NovelToon NovelToon
Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Pemuda tampan yang sakit-sakitan dan pengangguran di usianya yang telah 30 tahun meski bergelar sarjana, ia dicap lingkungan sebagai pengantin ranjang karena tak kunjung sembuh dari sakit parah selama 2 tahun.

Saat di puncak krisis antar hidup dan mati karena penyakitnya, Jampi Linuwih, mendapat kesempatan kedua.

Jemari petir, ilmu pengobatan, hingga teknik yang tak pernah ia pelajari, tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Ia dipilih langit untuk mengemban tugas berat di pundaknya.

Mampukah ia memikul tanggung jawab itu? Saksikan perjalanan Jampi Linuwih, sang Tabib Pilihan Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10_ Kesepakatan

"Eh ustadz, apa lagi? Jelas-jelas mereka melakukan pesugihan dan perdukunan. Usir saja, jangan tunggu adzab turun ke kampung ini gara-gara mereka!", pekik Erni, enggan menunda sedikit pun.

" Ya, betul!", pekik warga setuju.

"Kita ini berada di negara dengan hukum formal. Sebaiknya kita diskusikan baik-baik. Bagaimana jika bu Erni, pak Nuri, nak Jampi, dan saya bermusyawarah di balai RT?", usul Dzikri berusaha memberikan keadilan.

" Kalau perlu, kita hadirkan pak Bhabinsa ke sini", tambah Dzikri dengan suara lantang.

"Itu usulan yang bagus. Mari musyawarah saja, kita undang pak Bhabinsa", Nuri setuju dengan usulan  Dzikri.

" Apa yang mau dimusyawarahkan? Bukti sudah jelas, pelaku di depan mata tidak bisa mengelak, usir saja langsung! ", tolak Erni.

" Hukum harus dilakukan dengan hakim, saksi, dan bukti. Baru lah aturan bisa ditegakkan. Kalau hanya berdasarkan dugaan saja dan bukti seadanya yang juga hanya logika, maka tidak adil jika aturan diterapkan tanpa melihat situasi", sanggah Dzikri.

"Kalau ibu ada di posisi nak Jampi, apa ibu siap kami usir tanpa hak menjelaskan dan diputuskan oleh hakim?", tambah Dzikri.

Erni terdiam dan menekuk wajah, merah padam. Ia merasa rencananya terganggu ustadz yang tiba-tiba saja ikut campur.

" Ya sudah, mari kita ke balai RT. Selain yang berkepentingan, silahkan bubar! ", Nuri memberikan instruksi.

Setelah sholat maghrib, keempat orang ditambah Roni, Bhabinsa di kampung Rona, berkumpul di ruangan terbuka bercat hijau putih minimalis.

" Pak Roni sebagai Bhabinsa, kami harap menjadi hakim bagi kami", ujar Dzikri kemudian menceritakan sebagian kronologi kejadian di rumah Jampi. Ternyata, ustadz Dzikri sudah cukup lama berada di belakang kerumunan dan mendengarkan hampir seluruh kejadian.

"Jadi, bagaimana pak Roni?", Dzikri mengakhiri ceritanya dan meminta pendapat Roni.

" Pertama, nak Jampi dianggap pelaku, lantas siapa korban di sini dan apa kerugiannya?", tanya Roni membuka musyawarah.

"Kami pak korbannya. Kalau kampung ini diadzab, siapa yang rugi? Pasti tetangga yang paling dekat dengan pelaku pesugihan dan perdukunan!", klaim Erni.

" Apa kerugiannya, sudah ada bukti nyata atau sekedar praduga?", Roni dengan tenang menanggapi ucapan Erni yang menggebu-gebu.

"Ya belum ada. Tapi, apa harus menunggu adzabnya tiba? Kalau iya, telat dong pak!", sanggah Erni.

" Begini bu, kita ini ada di dalam naungan hukum positif. Harus ada bukti konkret, misal tertangkap basah berzina, menyantet, dan sebagainya. Baru lah kita bisa memprosesnya. Jika tidak ada, bahkan tuduhan korupsi atau mencuri pun tidak bisa dieksekusi", jelas Roni.

"Jadi, bagaimana kita bisa aman dari adzab atas perbuatan mereka? Mereka yang salah, kami ikut terkena adzab nantinya", Erni masih enggan mengalah.

" Izin bicara pak Bhabinsa", setelah Roni mengangguk, Dzikri melanjutkan bicaranya.

"Adzab itu akan tiba jika maksiat itu nyata, tidak sembunyi-sembunyi, dan dianggap biasa, bahkan mengajak banyak orang untuk terlibat dalam maksiat bersama. Saat maksiat itu merusak lingkungan begitu parah, saat itu lah adzab ditimpakan", jelas Dzikri.

" Nah, itu masuk akal. Bagaimana bu Erni", tanggap Roni.

"Jadi, kita harus menangkap basah dukun ini saat pasang tumbal dan sesajen begitu?", tanya Erni enggan kalah.

" Ya, bagaimana lagi. Kecuali ibu bisa menunjukkan rekaman saat nak Jampi menumbalkan sesuatu dan atau memberikan sesajen", ujar Roni.

"Huh, kita geledah saja rumahnya. Pasti ada benda-benda untuk penumbalan atau sesajen di sana!", usul Erni bersemangat.

" Maaf bu, izin penggeledahan hanya bisa turun jika ada bukti kuat yang mengarah ke tindakan kriminal. Tanpa itu, kita tidak berhak menggeledah rumah siapapun", jawab Roni.

"Huh, percuma! Musyawarah apaan ini! Tunggu saja, aku pasti akan membuktikan ucapanku bahwa dia itu dukun laknat, pemuja setan!", pekik Erni sembari menggebrak meja kayu lantas angkat kaki begitu saja.

