Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Bertemu ayah
Arumi tidak mengerti apalagi yang akan di lakukan oleh Jessi dan Elsa terhadap dirinya sampai membawanya ke tempat penyimpangan kardus sampai menutup pintu segala.Entah kenapa dua orang itu selalu mengusik dirinya sementara dia sendiri tidak pernah mengusik mereka.
"Kalian ini mau apa sih dengan membawa aku ke sini?" tanya Arumi heran.
Jessi yang nampak begitu marah langsung mencengkram rahang Arumi." Jauhi, Pak Angga! Atau perlu resign dari perusahaan ini!Jika tidak, aku tidak segan untuk menyingkirkan kamu!"ancam Jessi dengan penuh penegasan.
Sebenarnya, Jessi berharap dengan mengirim foto Arumi yang sedang di gendong oleh Angga, itu akan membuat Gerry cemburu hingga tidak memperbolehkan lagi Arumi pekerja di perusahaan Angga.Tapi nyatanya tidak seperti apa yang dia bayangkan, karena Arumi justru ingin berpisah dengan Gerry.Itu yang membuat Jessi emosi.
Tetapi Arumi sama sekali tidak takut dengan ancaman Jessi hingga menggenggam tangan Jessi lalu di pelintir.
" Aw...Aw... sakit...! Lepaskan tangan aku,Rum!"pekik Jessi yang kesakitan.
" Sakit, bukan? Jika kamu melakukan ini hanya menyukai dirinya, kamu salah besar karena aku tidak menyukai Pak Angga.Jadi berhenti mengusikku! Sekarang juga buka pintunya! Jika tidak,aku patahkan tangan kamu ini!" ucapnya dengan mengancam.
" Apalagi yang kamu tunggu,Elsa? Cepat turuti apa yang di katakan Arumi! Aku tidak mau ya sampai tangan aku patah," hardik Jessi, tidak bisa lagi menahan rasa sakit.
"Iya,iya tunggu sebentar! Aku bukan pintunya."Elsa segera membukanya.
Lalu Arumi melepaskan tangan Jessi dengan kasar kemudian pergi.Sementara Jessi menyentuh tangannya yang terasa sakit.
"Sakit ya..?" tanya Elsa dengan rasa bersalah terhadap Jessi.
"Ya iyalah..apa kamu tidak bisa melihat tangan aku ini merah? Teman macam apa sih kamu ini? Saat aku kesakitan,kamu hanya diam seperti patung," kesal Jessi.
"Iya deh, maaf."
"Ya sudah kita pergi dari sini!" ucap Jessi dengan mengajak Elsa keluar.
Sementara Arumi yang sedang memasuki ruang kerjanya melihat bosnya di dalam sana yang lagi duduk menatap tajam dirinya.
" Dari mana saja kamu?" tanya Angga dengan nada ketus.
"Aku habis dari toilet," dalih Arumi.
Walaupun Jessi suka berbuat jahat padanya, tapi wanita itu masih berusaha untuk menyembunyikan apa yang di lakukan Jessi terhadap dirinya, tanpa mengadu pada Angga.Namun Angga sendiri, bangkit dari tempat duduknya lalu mendekati Arumi.
"Sekarang siapkan dokumen tentang produk yang akan kita promosikan! Karena sementara lagi akan ada klien penting datang ke perusahaan ini untuk melihat produk baru kita ini!" titah Angga.
"Baik Pak Angga, segera aku siapkan."
"Jangan lama! Aku tunggu di ruang meeting,"ucap Angga lalu pergi.
Sementara Al sebagai manager menyambut kedatangan tiga klien di perusahaan bosnya dengan membawa mereka di ruang meeting lalu Angga menyapa mereka.
"Selamat datang di perusahaan kami," ucap Angga dengan mempersilahkan mereka duduk.
Namun,sebelum Arumi masuk ke dalam, nampak wanita itu menghela nafas panjang untuk mengurangi rasa gugup dia saat ini.
"Assalamualaikum." Arumi mengucapkan salam saat masuk ke dalam.
" Waalaikumsalam."
Mareka semua menjawab salam sambil menengok ke arah Arumi.
Betapa terkejutnya Arumi melihat sang ayah ada di ruangan itu.Sementara Irawan sendiri, memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menghindari tatapan putrinya hingga butiran bening mengalir di sudut mata Arumi.
" Arumi, ada apa?" tanya Angga saat melihat Arumi meneteskan air mata.
"Tidak, Pak Angga.Mata aku cuma kelilipan saja," sanggah Arumi untuk menyembunyikan kesedihan hatinya saat ini yang di cuekin oleh ayahnya sendiri.
