"Ayah, kenapa Ayah merahasiakan ini semua padaku Yah?" Tanya Alesha yang harus menelan pil pahit saat mengetahui kebenaran tentang dirinya, kebenaran bahwa Ia adalah anak hasil dari pemerkosaan yang di alami oleh ibunya.
"Nak, kamu anak Ayah, apapun yang terjadi, kamu tetap anak Ayah." Ucap Pak Damar dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Tidak Yah, aku benci Ayah. Aku benci pada diriku sendiri yah." Ucap Alesha sembari memukuli tubuhnya sendiri.
"Jangan lakukan itu Nak, kamu Anak Ayah, sampai kapanpun kamu anak Ayah." Ucap Damar sembari memegangi tangan Alesha agar tak memukuli tubuhnya lagi.
Melihat anak yang begitu Ia sayangi seperti ini membuat hati Damar begitu hancur.
"Atau jangan jangan Ibu terkena gangguan jiwa karena aku Yah, karena Ibu hamil anak dari para bajing*n itu Yah." Tebaknya karena semua orang bilang Ibunya gila semenjak melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan cinta tapi obsesi
Setelah memastikan Shasa sudah tidur dengan baik, Damar kembali ke kamarnya, dimana saat itu Ajeng sudah membuka matanya.
"Sayang, kamu sudah bangun." Ucap Damar senang dan langsung menghampiri sang istri hendak memeluknya.
"Aku mau pulang ke Bandung." Ucap Ajeng ketus sembari menghindar saat Damar ingin memeluknya.
"Sayang, kita sudah bicarakan ini kan, kita akan tinggal disini seminggu kedepan." Ucap Damar.
"Sayang, apa kamu sama sekali tidak percaya sama aku, aku cuma cinta sama kamu sayang, ngga ada yang lain." Sambungnya.
"Udah ya, aku kangen sama kamu." Pinta Damar hendak memeluk Ajeng kembali.
"Shasa mana?" Tanya Ajeng sembari menepis tangan Damar yang hendak memeluknya.
"Ada di kamarnya sayang." Jawab Damar.
"Aku mau tidur sama Shasa." Ucap Ajeng hendak pergi ke kamar Shasa, namun tangan besar Damar menahannya.
"Sayang, apa yang harus Mas lakukan supaya kamu percaya kalau Mas hanya mencintai kamu. Mas ngga sanggup di cuekin kamu seperti ini." Ucap Damar sembari berlutut di depan Ajeng.
"Maafin Mas ya, Mas tau Mas salah, tapi jangan seperti ini ya, Mas ngga sanggup sayang, Hanya kamu wanita yang Mas cintai." Sambungnya dengan air mata di pelupuk matanya.
Ajeng menarik tangan Damar agar Damar berdiri, setelahnya dia menatap lekap wajah sendu sang suami, Damar memeluk erat Ajeng dan perlahan Ajeng pun membalas pelukannya.
"Mas mencintai kamu sayang, Mas hanya mencintai kamu, tidak ada yang lain selain kamu di hati Mas." Ucapnya lalu sesekali mencium puncak kepala Ajeng.
"Mas jahat, Mas jahat." Ucap Ajeng memukuli dada bidang suaminya hingga tak terasa air matanya kembali menetes.
"Iya sayang, Mas jahat hari ini karena sudah membuat kamu menangis, maafin Mas ya? Mas janji setelah ini tidak akan membuat kamu menangis lagi karena Mas." Ucapnya mengusap tengkuk sang istri. Ajeng pun berhenti memukuli Damar dan kembali membalas pelukan Damar.
"Kamu istirahat ya, Mas mau buatkan..."
"Mas tetap disini temani aku." Sela Ajeng yang semakin mempererat pelukannya.
Damar tersenyum mendengar permintaan Ajeng, sepertinya istri tercintanya juga sangat merindukannya.
***
Damar dan Ajeng kini berbaring dengan tubuh yang masih polos, hanya ditutupi selimut tebal di kamar itu. Keduanya masih saling berpelukan, hingga akhirnya terdengar dering ponsel Damar.
Drettt Drettt Drettt...
"Sebentar sayang." Ucap Damar melepas pelukan Ajeng lalu segera mengambil ponselnya di atas Nakas.
"Hallo Assalamualaikum Pah." Ucap Damar setelah menerima panggilan dari sang Papah.
"Wa'alaikumsalam, Damar kamu dimana?" Tanya Pak Adhi.
"Damar di rumah Pah." Jawab Damar.
"Kenapa Pah?" Tanyanya kemudian.
"Mamah sudah sadar Nak, dia terus mencari kamu." Jawab Pak Adhi.
"Apa? ya udah Pah Damar ke rumah sakit sekarang." Ucap Damar yang langsung mematikan sambungan telpon dan bergegas ingin ke kamar mandi.
"Mas ada apa?" Tanya Ajeng.
"Mamah sudah sadar sayang, Mas mau ke rumah sakit." Jawab Damar sembari meraih baju yang berserakan di lantai lalu memakainya.
"Kamu ikut ya sayang." Pintanya.
"Tapi apa ngga apa apa Mas kalau aku ikut?'" Tanya Ajeng.
"Ngga apa apa sayang, kan ada Mas, InshaAllah Mamah ngga akan berani nyakitin kamu." Jawab Damar.
"Tapi aku takut, kondisi mamah nanti semakin drop Mas saat melihat aku, Mamah sangat membenciku Mas, karena dia selalu bilang kalau aku merebut kamu darinya." Ucap Ajeng.
"Kita coba temui mamah dulu ya sayang, kali aja mamah akan berubah pikiran pas lihat kamu sedang hamil anakku." Ucap Damar
deg...
Ucapan Damar tanpa sengaja membuat Ajeng semakin yakin sebenarnya Damar meragukan kalau Shasa anak kandungnya.
"Jadi benar, Mas Damar masih meragukan Shasa." Batinnya.
"Mas, apa kamu sama sekali tidak mau melakukan tes DNA dengan Shasa? Kamu selalu mengatakan kalau Shasa anak kamu, tapi aku tau di lubuk hati kamu yang terdalam sebenarnya kamu masih meragukan kalau Shasa anak kandung kamu." Ucap Ajeng.
"Sayang kamu ngomong apa sih, Shasa itu anakku, aku tidak memerlukan tes DNA itu, karena aku sangat yakin Shasa anak kandungku." Elak Damar.
"Kamu yakin Mas?" Tanya Ajeng memicingkan matanya menatap sang suami.
"Aku sangat yakin sayang." Jawab Damar.
"Udah ya, sekarang kita harus ke rumah sakit, Mas mau mandi dulu." Sambungnya lalu gegas masuk ke kamar mandi.
"Maafkan aku sayang, Kamu benar memang terkadang terbesit di hatiku meragukan kalau Shasa anakku, tapi untuk tes DNA, Aku belum siap menerima kenyataan kalau hasilnya nanti ternyata Shasa bukan anak kandung ku, aku takut akan mengurangi rasa sayang ku pada Shasa dan rasa sayang Shasa padaku." Batin Damar setelah menutup pintu kamar mandi dan menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mandi.
***
Damar dan Ajeng berjalan di lorong rumah sakit menuju ruangan Bu Tania mendapatkan perawatan. Damar segera masuk ke ruangan itu untuk menemui Mamahnya, sementara Ajeng memilih untuk menunggunya di luar ruangan, melihat sang Mamah mertua dari balik kaca jendela.
Pak Adhi yang melihat sang menantu hanya berdiri di jendela pun segera menghampirinya sembari memberi ruang pada Damar untuk berbicara dengan Mamahnya.
"Ajeng, duduk lah." Ucap Pak Adhi menunjuk kursi tunggu yang ada di depan ruang ICU.
"Iya Pah." sahut Ajeng yang segera mengikuti sang papah mertua dan duduk di sampingnya.
"Shasa ngga ikut?" Tanya Pak Adhi.
"Ngga Pah, Shasa tadi sedang tidur, jadi kami menitipkan nya sama Bik Ijah." Jawab Ajeng.
