemetar. Apakah Kaid berbohong padanya? Ataukah ada penjelasan lain untuk ini?
Hatinya dipenuhi berbagai pertanyaan. Dan untuk pertama kalinya, Luna merasa ada jurang yang mulai terbentuk di antara mereka, sebuah jurang yang hanya bisa dijembatani dengan kejujuran.
Ia tahu, malam itu, ia harus mendapatkan jawaban.