Tetapi Angga tidak curiga sama sekali hingga percaya begitu saja apa yang di katakan Arumi."Sekarang bagikan dokumen itu pada klien kita! Setelah itu kamu boleh duduk!"titah Angga.
" Baik,Pak Angga."
Karena cuma satu kursi yang kosong, Arumi duduk di samping ayahnya.Namun, hari ini bukan wanita itu yang prestasi di depan layar karena Angga sendiri yang turun tangan untuk mengenalkan produknya.Dengan itu, Arumi mengambil kesempatan untuk mengobrol dengan ayahnya.
"Ayah,apa kabar? Mami bagaimana kabarnya?" ucapnya lirih.
Tetapi ayahnya tidak merespon bahkan pria paruh baya itu justru bangkit dari tempat duduknya.
"Maaf, aku harus pergi!" pamit Irawan membuat Angga bingung karena tiba-tiba klien ingin pergi.
Hingga yang lain ikut pergi, karena dokumen yang ada di hadapan mereka tidak sesuai dengan presentasi yang di lakukan oleh Pak Angga membuat mereka kecewa.
"Sebenarnya ada apa ini? Kenapa mereka semua pergi? Apa ada yang salah dengan presentasi ku?" Angga semakin bingung dengan kepergian mereka.
"Tidak ada yang salah! Hanya saja dokumen yang di berikan Arumi tidak sesuai dengan produk kita yang di presentasikan," celetuk Al dengan menyalahkan Arumi.
"Apa? Kenapa kamu begitu ceroboh sih,Rum? Mereka itu klein terpenting yang bisa mengembangkan produk ini, jika kita bekerja sama dengan perusahaan mereka."Angga sedikit kecewa terhadap Arumi.
"Maaf,Pak Angga.Sebelumnya aku sudah mengejek dokumen itu terlebih dahulu sebelum aku masuk ke ruangan ini.Tapi kenapa sekarang dokumen itu berbeda?"terang Arumi yang nampak heran.
"Sudahlah tidak perlu minta Maaf! Lagi pula ini sudah terjadi,"ucapnya dengan wajah lesu.
Hal itu, membuat rasa semangat Angga hilang.Bagaimana tidak? Sang Ayah menaruh harapan begitu besar terhadap dirinya untuk bekerja sama dengan perusahaan PT Cahaya Surya Irawan karena perusahaan itu sangat terkenal yang memiliki beberapa cabang perusahaan di luar negeri maupun di luar kota.
"Tidak boleh seperti itu dong,Pak Angga!Aku ini manager dan juga sahabat kamu tidak terima jika kamu hanya memaafkan Arumi begitu saja.Kamu itu harus tegas jadi Bos.Jika sikap kamu seperti ini pada Arumi, karyawan lainnya akan komplain karena kamu selalu memaafkan setiap dia melakukan kesalahan," protes Al.
Braak..
Angga memukul meja karena kesal pada Al yang terlalu ikut campur.
" Kamu tidak perlu mengajari aku,Al! Aku tahu apa yang harus aku lakukan.Mending sekarang kamu keluar dan lakukan pekerjaanmu!" titah Angga.
" Aku benar kecewa terhadap kamu,Ga!"ucapnya lalu pergi.
Setelah kepergian Al, Arumi mendekati Angga.Sebenarnya wanita itu sangat berterima kasih karena Angga begitu baik dan selalu membelanya.Tapi, dengan memarahi Al bukan tindakan yang baik apalagi sampai memukul meja sementara Al sendiri tidak bersalah.
"Kalau pak Angga ingin marah sama aku aja, bukan sama Al.Aku yang membuat klien itu pergi dari perusahaan ini.Jadi biarkan aku pergi menemui mereka."
"Untuk apa,Rum?"
" Membuat mereka tanda tangan dokumen kerja sama dengan perusahaan ini" Itu, kan yang pak Angga ingin dari mereka?"
"Mending jangan! Tidak semudah itu mendapatkan tanda tangan mereka setelah apa yang terjadi," kata Angga yang meragukan Arumi.
"Tapi insya Allah aku bisa membuat mereka tanda tangan," ucap Arumi yang begitu yakin.
Dengan kegigihan hati Arumi akhirnya Angga setuju jika Arumi pergi, hingga wanita itu meninggalkan perusahaan dengan menaiki taksi menuju kediaman orang tuanya.Namun, di dalam hatinya ada rasa kecemasan dan takut akan menginjakkan kembali ke rumah orang tuanya.Akan tetapi , wanita itu mencoba menyingkirkan rasa itu demi mendapatkan tanda tangan ayahnya.
Tetep berusaha saling percaya dan menyemangati Arumi bersama Angga ...hati" jng mudah luluh dan waspa ma gilang laki" pecundang tempat ttp sampah
kayak gaji umr staff biasa..