"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama Kak Ghofar
Raimuna adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam bentuk perkemahan besar yang di Indonesia diselenggarakan oleh Kwartir Gerakan Pramuka. Raimuna diselenggarakan mulai dari tingkat Kwartir Ranting (kecamatan) hingga tingkat nasional.
Kata Raimuna berasal dari bahasa Ambai, Daerah Yapen Timur, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. Kata Raimuna merupakan gabungan dua kata yaitu "Rai" dan "Muna". "Rai" berarti sekelompok orang yang berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan bersama. Sedangkan "Muna" adalah daya kekuatan jiwa seseorang yang berpengaruh baik dalam mencapai kesuksesan. Raimuna memiliki arti sekelompok orang yang hidup dalam suatu kekuatan dengan dijiwai oleh sesuatu daya kekuatan yang selalu memberi semangat tinggi dalam mencapai tujuan.
Seperti saat ini, aku, Ratna dan kak Ghofar telah tiba di bumi perkemahan. Tempat diselenggarakannya RAIMUNA tingkat Kabupaten. Bangga dan bahagia menyertai perjalanan kami bertiga. Bagaimana tidak, kami terpilih dan akan bersaing dengan banyak sekali anggota pramuka dari sekolah-sekolah lain. Tujuan Raimuna sendiri adalah membina dan mengembangkan persaudaraan dan persatuan dikalangan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega serta memberi kepada mereka kegiatan yang inovatif, kreatif, edukatif, rekreatif dan produktif yang mengarah kepada kemampuan untuk mandiri dalam kehidupannya dan dapat menjadi magnet kegiatan anak muda serta menjadi inspirasi dikalangan masyarakat.
"Ayo kita segera dirikan tenda, cari tempat dibawah pohon rindang saja biar tidak terlalu panas." Perintah kak Ghofar sebagai pemimpin kelompok kami.
"Baik kak." Ucapku serempak bersama Ratna.
Setelah tenda berdiri kokoh dan tas berisi bekal sudah tertata rapi. Aku duduk sendirian dipinggir tenda itu. Sedangkan Ratna tadi pamit ingin ke kamar mandi dan mencari sesuatu yang bisa dibuat camilan sebelum acara apel pembukaan dimulai.
"Hmm... Melamun saja dari tadi, nanti kesambet lo Cha. Kamu kenapa?" Ku tolehkan kepala ternyata ada kak Ghofar ikut duduk di sebelahku.
"Aku tidak apa-apa hanya sedikit capek sih. Pingin ngadem juga, lumayan angin semilir berhembus." Jawabku.
"Kita udah lama tidak berduaan ya, semenjak kamu punya pacar. Dan sepertinya pacar kamu itu juga tidak menyukai kedekatan kita. Aku jadi sungkan." Lanjut kak Ghofar sambil menatap ku sendu. Terlihat jelas ada sesuatu yang disembunyikan.
"Maaf..." Balasku lirih sambil terus menatap lurus kedepan tanpa ku menoleh lagi kearah kak Ghofar. Jujur saja aku merasa bersalah. Aku tidak nyaman dengan kecanggungan ini. Tapi aku juga tidak bisa berbuat banyak. Aku tidak mau melukai siapapun. Sedangkan tanpa sadar aku sudah menorehkan sedikit luka untuknya.
"Tapi untuk tiga hari kedepan bisakah kita seperti dulu Cha. Bercanda ria tanpa batasan, tanpa kecanggungan." Pinta kak Ghofar tulus 'aku rindu kamu Cha, sangat rindu' lanjutnya dalam hati.
"Baiklah, tidak masalah." Kataku cepat sambil tersenyum.
"Hai... Kalian ini aku cariin ternyata malah mojok berduaan." Dengan membawa kantong plastik kecil entah berisi apa. Ratna datang sambil ngomel.
"Enak aja mojok, noh lihat banyak orang disana. Kamu aja yang nyarinya sambil merem." Balasku ketus.
"He he he... Nih aku beli gorengan. Lumayan buat ganjal perut, masih malas masak kan?" Sambil mengulurkan tangannya, Ratna menawari kami makanan yang dia beli entah dimana.
"Makasih ya Ratna, habis ini kita siap-siap. Karena acara apel dilaksanakan setelah shalat Dzuhur." Ucap kak Ghofar sambil berlalu pergi.
