"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Aku akan perjuangin kamu Zea." Kaiden
Vandra adalah kakak dari Kaiden yang diam-diam senagaja mendekati Zea agar membuat Kaiden cemburu. "Aku tahu dia mantan pacarmu Kaiden."
Situasi semakin memanas saat sebuah kebenaran identitas Zea terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Diatas meja makan tersedia berbagai olahan yang memang baru pertama kali Zea masak. Awalnya Zea juga bingung ingin memasak apa. Tapi tanpa disengaja saat ia membereskan kamar pembantu, kamar yang ia huni, ia menemukan buku resep masakan yang sudah cukup usang, ia membuka buku itu dan mulai mempraktekkan cara memasaknya.
Jika dulu dikampung ia tidak akan kebingungan karena menu yang diolah adalah makanan sederhana, seperti tumis kangkung, tumis genjer, sayur santan daun singkong, semua masakan sederhana itu, Zea hafal rempahnya.
Tapi kali ini ia harus memasak yang berbeda, menjadi pembantu dirumah orang terkaya dikota ini, membuat Zea sedikit takut untuk berekspektasi bahwa masakan nya dapat di nikmati.
Pukul 12.00 pm
Siang ini semua keluarga Maverick, berkumpul di meja makan, termasuk Oma dan Nesha. Sesuai pinta Vandra, Kaiden akhirnya memutuskan untuk turun dan makan bersama.
Zea tidak ikut bergabung, ia beralasan sudah makan, ia menghindari tatapan Kaiden yang selalu membuatnya terkunci oleh pesona mantan pacarnya tersebut.
Berulang kali Oma Atma mengajak untuk makan bersama, tapi Zea tetap menolak.
Elias tampak beberapa kali mengangguk kan kepalanya, ia menoleh menatap istrinya, "Enak" ucapnya tanpa suara.
Estiana juga mengangguk mengiyakan.
Mereka semua makan dengan lahap, Estiana tampak begitu menikmati masakan pembantu barunya itu.
Citt
Suara decitan kursi membuat semua orang yang ada dimeja makan menoleh pada sumber suara.
Vandra memundurkan kursi yang ia duduki, ia beranjak berdiri membawa dua piring yang sudah terisi dengan lauk.
"Van, mau kemana?" tanya Esti mengerutkan alisnya
Oma Atma menatap cucunya, "Kalau makan jangan pindah-pindah Vandra." ia mengingatkan
Esti mengangguk, "Bawa piring dua, kamu mau makan sama siapa?"
Vandra tersenyum kikuk, "Buat Zea ma, aku yakin dia pasti belum makan." ucapan yang membuat Nesha mengangkat wajahnya.
Ting
Ia meletakkan sendok secara kasar, "Berarti makanan yang kita makan belum dia cicip dong kak!" ucapnya sambil menunjuk makanan diatas meja.
"Kalo dia beneran belum makan, bisa aja kan ini ada racunnya!" ucapnya menatap Estiana.
Estiana menelan makanan dengan susah payah, kenapa ia tadi langsung percaya saat Zea beralasan sudah makan. Ada bebernya juga apa yang dikatakan Nesha.
"Zeaa..." teriak Esti
Zea yang sedang melipat dan menyetrika pakaian jadi berlari, tapi balik lagi, "Huh.. udah aku lepas ternyata." ucapnya sambil mengelus dada, sebenarnya udah di copot tadi, tapi lupa entah udah atau belum.
Ia langsung berlari saat mendengar teriakan dari nyonya nya. "Iya Bu ada apa?" tanya nya pelan
"Kamu sengaja kan belum makan, biar kamu punya kesempatan buat racun-in kita" sungut Nesha
Zea melotot, "Enggak nona, seriusan saya gak pu-"
"Halah... Maling mana ada yang mau ngaku!" Nesha berdiri dan menuding wajah merah Zea.
Kaiden sendiri diam, setelah 7 tahun tidak bertemu dengan pujaan hatinya, Kaiden tak jauh bedanya seperti mengenal orang baru. Dimata Kaiden, Zea hidup dalam lingkungan keluarga yang toxic. Jadi bisa saja jika Zea ingin berbuat tak baik. Bisa saja
Nesha melangkah mendekati Zea yang diam dengan wajah tertunduk, "Tante udah pecat aja dia, dari pada keluarga ini keracunan!" imbuhnya mengompori.
Estiana yang hendak bicara, jadi terpotong oleh kalimat Vandra.
"Masakan ini udah matang dari jam 11 tadi Mah, Vandra udah makan sedikit, buktinya Vandra masih hidup Mah." Sela Vandra membela Zea.
"Kak? Dia pembantu baru dirumah ini! Kok Lo belain dia!" Nesha menatap tak suka saat Vandra membela
Elias menghembuskan nafas kasar, ia tidak suka keributan apalagi tentang makanan. Dari banyaknya pembantu yang pernah bekerja, Zea yang termuda, asalnya yang dari desa membuat Elias tidak meyakini tuduhan Nesha pacar putranya.
"Sudah jangan diributkan lagi." lerai Elias
"Zea silahkan kembali dengan kesibukanmu." ucap Esti.
Zea akhirnya pamit dan disusul oleh Vandra. Seperginya mereka berdua, Kaiden mengepalkan tangannya, 'Njirlah Vandra mau deketin Zea' batinnya memanas.
Nesha mendaratkan bokongnya kembali dengan kasar, ia menarik tangan Kaiden. "Sayang ayo kita pergi makan ke restoran, aku gak selera makan masakan dia." rengeknya
Vara mengangkat wajahnya, melirik piring Nesha."Gak selera tapi habis!" ketusnya mengejek
Elias dan Esti menahan senyum.
***
"Ze, nih makan." Vandra menyodorkan piring berisi lauk lengkap untuk Zea.
Zea melirik kearah piring, "Gak mas gak laper."
Vandra menatap sinis, "Makan gih, ntar saya beliin kartu prabayar buat hp kamu." ucapan yang membuat Zea langsung menyerobot piring.
Zea makan begitu cepat dan lahab, ia lapar.
"Laper apa' laper neng?" celetuk Vandra mengejek
"Ho'oh...Laper mang." jawab Zea yang membuat mereka berdua tertawa.
Keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing, gak tau juga mau ngomong apa. Tapi Vandra merasa lebih nyaman, entahlah Vandra juga bingung. Zea itu pembantu baru, baru banget malahan, tapi dimatanya Zea itu asik.