Naomi Tias Widuri menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa setelah menikah dengan laki-laki bernama Henda Malik Ahmad. Di persunting oleh Hendra satu tahun yang lalu, kini Naomi dan Hendra akan segera memiliki buah hati.
Naomi yang patuh kepada suami memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya sebagai seorang Direktur di perusahaan ayahnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk melayani sang suami.
Namun ternyata kepatuhan Naomi terhadap suami tidak membuat Hendra setia terhadapnya, justru Hendra mempunyai wanita lain di saat Naomi hamil di usia tujuh bulan.
Penderitaan yang Naomi alami semakin lengkap setelah mengetahui bahwa selingkuhan suaminya tersebut adalah orang yang sangat ia kenal.
Jika kalian Penasaran siapa selingkuhan Hendra, mari kita simak bersama-sama novel ini.
Happy Reading ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Dengan wajah lesu dan mata sedikit sembab Naomi masuk ke dalam mobil. Kini perasaannya bercampur aduk antara marah, sedih, dan kecewa menjadi satu. Naomi benar-benar tidak menyangka jika suaminya berbuat Zina dengan sekretarisnya sendiri bahkan hingga membuat Sindi hamil.
Pak Wicak yang melihat Naomi dari center mirror terlihat habis menangis menjadi sedikit cemas. "Apakah nyonya baik-baik saja?." tanya pak Wicak.
Naomi yang mendengar pertanyaan dari pak Wicak hanya mengangguk pelan. "Kita pulang sekarang ya pak." perintah Naomi.
"Apakah tidak jadi ke mall nyonya?."
"Tidak.. kaki saya mulai pegal, kita pulang saja."
Pak Wicak seketika langsung mengangguk, lalu menarik tuas mobil, dan mobil pun melaju meninggalkan cafe Oliv. Di perjalanan Naomi tetap diam menatap ke arah kaca, ia tidak bisa membayangkan jika suaminya bercinta dengan wanita lain. Padahal selama ini Naomi selalu patuh dan mencoba menjadi istri yang baik untuk Hendra.
"Padahal aku selalu menuruti keinginan mu mas, kau meminta ku untuk berhenti bekerja agar bisa memenuhi semua kebutuhan mu di rumah, bahkan aku rela menentang kedua orang tuaku untuk tetap menikahi mu, tapi justru kamu mengkhianati ku."
Naomi yang benar-benar merasa terpukul dengan perilaku suaminya, apa lagi dengan dirinya yang sedang hamil besar.
Mobil sudah terparkir sempurna di halaman rumah, pak Wicak segera membuka pintu mobil dan membantu Naomi turun dari dalam mobil. Namun saat Naomi turun dari dalam mobil ia melihat mobil suaminya sudah berada di depan rumah.
"Loh mas Hendra sudah pulang?." ucap Naomi lalu berjalan masuk ke dalan rumah.
Setibanya di ruang tamu, dari kejauhan Naomi bisa melihat adegan yang tidak enak di pandang, Naomi melihat Irma sedang berada di pangkuan Hendra walaupun itu hanya sepersekian detik saja namun Naomi melihat jelas adegan tersebut.
Hendra dan Irma yang melihat Naomi seketika merasa ketar-ketir, apa lagi Irma dia gelagapan dan terlihat takut. "Maafkan saya pak, saya tidak sengaja.." ucap Irma lalu berjalan pergi begitu saja ke dapur.
Hendra yang mendapat permohonan maaf dari Irma seketika hanya mengangguk lalu langsung berdiri mendekat ke arah Naomi. "Loh kok udah pulang sayang? katanya mau belanja baju untuk baby kita di mall." Hendra yang mencoba mengusap rambut Naomi, namun Naomi langsung menepisnya.
Hendra yang mendapat penolakan dari Naomi seketika wajahnya berubah. "Kamu kenapa?."
"Seharusnya aku yang tanya kamu, kenapa kamu jam segini sudah di rumah? bukankah seharusnya di kantor, kenapa malah berduaan sama bik Irma?."
Hendra yang mendengar ucapan istrinya pura-pura tertawa. "Apa kamu bilang? aku berduaan sama si Irma? ya kali sayang aku berduaan sama pembantu." Hendra yang meraih kedua tangan Naomi. "Mana mungkin aku berduaan sama Irma, istriku saja sangat cantik dan menawan, tidak ada gantinya. Tadi itu Irma tidak sengaja kepleset makannya jatuh di pangkuan aku, kan tadi kamu juga dengar, kalau Irma sudah minta maaf."