Apel pembukaan Raimuna selesai dilaksanakan. Aku dan banyak anggota perempuan lainnya sedang sibuk mempersiapkan masakan untuk kami makan bersama. Ada dapur umum yang memang disediakan, dan yang memasak sudah dibagi jadwal tugas untuk perkelompok. Satu kelompok itu berisi sekitar 10 anggota dari gabungan antar sekolah. Tujuannya memang seperti itu, saling mengenal, saling membaur dan saling bekerja sama tanpa embel-embel "beda sekolah". Karena disini kita satu kesatuan.
Sore dihari pertama kegiatan kemah ini berlangsung. Setelah acara masak-memasak selesai. Kami semua dikumpulkan ditengah lapangan. Berbaris saling berhadapan dengan daun pisang panjang yang terpasang di depan diantara kami. Sudah ada nasi, serta lauk pauk yang tertata rapi diatasnya. Dan waktu makan bersama pun dimulai dengan rasa syukur yang teramat besar.
Usai Shalat Mahgrib berjamaah, ada sedikit himbauan yang disampaikan oleh tetua adat didaerah yang kami jadikan tempat kegiatan Raimuna ini. Beliau berkata ada beberapa titik lokasi yang terlarang untuk didatangi. Beliau berharap kami semua mematuhi dan menghindar dari tempat tersebut. Meskipun tidak dijelaskan secara gamblang, tapi aku paham apa maksudnya.
Aku dan Ratna berjalan-jalan sekedar mencari angin. Padahal sudah tahu kalau angin dingin dari tadi sudah menyambut kehadiran kami. Tapi namanya juga gabut, jadi ya begitulah kami. Gak jelas tujuannya. Lalu tibalah kami dibawah sebuah pohon yang kalau dilihat secara seksama. Pohon ini berbeda dengan pohon yang lainnya. Lebih besar, terlihat sangat tua dan anehnya pohon tersebut dikelilingi pagar bambu. Seolah lupa dengan nasehat tadi, aku dan Ratna perlahan mendekat kearah dimana banyak anggota putri dari sekolah lain sedang bersenda gurau disekitar pohon itu. Ternyata ada mata air keluar dari bawah akar pohon yang sangat kokoh itu.
"Bismillah, Assalamu'alaikum mbah kulo badhe numpang wisuh nggih. Ampun diganggu mergi kulo nggih mboten nganggu panjenengan. Matur nuwun" Ucapku sebelum aku ikutan nyemplung di aliran mata air tersebut.
(Bismillah, Assalamu'alaikum mbah saya mau numpanh cuci tangan. Tolong jangan ganggu saya, karena saya juga tidak mengganggu Anda. Terima kasih).
"Cha, kok kamu ngomong sendiri sih. Dasar aneh." Meskipun begitu Ratna mengikuti apa yang tadi ku ucapkan."
Setelah selesai mencuci muka, tangan dan kaki. Kami bergegas pergi dari sana. Dengan langkah ringan, kami ingin menuju ke dalam tenda karena hari sudah sangat larut. Belum setengah perjalanan, kami mendengar suara ribut-ribut dari arah belakang kami.
Deg
Deg
Deg
Perasaanku tiba-tiba jadi sangat tidak enak. Aura mendadak mencekam, dan banyak anggota berlarian pontang-panting tak tentu tujuan. Pun semua orang tua, dari guru, pembina pramuka dan para tetua adat serta penduduk asli daerah itu berkumpul ditengah keributan.
"Apa yang terjadi?" Tanyaku pada satu anggota lain yang tidak aku ketahui namanya itu.
"Banyak anggota perempuan kesurupan." Jawabnya sambil berlari entah mau kemana.
"Na..." Aku berkata lirih, tanpa meneruskan kalimat yang ingin ku katakan. Ratna sudah mengangguk mengerti.
"Ya Allah, Alhamdulillah." Aku dan Ratna menangis sambil berpelukan. Karena kami berdua selamat tidak ikut kesurupan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah, apa kabar kawan semua? Semoga sehat selalu.
Update kali ini aku dalam mode gantung hahaha
Selamat membaca, semoga suka.
Jangan lupa tinggalkan jejak, like, komen dan share.
NO PLAGIAT!
By : Erchapram