" Astaghfirullahal 'adzim", terdengar istighfar dari mulut Dzikri melihat tingkah Erni yang kekanak-kanakan.

"Nak jampi, coba ceritakan kepada kami, apa yang sebenarnya terjadi?", Roni mencoba menelisik lebih dalam.

Jampi pun berusaha menceritakan versinya, tentu dengan menyembunyikan kisah jin tua dan kantong semar.

" Kamu menyembunyikan sesuatu nak. Katakan lah sejujurnya", ujar Roni menanggapi cerita Jampi. Bagaimana pun, Roni sudah berpengalaman dan mengetahui tanda seseorang menyembunyikan sesuatu atau berbohong.

"Huh, apa yang ingin bapak ketahui? Jika saya katakan saya bertemu jin, bapak akan percaya? Kalau saya katakan saya punya benda ajaib seperti pintu teleportasi, bapak akan percaya?

Ini lah yang bisa saya ceritakan. Silahkan bapak telaah, percaya atau tidak percaya, itu hak bapak", Jampi merasa jelas bahwa jujur atau menyembunyikan, ia akan dianggap berbohong.

" Ya sudah jika itu maumu. Yang jelas, selama kamu tidak merugikan masyarakat, itu urusanmu pribadi", ujar Roni dengan wajah yang nampak kurang berkenan.

"Jadi, apa kami masih boleh tinggal di kampung ini?", Jampi sudah siap dengan risiko apapun. Hanya saja, teringat wajah ibunya yang menangis membuat hatinya bersedih jika harus meninggalkan dan menjual aset ibunya di kampung ini.

" Ya, tentu saja. Kamu adalah warga negara yang legal. Tentu hak kamu sama seperti kami", jawab Roni kemudian mengakhiri musyawarah.

Jampi pulang bersama Dzikri. Di jalan, Dzikri menanyai Jampi tentang jin dan benda ajaib yang dimiliki mungkin saja sebuah kebenaran. Bagaimanapun, ia adalah seorang ustadz yang juga mengimani adanya hal ghaib namun menjauhi syirik.

"Apa yang ingin pak ustadz yakini, yakini lah. Percuma juga jika saya uraikan", Jampi terdengar lelah menjelaskan.

" Em, saranku, jangan berhubungan dengan dunia ghaib. Kita ini manusia biasa, bukan nabi yang dijamin ma'sum. Kalau perlu, tinggalkan lah kampung ini sejenak agar suasana lebih tenang sedikit. Saat sudah aman, kembali lah", saran Dzikri.

"Tapi, bagaimana dengan kedua orang tua saya yang sudah lanjut usia? Siapa yang akan menjaga mereka berdua selain saya dan istri saya?", Jampi bingung memilih. Meninggalkan kampung juga ada benarnya. Namun bisa jadi malah dianggap benar-benar melakukan pesugihan dan mengakuinya.

" Ya, itu sekedar saran. Bisa juga kalian berlibur ke luar kota, ke rumah istrimu, atau kampung halaman orang tuamu. Ajak lah mereka berdua ke sana agar kamu bisa menjaga mereka", Dzikri mencoba mencarikan solusi.

"Baik lah pak. Terima kasih atas saran bapak. Saya akan diskusikan terlebih dahulu. Assalamu'alaikum", tutup Jampi. Ia pun melangkah ke rumahnya dan mengambil wudhu, kemudian menunaikan sholat isya' berjamaah.

Usai sholat berjamaah, Nia mendekati Jampi.

" Bagaimana Pi?", Nia bertanya dengan nada khawatir.

"Aman, Alhamdulillah", jawab Jampi sembari tersenyum, berusaha menjaga hati istrinya.

" Benar kah? Alhamdulillah. Lantas apa rencana kita ke depan?", Nia merasa lega.

"Ya, kita diskusikan dengan orang tua ku dulu ya. Karena ini juga menyangkut mereka", ujar Jampi.

Nia mengangguk setuju. Mereka pun menemui bu Eki dan pak Joni.

" Bagaimana nak?", tanya bu Eki.

Jampi pun menceritakan hasil musyawarah dan ide ustadz Dzikri.

"Ya, itu pun bagus. Kita pindah pun, ibu bersedia asal damai keluarga ini", ujar bu Eki menanggapi. Pak Joni hanya diam sembari mengelus lembut punggung bu Eki agar kuat dan bersabar.

" Kita pindah saja sementara. Sewa rumah di kota. Rumah ini disewakan saja. Kalau semua sudah mereda, beberapa tahun lagi bisa pindah lagi ke sini. Bagaimana pak?", tanya jampi kepada Joni.

"Asalkan ibumu mau, aku akan dukung. Ini rumah hasil jerih payahnya. Aku hanya punya andil dalam sedikit hal dan perawatan saja", jawab Joni.

1
Andi Suliono
judulnya tabib,tapi ceritanya jauh dari hal2 tabib y thor
ahmad nabawi
ceritanya menarik, original
Jimmy Avolution
hadir
Aman 2016
lanjut Thor 💪
Aman 2016
top top markotop lanjut Thor 💪
Aman 2016
mantab Thor 💪
anggita
hadiah iklan lagi buat thor.
anggita
like👍☝iklan, semoga novelnya lancar jaya.
Tabuut: aamin. terimakasih./Smile/
total 1 replies
anggita
si Jampi jadi Sakti👏💪
31_PUTU WIDIARTA
Keajaiban kata
Yoko Littner
Wah, gak kerasa sampe akhir. Makasih thor!
Alexo. ID
Keren abis, pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!