Menceritakan seorang remaja yang bertekad untuk bertahan hidup apapun caranya. Kenapa harus begitu ? Karena dirinya telah berpindah ke dunia lain.
Cerita ini masih berlatar Multiverse dari cerita 'Pindah Dimensi Lain'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 : Keistimewaan.
Masih dengan sosok gadis Elf yang cantik dan kedua pria di hadapannya. Mereka saling melempar pandangan permusuhan. Karena tak memiliki peluang dan parahnya gadis Elf itu bukan tandingannya, kedua pria itu segera mundur. Sosok pria tua yang sedang memapah kawannya, segera pergi dan membawa kawannya yang terluka.
Pria tua itu sangat paham betul situasinya, karena mereka tak mungkin menang melawan sosok gadis dari Ras Elf itu, maka mereka memilih untuk mundur, dan menunggu perintah tuannya untuk tindakan apa yang akan mereka ambil.
Gadis Elf itu masih saja diam di tempatnya, setelah melihat musuhnya pergi dan tak terlihat, dia pun memasukan kembali pedangnya, tapi tangan kanannya masih memegang gagang pedangnya.
Sejenak memejamkan kedua matanya dan menghela nafasnya, setelah membuka kembali kedua matanya, ia pun bersuara keras. "Aku tau siapa yang sedari tadi diam bersembunyi, keluarlah atau aku akan membunuhmu."
Secara perlahan, keluarlah siapa yang dimaksudnya, yang bukan lain Dika, yang sedari tadi diam bersembunyi memperhatikan mereka. Merasa tak ada rasa bersalah sama sekali, ia menyengir.
Gadis Elf itu memandang dingin ke arah remaja itu. Sedangkan Dika hanya menggaruk-garuk pipi kananya yang tidak gatal, mereka diam berdiri dan jaraknya mungkin tak ada 10 meter. Saat saling memandang, tiba-tiba gadis itu kembali menarik pedangnya dan langsung mengarahkannya ke arah remaja itu.
Diwaktu yang sama, Dika langsung mengangkat kedua tangannya. Belum gadis itu sempat bersuara, Dika lebih dulu yang bersuara dengan perasaan panik bukan main. "Tunggu, tunggu, tunggu...!! Jangan bunuh aku, aku bukan kawan mereka, aku masih baru disini, aku masih muda, dan aku tak tau masalah kalian, sumpah...!!"
Gadis Elf itu mengerut dahinya, lalu ia melihat remaja itu yang masih mengangkat kedua tangannya sambil memejamkan kedua matanya. Terlihat sekali kalau kedua kaki remaja ini tengah gemetaran. Tapi yang membuatnya heran, karena remaja ini memiliki rambut hitam, dan dari gaya bahasanya juga aneh.
Lalu gadis itu memasukan kembali pedangnya ke dalam sarungnya. "Sudahlah, dari gerakan tubuhmu, aku bisa tau." ucapnya dengan dingin.
Dika membuka kedua matanya, ia menghela nafasnya setelah menurunkan kedua tangannya. Lalu ia melihat gadis itu sudah berbalik dan berjalan menjauhinya. Remaja itu malah mengikutinya.
"Kamu mau kemana ? Kalau mau ke desa, ada di sana." ucap Dika sambil menunjukan tangan kanannya ke arah berlawanan.
Gadis itu tak menjawab, ia terus berjalan, dan sangat terlihat sekali kalau dirinya tidak tertarik untuk berbicara dengan remaja itu. Disisi Dika, bukannya diam, dia malah mempercepatkan langkah kakinya agar bisa mendekati gadis Elf ini.
Entah bagaikan seperti mimpi atau memang takdir, karena Dika tak menyangka akan melihat sosok gadis cantik berambut perak, tapi disisi lain dia juga tak menyangka kalau sosok gadis yang ia maksud adalah Ras Elf, karena selama ini ia hanya mendengar cerita Ras itu dari temannya waktu sekolah
Terkadang ia sesekali melihat sosok Elf di kartun jepang, dikatakan akui kalau gadis Elf yang ada di kartun jepang, komik atau apalah sebutannya memang cantik, dan ternyata kalau melihat secara nyata, benar-benar sangatlah cantik. Tapi sayangnya gadis Elf yang ia lihat saat ini cukup dingin.
"Nona, sedang berpetualang ? Kenapa gak mampir dulu ke tempatku (sebenarnya tempat tinggalnya Arc) untuk beristirahat." Dika memberi saran sambil berjalan mengikuti langkah gadis itu.
