Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menarik
"Ini dia data yang tuan pinta kemarin."
Julian meletakkan data tersebut di meja Arthur.
"Lo boleh pergi sekarang." Arthur tak melirik Julian sedikitpun matanya fokus pada laptop di hadapannya.
"ckk lo gak mau jelasin ke gue tentang cewek di situ? Gue nungguin penjelasan lo." Julian melirik berkas yang baru saja ia letakkan tadi. Kemudian duduk di kursi tepat di hadapan Arthur.
Arthur menatap tajam Julian tapi Julian tidak takut ia tahu bahwa Arthur tidak akan bersikap kejam padanya. "Pergi, gue sibuk." Ucap Arthur penuh penekanan.
"Gadis itu cantik."
Arthur menatap horor pada Julian, Julian memuji gadis itu di hadapannya. Julian melihat reaksi Arthur seperti itu semakin semangat.
"Kalo lo cuman penasaran doang sama dia mending buat gue aja. Gua bakal buat dia jadi putri."
"Lo bosan hidup? Mau mati pakai cara apa?"
Tertawa bahkan sampai terpingkal pingkal. Sumpah demi apapun baru kali ini Julian melihat Arthur seperti ini hanya karena seorang perempuan.
"Arthur, dia bukan orang sembarangan."
Ekspresi Julian berubah menjadi serius, Julian juga mendapatkan informasi ini dari orang orang Arthur di dunia gelap karena tak mudah mendapatkan data data yang Arthur inginkan.
"Ravindra mungkin menurut lo biasa aja tapi ibunya berasal dari keluarga Halbert."
Arthur langsung membaca data yang diberikan oleh Julian tadi. Benar, ibu Lara adalah Florencia Halbert.
Arthur membalik lembar demi lembar kertas putih dengan coretan hitam tersebut. Tak lama bibirnya tersenyum, Namun saat Arthur membuka lembar selanjutnya wajah Arthur kembali datar.
"Lo tahu dia siapa Clara?"
Julian melirik sekilas, dia tahu apa yang harus dia lakukan. Setelah ini Arthur pasti akan mengajaknya bersenang senang.
"Dia Rey Adiyata Mahendra tunangan Clara."
Ptak
"Gak usah pakai penekanan juga ngomongnya."
Arthur begitu kesal, Julian seakan ingin mengatakan padanya bahwa Clara sudah dimiliki oleh orang lain.
"Dia memang tunangan Clara meskipun karena perjodohan bisnis dua keluarga. Tapi lo harus tahu, Rey adalah cinta pertama Clara. Ada juga pepatah mengatakan cinta pertama dibawa selamanya."
Julian tahu, kalau Arthur mengincar Clara. Jadi daripada Arthur hanya duduk diam lebih baik ia mengejar gadis yang di inginkannya.
"Itu pepatah dan gak berlaku untuk gue dan Clara." Balas Arthur dengan tenang.
Heii! Apakah Arthur tidak tahu secinta apa seorang Clara pada Rey?
"Sekarang lo keluar sebelum gue-"
Arthur belum selesai bicara tapi sang asisten sudah hilang dari pandangannya. Arthur kembali melihat foto Lara ia kembali tersenyum.
"Menarik."
~-----~
"huffff gue bosan." Lara memperhatikan sekitar, sekarang karena Alena Lara dikurung di gudang oleh Ravindra sampai nanti menerima hukuman.
Lara melihat boneka yang diletakkan di dalam kotak, boneka itu adalah hadiah ulang tahun Lara dari Ravindra. Lara ingat bagaimana Ravindra dan Florencia ibunya memberikan surprise saat Lara tidur.
Lara mengambil boneka itu, seketika tubuh Lara bergetar. Lara tak ingin menangis tapi air matanya luruh begitu saja. Sekuat apapun dirinya pasti hati Lara hancur karena sikap Ravindra padanya.
Lara juga melihat sebuah album dia dalam kotak yang sama. Lara tahu apa isi album tersebut karena itu Lara tak ingin membukanya. Lara yakin dirinya akan menangis apabila membukanya, jadi Lara memutuskan untuk menyimpannya saja nanti setelah Ravindra mengizinkannya keluar.
Lara memeluk boneka di dekapannya, menyembunyikan wajahnya dibalik boneka itu. Dulu itu adalah boneka kesayangan Lara karena sang pemberinya adalah orang yang istimewa.
"Sudah siap?"
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya