NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Hidupku Seperti Dongeng

Nuha, kamu yakin...

Kamu yakin, hari ini mau berangkat ke sekolah?" tanya Ayah masih merasa cemas.

"Iya. Nuha udah baik-baik aja kok, Ayah."

Nuha tidak mengatakan apapun tentang penyebab sebenarnya dia sakit. Kejadian di kolam renang ingin dia simpan sebagai rahasia.

Dia hanya beralasan karena baru belajar berenang bersama Fani, tubuhnya jadi mengalami demam. Alasan itu dia katakan supaya ayahnya tidak merasa cemas jika Nuha benar-benar mengatakan apa yang sebenarnya dia alami di kolam renang tersebut.

Tentang bayangan nenek tua, tentang kata-kata itu, dan tentang Ibu Fani yang misterius.

Nuha diantar oleh kakaknya lagi dan dengan pasti jika dia diantar oleh kakaknya, otomatis kakaknya akan mengawasinya sepanjang hari. Nuha pasrah dengan keputusan tersebut.

Nuha mengulangi lagi perintahnya, "Kakak nggak boleh ada di dekatku. Meskipun nanti tiba-tiba aku punya masalah, kakak nggak boleh datang untuk menolongku. Aku sudah besar, Kak. Aku akan menghadapinya sendiri."

Kak Muha malah tertawa. Dia meragukan Nuha yang baru sembuh dari demam tapi masih bisa mengulangi lagi perintah itu.

"Haha."

Nuha berjalan menyusuri koridor sekolah dan tanpa sengaja berpapasan dengan Dilan the Beast. Namun, Nuha tidak mengenalnya. The Beast itu berjalan sambil memutar-mutar benda yang kemarin dia rebut dari Rui Naru, Cute Paw Hand Warmer, penghangat tangan milik Rui Naru yang berwarna putih.

Nuha mengira the Beast itu adalah pemilik benda yang dia maksud. Akhirnya, dia bisa bertemu dengannya tanpa sengaja. Tapi, dia sejenak menahan dirinya.

"Dia kah pemilik benda yang aku bawa selama ini? Auranya sangat berbeda dari yang pernah aku rasakan. Tapi, cowok itu memiliki benda yang sama. Dan dia pun juga mengatakan bahwa dia sudah membeli hand warmer baru. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan lagi. Aku ingin bertemu dengannya. Tapi, gimana?"

Dari tempatnya yang cukup berjarak, Nuha berani menghentikan langkah kaki cowok tersebut. "Tunggu!" panggilnya.

Cowok yang dia maksud akhirnya berhenti dan membalas, "Apa elo memanggil gue?" tanyanya sambil perlahan-lahan mendekati Nuha.

Tapi Nuha malah menolaknya, "Ja- jangan mendekatiku!" perintahnya.

The Beast itu tidak mengerti dan merasa kesal, "Lo memanggil gue dan lo gak mau gue deketin? Maksud lo apa cewek kecil?! Lo gak tau siapa gue, ha?"

Nuha mulai menundukkan kepala. Dia tidak ingin menunjukkan wajahnya dan merespon ucapannya. Gadis itu pun sejenak melirik the Beast yang berjalan ke arahnya.

Dia membaca nametag yang ada di pakaian seragamnya yang bertuliskan Dilan Diantoro. Seketika Nuha melangkah mundur sampai terjatuh.

"Di- dia bukan.." batinnya.

"Ha? Kenapa lo malah jatuh? Lo sengaja ya?! Mau fitnah gue supaya gue dikira macam-macam sama lo." Dilan menjadi geram. Ketika dia mau menarik lengan Nuha untuk membantunya berdiri, tiba-tiba Rui Naru datang menghadang.

"Cukup," cegahnya.

"Ha?" Dilan tidak mengerti.

"Lihatlah di belakang lo. Lo sedang dicariin," ucap Rui Naru membuat pengalihan.

"Mana?" dengan cepat Dilan pun menoleh ke arah belakangnya. Tidak ada seorang pun yang mencarinya. Tanda kesal mulai muncul di dahinya, dan pagi hari ini dia benar-benar sedang dipermainkan oleh dua siswa yang menyebalkan.

Saat dia kembali menatap ke arah Nuha, Nuha beserta Rui Naru sudah tidak ada di tempatnya.

Rui Naru segera membawa Nuha berlari sambil menggandeng tangannya. Mereka terus berlari menyusuri koridor, menaiki tangga, dan menuju perpustakaan.

"Akan kupastikan elo tidak akan bisa lari, cewek kecil," ucap Dilan dengan senyum jahat. "Dan, cowok itu. Gue akan membuat perhitungan dengannya. Gue udah tau siapa dia."

Dilan berjalan cepat menuju ruangannya. Sementara itu, Rui Naru dan Nuha sudah sampai di perpustakaan. Mereka sejenak beristirahat dengan bersandar di dinding. Napas lelah mereka berirama satu sama lain.