Naomi hanya diam, ia benar-benar sudah tidak percaya dengan ucapan Hendra, apa lagi gombalannya. Jelas-jelas Naomi melihat Irma tampak tersenyum saat di atas pangkuan Hendra.
"Lepasin.. aku capek, mau ke atas istirahat." Naomi yang langsung melepaskan genggaman Hendra dengan kasar.
Hendra yang melihat Naomi pergi begitu saja mencoba untuk mengejarnya. "Aku anterin ya ke atas."
"Ngga usah! aku bisa sendiri!." Naomi dengan nada yang ketus terus berjalan untuk menaiki anak tangga.
Hendra yang merasa Naomi berubah seketika mengusap wajahnya, ia terus menatap ke arah Naomi yang menaiki anak tangga satu persatu dengan pelan. "Hati-hati sayang.." teriak Hendra, namun tidak ada jawaban dari Naomi.
"Shit.. hampir saja aku ketahuan, kenapa Naomi cepat sekali pergi ke mall, apa dia tidak jadi ke mall?." Hendra yang kembali duduk di ruang tamu sambil menikmati acara tv.
Di dalam kamar, tangisan Naomi seketika pecah, air mata yang dari tadi ia tahan kini sudah lolos begitu saja. "Masih bisa kamu bersandiwara kepada ku mas setelah apa yang kamu lakukan kepadaku.. untuk apa kamu masih berperilaku manis dan lembut kepada ku, jika kamu masih tertarik dengan wanita-wanita di luar sana."
Saat Naomi masih menangis karena kecewa tiba-tiba ponselnya berbunyi. Naomi pun mencoba untuk menyeka air matanya, dan meraih ponsel di dalam tasnya. Ternyata itu pesan dari Hilda.
"Apakah siang ini kamu bertemu dengan Sindi? jangan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan ya Nom.. aku yakin kamu kuat, ingat kamu sedang hamil, kasihan anak kamu kalau kamu sedih terus, fokus saja dengan kehamilan kamu, dan cari bukti sebanyak mungkin tentang perselingkuhan suamimu, lalu jebloskan dia ke penjara, keep strong!." Pesan yang sudah Naomi baca dari Hilda.
Naomi yang membaca pesan dari Hilda seketika langsung merasa lega, sedih yang tadi ia rasakan seketika sedikit reda. "Iya.. aku harus kuat, aku tidak boleh rapuh.. aku akan cari bukti-bukti siapa saja yang menjadi selingkuhan mas Hendra."
"Sayang.. kamu yang kuat ya untuk mommy, kita tidak boleh jatuh hanya karena ulah daddy mu sendiri." Naomi yang mengusap perutnya yang terlihat bergerak, seakan-akan tahu jika dia di ajak bicara. "Kamu adalah kekuatan mommy.."
**
Malam hari Naomi kini sedang berada di dapur untuk mengupas mangga dan buah-buah yang lainnya. Sedangkan Hendra sedang sibuk di kamar untuk mengerjakan pekerjaan nya. Setelah selesai mengupas mangga, Naomi kembali melangkahkan kakinya untuk menuju ke ruang tamu, karena Naomi malas melihat wajah suaminya di dalam kamar. Namun setibanya di ruang tamu, Naomi melihat Irma berlari dari keluar kamarnya menuju ke dapur sambil memegangi mulutnya, dan tidak lama Naomi mendengar suara.
"Hoekkk.."
"Hoekkk.."
"Hoekkk.."
Naomi mendengar sangat jelas jika Irma sedang muntah-muntah di wastafel dekat dapur.
"Kenapa bik Irma? apakah dia sedang masuk angin?." Naomi yang bertanya-tanya. "Tapi tidak biasanya bik Irma masuk angin sampai muntah-muntah." Seketika Naomi teringat dengan dirinya dulu pertama hamil merasakan mual dan muntah-muntah."Tidak Naomi.. jangan berpikiran yang aneh-aneh.. mungkin memang bik Irma sedang masuk angin saja." ucap Naomi dengan pelan lalu kembali menikmati acara tv sambil mengunyah mangga yang tadi di kupas nya.
next Thor...