Berbeda dengan suasana diluar ruangan ICU dimana sang menantu tengah berbicara dengan Papah mertuanya dengan begitu akrab, suasana di dalam ruangan ICU justru nampak begitu menegangkan.
"Mamah." Lirih Damar memeluk sang mamah.
"Damar, ini benaran kamu Damar, anakku?" Kaget Bu Tania.
"Iya Mah, Aku Damar anak mamah." Jawab Damar melepas pelukannya pada sang mamah.
"Bagaimana kondisi Mamah?" Tanya Damar setelah mencium tangan Bu Tania.
"Damar, kamu sudah meninggalkan wanita itu kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Damar, Bu Tania justru berharap Damar datang menemuinya karena sudah meninggalkan wanita yang tidak pernah ia terima sebagai menantu.
"Aku tidak akan pernah meninggalkan Ajeng Mah. dan Aku juga tidak akan meninggalkan mamah lagi kalau mamah mau menerima Ajeng." Ucap Damar berusaha merayu sang mamah agar tak memaksanya untuk meninggalkan Ajeng lagi.
"Mah, Ajeng saat ini sedang hamil, dan hasil USG mengatakan kalau anak yang di kandung Ajeng berjenis kelamin laki laki, Mamah sangat ingin kan punya cucu laki laki, Damar dan Ajeng akan mengabulkannya Mah, Jadi mamah mau kan menerima Ajeng dan anaknya." Bujuk Damar.
"Mamah memang ingin cucu laki laki, tapi bukan dari wanita yang sudah membuat kamu pergi dari Mamah." Pekik Bu Tania.
"Mah, bukan Ajeng yang menyebabkan Damar pergi, Damar pergi karena sikap mamah yang selalu mengekang Damar, Damar pernah mengalah sama mamah dan meninggalkan Jihan demi Mamah, tapi tidak dengan Ajeng Mah, Damar sangat mencintai Ajeng, Damar akan selalu bersama Ajeng dan anak anak kami mah." Ucap Damar.
"Mamah ngga ngerti sama kamu Damar, kamu selalu mencintai wanita miskin dan tidak berpendidikan." Ucap Bu Tania.
"Lalu mamah bagaimana? Mamah selalu menjodohkan Damar dengan wanita yang kaya dan berpendidikan tapi nyatanya apa? mereka bukan wanita baik baik. Bahkan mereka rela melakukan apapun demi mendapatkan Damar mah." Sarkas Damar.
"Itu karena Kayla mencintai kamu Damar." Jawab Bu Tania yang terus membela Kayla.
"Mamah selalu membenarkan apa yang Kayla lakukan hanya karena mamah mengira Kayla mencintai aku, padahal yang sebenarnya Kayla hanya terobsesi sama aku Mah, dia tidak benar benar mencintai aku." Ujar Damar.
"Tidak Damar, mamah yakin Kayla sangat mencintai kamu. Kamu akan bahagia Damar jika bersama dengan Kayla." Ucap Bu Tania yang selalu menginginkan Damar menikah dengan wanita pilihannya.
"Mah, Damar hanya mencintai Ajeng, kalau mamah selalu membenarkan apa yang di lakukan Kayla karena Kayla mencintai aku, maka apa yang Damar lakukan juga benar Mah, karena Damar mencintai Ajeng dan Damar akan melakukan apapun demi bisa bersama Ajeng." Ucap Damar dengan mata yang berkaca kaca, lalu pergi meninggalkan ruangan mamahnya.
"Damar, kenapa kamu tidak pernah mau mendengarkan Mamah, Damar kenapa kamu memilih menjadi anak durhaka. Damar. Damar..." Teriak Bu Tania berharap Damar menghentikan langkahnya, namun Damar tak menghiraukan teriakan Mamahnya.
Hatinya begitu sakit mendengar perkataan mamahnya yang lebih memihak Kayla daripada dirinya dan Ajeng.
"Mas." Ajeng mengejar Damar yang terus berjalan cepat di depannya.