Gadis Elf itu tiba-tiba menghentikan langkahnya, Dika yang mengikutinya juga berhenti. Remaja itu sudah tersenyum, karena sosok yang mungkin membuatnya jatuh hati mau menerima saranya. Tapi sayangnya, itu hanyalah khayalan saja, karena gadis itu sudah memegang gagang pedangnya.
Dika yang melihatnya langsung melangkah mundur dengan cepat, tapi pada akhirnya ia terjatuh karena panik. Saat akan berdiri, tiba-tiba sebuah ujung pedang sudah ada tepat di depan wajahnya. Tentu saja, Dika yang mungkin bisa berkelahi dan bertarung, sekarang dia benar-benar ketakutan.
Karena Dika menyadari kalau sosok gadis Elf ini bukanlah sosok biasa. Sebenarnya niatnya cuma menawarkan bantuan dalam bentuk mengajaknya ke rumah untuk beristirahat, sungguh tak ada niat jahat sama sekali, hanya saja ada keinginan untuk mengenalnya.
"Jangan mengikutiku kalau kau tak ingin kehilangan nyawamu."
Sungguh dingin didengar ucapannya, Dika hanya diam duduk di tanah sambil menelan salivanya, entah mengapa ia tak bisa berkata apa-apa, seakan-akan tubuhnya memahami situasinya tak mendukungnya.
Tak mendapat jawaban, gadis itu menarik pedangnya dan langsung membalikan tubuhnya. Dia pergi berjalan meninggalkan Dika begitu saja. Dika tak bisa mengalihkan perhatiannya, kedua matanya terus memperhatikan sosok gadis Elf itu yang perlahan menjauh ke dalam hutan hingga tak terlihat.
"Walah.., padahal cuma niat berkenalan saja kok dingin banget." ucap Dika yang masih duduk di tanah.
"Apanya yang dingin ?"
Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing dari belakang, Dika langsung menolehkan kepalanya, rupanya ia melihat Arc yang sedang berjalan ke arahnya.
"Kau sedang ngapain ?" tanya Arc yang sudah berdiri di dekatnya.
"Aku habis lihat pemandangan yang tak biasa." jawab remaja itu sambil bangun untuk berdiri.
Arc mengerut dahinya. "Apa itu ?"
"Tadi ada pertarungan disini." sahut Dika.
Lalu Arc mengajaknya untuk kembali ke desa dan meminta menceritakan apa yang telah terjadi. Dika mengiyakan, sambil berjalan bersampingan, ia menceritakan semuanya apa yang lihat, dari pertarungan, hingga ia juga memberitahu salah satu dari mereka adalah Elf berambut perak.
Arc mengangguk-anggukan kepalanya. "Pantas saja aku merasakan sihir yang kuat saat mencarimu."
"Kenapa kakek mencariku ? padahal aku baik-baik saja, jadi tenang saja." balas Dika.
"Aku mencarimu karena siapa tau kau sedang kejar-kejaran sama monster lagi." jawab Arc sambil senyuman mengejek.
"Cih, kakek selalu saja bilang begitu, begini-begini aku jago melarikan diri." sahut Dika.
"Lalu, apa Elf yang kamu lihat itu wanita ?" tanya Arc.
"Ya, dia cantik, sangat cantik. Sayangnya sikapnya dingin banget." sahut Dika dengan nada merendah.
Arc tertawa, lalu ia membalas. "Kau sungguh tak beruntung, mungkin saja dia. bersikap dingin karena kau lemah."
"Hei, aku gak lemah ya, aku cuma terlambat menjadi kuat." balas Dika tak terima.
"Itu sama saja." sahut Arc.
Sejenak mereka terdiam sambil berjalan bersama, lalu Arc bersuara lagi. "Dika, apa kau tahu keistimewaan Ras Elf selain rupawan ?"
Alis sebelahnya Dika terangkat. "Mereka mahir dalam menggunakan sihir ?"
Arc menganggukkan kepalanya. "Benar, tapi selain itu ada lagi keistimewaan Ras Elf, apa kau tau ?"
"Ya enggak taulah, makanya langsung kasih tau." jawab Dika gemas.
Arc menghela nafasnya. "Keistimewaan Ras Elf adalah mereka berumur panjang, umur mereka bisa mencapai ratusan bahkan sampai ribuan tahun."
"Lah kok bisa ?" sahut Dika dengan perasaan terkejut.
"Tentu saja, karena mereka sudah terlahir seperti itu, entah itu takdir mereka atau karena pemberian berkah dari dewa. Benar mereka memiliki umur yang panjang, tapi kalau tewas karena dibunuh atau bunuh diri, itu sudah beda lagi ceritanya." jawab Arc.
lanjutkan