"Mulai sekarang, kamu adalah pelayan pribadiku! Kamu hanya boleh mendengar dan patuh pada perintahku!"
*****
Akibat peperangan yang terjadi antara kaum vampir dan manusia. Aurora, gadis yang masih berusia 18 tahun itu menjadi tawanan di Istana Vampir. Dan sialnya, Putra Mahkota Istana malah menjadikan Aurora sebagai pelayan pribadi atau sering disebut dengan 'Pelayan Darah'
Apakah Aurora bisa terlepas dari jerat Panggeran Felix? Atau ia akan menjadi Pelayan Darah Tuan Vampir itu seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha Annisa Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gosip Yang Beredar
Setelah acara jamuan selesai, para tamu istana dipersilahkan untuk melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.
Selama berada di istana, mereka memiliki tujuan-tujuan yang berbeda, seperti para petinggi yang ingin menyampaikan beberapa laporan tentang wilayah yang mereka jaga, atau seperti para kerabat yang datang hanya untuk sekedar berkunjung pasca perang, atau juga seperti Helena yang datang dengan tujuan untuk mendekati Pangeran Felix!
"Dia ke mana? Bukannya tadi dia masih ada di sini?" gumam Helena sembari celingak-celinguk mencari keberadaan Pangeran Felix.
"Helena!"
Seperti maling yang kepergok, Helena langsung menoleh dengan gelagapan. Dan orang yang memanggilnya ternyata hanyalah Barbara.
"Huh, kamu! Membuatku kaget saja!" ketus Helena, lalu menghembuskan napas lega.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Barbara menatap Helena lekat. Tentu saja ia menaruh curiga pada gadis itu.
"Eum, itu, aku, aku ingin melihat isi perpustakaan Pangeran Mahkota!"
"Benarkah?"
"Iya! Kamu mau ikut juga?"
Takk.
Sebuah sentilan mendarat di kening Helena. "Gadis bodoh! Kamu pikir aku akan percaya! Jelas-jelas jalan ini hanya mengarah ke museum istana! Lagi pula, kamu sudah sering mengunjungi perpustakaan Pangeran dan hanya duduk melamun di sana!"
Helena yang tidak bisa menyangkal lagi hanya tersenyum kikuk. Apa yang Barbara katakan tadi memang fakta!
"Kamu belum dengar gosip yang beredar, ya?" tanya Barbara.
"Gosip? Gosip apa?"
"Eh, kamu belum tau, ya? Kalau Pangeran Mahkota memiliki—" Barbara sengaja menghentikan ucapannya, membuat raut wajah Helena langsung berubah kesal.
"Memiliki apa? Cepat katakan!" cecar Helena.
"Rahasia! Cari tau saja sendiri!"
Hushh.
Seperti biasa, pria itu kabur sebelum Helena sempat bertanya lagi padanya.
"Sialan! Barbara! Jangan kabur!"
Seolah lupa dengan tujuan awalnya, Helena malah melesat cepat mengejar Barbara yang sudah entah sampai mana.
"Huh, huh, sialan! Dia sangat cepat!"
Helena yang sudah lama tidak pernah main kejar-kejaran pun mulai terengah-engah, ia bersandar pada dinding tiang istana, sembari mencoba mengatur pernapasannya.
"Tadi aku sempat dengar kalau Kepala Pelayan ditugaskan menyiapkan menu sarapan untuk Nona Aurora, meskipun dijadikan sebagai Pelayan Pribadi, tapi dia mendapatkan perhatian khusus dari Pangeran," ucap salah seorang Pelayan yang sedang lewat di belakang Helena.
Helena yang masih bersandar di balik dinding tiang istana menajamkan pendengarannya.
"Dengar-dengar, hari ini Nona Aurora sedang kurang sehat, sehingga dia mendapatkan jatah istirahat dari Pangeran!" sahut Pelayan yang lain.
"Huh, aku sangat iri padanya! Dia bisa terus berada di dekat Pangeran! Bahkan bisa keluar masuk kamar Pangeran setiap saat!"
"Aku pernah melihatnya dari dekat! Dia memang cantik walaupun sedikit pucat dan masih banyak luka di tubuhnya! Dan satu lagi—" Pelayan itu mengecilkan suaranya, sehingga Helena tidak bisa mendengar apa yang ia katakan selanjutnya.
"Sial! Siapa yang sedang mereka bicarakan? Nona Aurora? Siapa dia?" geram Helena. Ia menatap punggung kedua pelayan yang sudah menjauh itu, lalu bergegas pergi ke arah dapur, sepertinya Helena akan mendengar lebih banyak informasi lagi di sana!
Sementara itu, di kamar yang Aurora tempati. Aurora baru saja menghabiskan sarapan yang dibawakan oleh Kepala Pelayan, tak lupa meminum susu yang katanya bisa membantu pemulihan badan Aurora dengan lebih cepat.
"Istirahatlah, sore nanti kita harus memperbaiki potongan rambut dan juga gaya pakaian Anda."
"Kenapa?" tanya Aurora sedikit bingung.
"Itu adalah perintah dari Pangeran Mahkota."
"Hmm, baiklah, terimakasih dan maaf—"
"Sudah, jangan sungkan, tugas saya sama seperti Anda, yaitu mematuhi perintah Pangeran, apapun yang menjadi perintah Pangeran adalah kewajiban saya sebagai seorang Kepala Pelayan."
Aurora tertegun. Kepala Pelayan ini benar-benar mendedikasikan dirinya untuk sang Pangeran, tentu hal itu berbanding terbalik dengan Aurora yang hanya karena terpaksa oleh keadaan!