Impian Khanza sebagai guru Taman Kanak-kanak akhirnya terwujud. Diperjalanan karier nya sebagai guru TK, Khanza dipertemukan dengan Maura, muridnya yang selalu murung. Hal tersebut dikarenakan kurang nya kasih sayang dari seorang ibu sejak kecil serta ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Karena kehadiran Khanza, Maura semakin dekat dan selalu bergantung padanya. Hingga akhirnya Khanza merelakan masa depannya dan menikah dengan ayah Maura tanpa tahu pengkhianatan suaminya. Ditengah kesakitannya hadir seseorang dari masa lalu Khanza yang merupakan cinta pertamanya. Siapakah yang akan Khanza pilih, suaminya yang mulai mencintai nya atau masa lalu yang masih bertahta di hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 10
Khanza dan Naura sama-sama telah selesai makan. Keduanya tampak berbincang hangat. Tawa Naura terdengar renyah sesekali, mengobrol dengan Khanza. Begitupun dengan Khanza yang selalu menampilkan senyum hangat dan tulus menanggapi setiap omongan putrinya. Tak lupa rasa sayang dia tunjukkan melalui sentuhan. Seperti terlihat dari kejauhan oleh Darren dan Ny. Prita.
"Kau lihat itu, Darren. Betapa beruntung nya Naura memiliki ibu sambung seperti Khanza yang benar-benar tulus menyanyangi. Tak perlu cari muka. Semua jelas terlihat. Karena kalo dia mau cari muka tidak mungkin dia tampilkan tanpa kita sadari." Kalimat panjang Ny. Prita lontarkan ketika dari jauh dia dan putranya melihat interaksi menantu dan cucunya.
Darren terdiam mendengar ucapan mommy nya. Dirinya diam. Dalam hati dia mengiyakan tapi mengapa begitu sulit di ucapkan dibibir. Satu kata tanpa sadar dia ucapkan, "cantik."
Ny. Prita tersenyum mendengar gumaman putranya. "Ya, Khanza memang cantik. Luar dalam. Beruntung sekali laki-laki nya yang mendapatkan nya." Lalu kaki nya melangkah berjalan menghampiri keduanya di meja makan.
Kening Darren mengernyit mendengar ucapan mommy nya. Dirinya terdiam. Apa maksud mommy nya. Ucapan mommy nya seperti bukan untuk nya. 'Beruntung laki-laki yang mendapatkan nya'. Bukan kah Khanza sudah dia miliki pikirnya. Harusnya ucapan mommy nya 'beruntung sekali kamu memiliki nya'. Ada sisi tidak terima Darren saat mommy nya berkata seperti itu.
"Wah, ngobrolin apa nih sepertinya seru banget. Nenek jadi penasaran." Ny. Prita kemudian duduk di samping Khanza, tempat yang awalnya Darren tempati.
"Nenek, kepo. Hihihi..."
"Eh, Sayang. Kok gitu ngomong nya sama nenek."
"Tau nih. Emang Naura tau artinya kepo?" Ny. Prita tidak marah dengan ucapan cucunya. Dirinya justru tersenyum mendengar kata yang terlontar dari bibir cucu tercinta nya.
"Tau, dong, Nek. Kepo itu mau tau... aja." Naura menekan kata-katanya menjelaskan kata kepo.
"Kepo itu ada kepanjangannya loh, sayang." Khanza berujar.
"Masa sih Bunda. Naura baru tau."
"Iya, sayang. kepo itu kepanjangan dari bahasa Inggris yang intinya sama dengan yang tadi Naura ucapkan.
"Sudah selesai kan makannya?" Tanya Ny. Prita memutus obrolan.
"Sudah, Nek." Kemudian Naura bangun dari duduknya.
"Habis dari sini kamu mau kemana lagi, Za?"
"Sayang, habis ini langsung pulang ya!" Khanza bukannya menjawab pertanyaan mertuanya. Dia langsung membujuk Naura untuk pulang saja. Cukup baginya mengajak anaknya jalan-jalan. Dia juga masih terngiang-ngiang ucapan Darren.
"Kita shoping dulu yuk, sayang!" Ajak Ny. Prita mengajak kedua nya, cucu dan menantunya.
"Gak, Mah!"
"Ayo, Nek!"
Jawab Khanza dan Naura bersamaan namun dengan jawaban yang berbeda.
"Loh, Sayang, tadi Bunda ajak kamu langsung pulang loh habis dari sini." Khanza mengingatkan lagi Naura. Mungkin anaknya tadi kurang terlalu ngeh dengan ajakannya.
"Tapi, Bunda...." Naura memasang wajah sedih
Ny. Prita menyentuh punggung tangan Khanza lalu mengarahkan nya pada Naura. Sebenarnya dalam hati Khanza juga dia merasa tidak tega dengan anaknya yang sepertinya masih mau jalan-jalan tetapi dia harus tegas kali ini.
"Kamu, gak kasihan sama Naura, Nak?"
"Tapi...Mah." Khanza pun ragu dan bimbang menjawabnya. "Hm... sayang, izin dulu sana daddy ya? Boleh tidak?" Lebih Khanza menyerahkan masalah perizinan pada suaminya, Darren. Lebih aman pikirnya.
Sebelum menjawab, Darren terlebih dahulu mendapat pelototan dari mommy nya, Ny. Prita. Dirinya pun menjadi gugup dalam menjawab dan takut pada akhirnya. "Boleh, Sayang. Tapi jangan lama-lama ya! Sudah sore juga."
"Ini...Za."