"Haah.. Haah.. Syukurlah. Kamu gak papa, Nuha?" tanya Naru, masih terengah-engah.

"Em.." jawab Nuha sambil memalingkan mukanya. Napasnya sudah stabil, dan dia ingin segera melepaskan tangannya dari genggaman pemuda tersebut.

Namun, pemuda itu malah semakin erat menggenggamnya. Sejenak, dia tidak ingin melepas genggaman tangan itu.

Tangan Nuha menghangat, itulah yang dirasakan Rui Naru, sehingga dia nyaman dan merasakan kehangatan tersebut. Dia tidak tahu, perbuatannya itu membuat Nuha jadi berdebar-debar.

"Sampai kapan?" batin gadis itu.

Rui Naru mulai mengerti. Dia pun beralih membawa Nuha ke rak-rak buku. Di situ, dia melepas tangan Nuha dan berjalan memisah menuju sisi rak buku yang satunya. "Dengan begini, kita berdua bisa kan bicara?" tanya Naru.

"Eh?" Nuha mulai mengangkat wajahnya. Dia melihat ke arah buku-buku yang tertata rapi yang menghalangi pandangannya dari Naru. Nuha merasa sedih. "Maaf, kalau aku membuatmu tidak nyaman," ucapnya.

Seketika, jantung Rui Naru langsung berdebar. Berat baginya melakukan obrolan dengan saling menghindar seperti itu. Rui Naru tidak bermaksud menghindar karena takut akan tertusuk jarum tajam dari Nuha. Dia hanya menghargai keputusan Nuha. Nuha pun tahu itu. Itulah yang membuat Nuha jadi sedih.

Perasaan bersalah di kedua hati mereka pun muncul. Bingung dan bingung. Akhirnya, pemuda itu mengambil keputusan. "Nuha, aku ingin melihat wajahmu," ucapnya.

"Tapi..." cegah Nuha.

"Aku ingin bisa melawan kekuatanmu. Dan menerimamu sepenuhnya di dalam hatiku."

"Tidak! Aku tidak ingin menyakit---"

Seketika Rui Naru datang dan langsung memeluk tubuh Nuha. Nuha terkejut dibuatnya. Gadis kecil itu menempel dengan erat di pelukan Pemuda Cinderella.

"Kita tidak boleh sedekat ini, Naru," ucap Nuha.

Mendengar gadis itu menyebut namanya, Rui Naru semakin meneguhkan pelukannya. "Aku akan menahannya," kata Naru dengan yakin.

Nuha mengangkat wajahnya dan memperlihatkan wajah sedih itu kepada Rui Naru. Berat rasanya untuk bicara, karena sedikit saja dia bicara jarum tajam kutukan itu akan melukai hati pemuda yang memeluknya.

Dengan berat hati, Nuha memaksa untuk melepaskan diri. Selangkah demi selangkah, dia mundur untuk menjaga jarak, untuk menghindar. Tanpa sepatah kata pun, akhirnya dia berlari keluar perpustakaan. Setitik air matanya berubah menjadi kilauan kecil di udara.

Dalam hati Nuha bicara, "Tidak boleh! Aku harus melupakannya. Dia juga tidak boleh terus mencariku. Aku tidak ingin... aku tidak ingin..."

Sampai di teras perpustakaan, ternyata Dilan the Beast sudah menunggu Nuha sejak tadi bersama keempat sahabatnya.Tanpa pikir panjang, Dilan menyuruh keempat sahabatnya untuk membawa Nuha ke ruangannya.

"Bawa dia!" Perintah Dilan.

Kedua lengan gadis itu diangkat sehingga membuatnya kesulitan untuk memberontak.

"A--," Nuha bisa menggunakan interaksinya untuk menyakiti hati keempat siswa tersebut, tapi dia mengurungkan niatnya.

Nuha berusaha berpikir cerdas supaya dia tidak menambah masalah lagi. Maka dari itu, sejenak dia mengikuti apa yang direncanakan Dilan kepadanya.

Nuha mengikuti langkah keempat sahabat Dilan yang menggiringnya ke ruangan Dilan. Dia mencoba untuk tetap tenang, meskipun hatinya diliputi kecemasan.

Sesampainya di ruangan Dilan, Nuha merasa suasana semakin menegangkan. Dilan memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Duduk!" perintahnya singkat. Nuha menuruti perintah itu tanpa banyak bicara.

Dia tahu, dia harus berhati-hati dalam setiap langkah dan kata-kata yang diucapkannya. Di dalam ruangan yang terasa sempit dan penuh tekanan, Nuha menanti apa yang akan terjadi selanjutnya. Hatinya berdebar-debar, tapi dia bertekad untuk tetap kuat.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!