NovelToon NovelToon
SUAMIKU DOKTER DINGIN

SUAMIKU DOKTER DINGIN

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:14.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lusica Jung 2

Karena permintaan kakeknya , Ellena dan Luis terpaksa menikah dan hidup bersama tanpa cinta dalam pernikahan mereka. Akankah Ellena mampu bertahan dalam pernikahan itu, atau justru memilih untuk pergi? Hanya waktu yang mampu menjawabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketakutan Ellena

Ellena sedang duduk di ranjang rumah sakit, memandangi jendela yang memperlihatkan langit yang cerah di luar. Namun, pikirannya jauh dari cerah. Ponselnya bergetar dan dia membuka pesan yang baru saja masuk.

Matanya membulat seketika, dan seluruh tubuhnya gemetaran saat membaca berita yang dikirimkan oleh salah satu teman sekolahnya. Mira, teman lamanya, ditemukan tewas terbunuh dengan cara yang mengerikan. Tubuhnya ditemukan di sebuah kolam, tak bernyawa, dengan sebuah luka tembak di kepalanya. Berita ini membuat Ellena merasa mual, bukan hanya karena kematiannya, tetapi karena cara Mira mati begitu brutal.

Pintu ruang inap terbuka, dan Luis masuk, masih mengenakan jas putihnya. Ellena segera bangkit dan memeluknya erat, tubuhnya bergetar hebat.

Luis, yang biasanya tenang, sedikit terkejut dengan reaksi Ellena. Dia menatap istrinya dengan alis yang mengernyit. "Ada apa?" tanyanya, suaranya tetap dingin namun ada nada khawatir yang samar.

Ellena menatap Luis dengan mata penuh ketakutan. "Luis, salah satu teman sekolahku ditemukan tewas. Dia... dibunuh dengan cara yang mengerikan. Tubuhnya ditemukan di sebuah kolam." Suaranya hampir pecah saat mengucapkannya, air mata mengalir di pipinya.

Luis merasakan ketakutan yang terpancar dari Ellena. Dia menghela napas, menarik napas dalam-dalam, dan berusaha tetap tenang. "Tenang, Ellena. Kau tidak perlu setakut ini," ucapnya dengan nada dingin, berusaha menenangkan istrinya.

Ellena menggelengkan kepalanya, matanya berkilauan dengan air mata yang terus mengalir. "Luis, aku takut... Bagaimana jika pembunuh itu mengincar wanita lain juga? Bagaimana jika ada korban berikutnya? Aku takut, Luis."

Luis menatapnya dengan tatapan dingin dan datar, namun ada sedikit kelembutan yang jarang terlihat. "Ellena, tidak ada pembunuhan tanpa sebab yang jelas. Pasti ada motif dibalik kejadian itu, semua akan baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir."

Namun, kata-kata Luis tidak cukup untuk menghapus ketakutan yang mencekam Ellena. "Tapi... tapi, bagaimana jika pembunuh itu mencari Korban lagi? Bagaimana jika dia terus berkeliaran di luar sana? Bagaimana jika dia mengincar orang lain, atau bahkan aku?" Suaranya bergetar, menunjukkan betapa takutnya dia.

Luis menarik napas panjang, berusaha memahami ketakutan Ellena meskipun biasanya dia lebih rasional. "Ellena, dengarkan aku. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu. Semua akan baik-baik saja, dan aku akan memastikan itu. Pembunuhan seperti ini biasanya memiliki motif yang jelas. Dan mereka tidak akan asal membunuh tanpa alasan,"

Ellena tetap memeluk Luis erat. "Luis, aku... aku tidak tahu harus berbuat apa. Semua ini sangat menakutkan. Meskipun dia selalu mencari masalah denganku, bahkan di reuni itu kami juga sempat bertengkar. Hubungan kami tidak baik-baik saja sejak awal. Tapi tetap saja, aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya saat itu."

Luis mengusap punggung Ellena dengan lembut, meskipun wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Aku mengerti, Ellena. Ini adalah situasi yang sulit. Jangan biarkan ketakutan ini menguasaimu. Fokus pada pemulihanmu karena itu lebih penting."

Ellena mengangguk pelan, meskipun hatinya masih diliputi kecemasan. "Aku tau, aku tidak akan terlalu memikirkannya. Tapi bisakah kau berjanji satu hal padaku, tetap di sisiku dan jangan tinggalkan aku sendirian, aku benar-benar talut."

Luis menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Aku akan tinggal di sini sampai kau merasa lebih baik. Tapi kau juga harus beristirahat dan menjaga kesehatanmu."

Ellena melepaskan pelukannya dan duduk kembali di ranjang, menatap Luis dengan mata yang masih dipenuhi kecemasan. "Terima kasih, Luis. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu."

Luis hanya mengangguk lagi, lalu duduk di kursi dekat ranjang, menjaga jarak yang cukup untuk memberikan Ellena ruang. "Cobalah untuk tidak terlalu memikirkan hal ini. Fokuslah pada dirimu sendiri."

Ellena menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Baiklah."

Dalam hening, keduanya duduk bersama, membiarkan waktu berlalu dengan perlahan. Meski kata-kata Luis tidak sepenuhnya menghapus ketakutannya, kehadirannya cukup untuk memberikan Ellena sedikit ketenangan. Ia tahu, di tengah dinginnya sikap Luis, ada rasa peduli yang tulus, meski tidak selalu tampak jelas.

Sementara itu. Adelia berdiri di luar pintu ruang inap Ellena, memperhatikan dari celah yang sedikit terbuka. Matanya menyipit saat melihat Luis memeluk Ellena, tangan pria itu dengan lembut mengusap punggung wanita itu. Bibir Adelia mengatup rapat, menahan napas dan perasaannya yang campur aduk.

Jantungnya berdegup kencang, menyaksikan momen yang tak pernah ia duga. Ia mengepalkan tangannya erat, sementara giginya menekan bibir bawahnya, seolah mencoba menahan perasaan yang sulit dijelaskan. Melihat cara Luis menenangkan Ellena, bagaimana sikap dinginnya melunak, semakin meyakinkan Adelia bahwa hubungan mereka jauh lebih dalam dari yang ia kira.

Setelah beberapa saat, Adelia berbalik, perasaan yang tak terungkapkan bercampur dalam hatinya. Langkahnya terasa berat, meninggalkan pemandangan yang baru saja dilihatnya, dengan pikiran yang terus mengitari apa yang mungkin sebenarnya terjadi antara Luis dan Ellena.

***

Adelia berdiri terpaku di koridor, air mata mengalir tanpa ia sadari. Perasaan campur aduk yang sulit diungkapkan kata-kata membebani dadanya. Suara langkah kaki mendekat, dan Adelia mendongak untuk melihat Dr. Rion, seorang pria berjas putih yang juga seorang dokter di rumah sakit itu. Melihat Adelia dalam keadaan seperti itu, Rion segera mendekat dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

"Adelia, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanyanya dengan nada lembut, penuh perhatian.

Adelia terisak dan berusaha menenangkan diri, tapi emosinya sudah terlalu mengalir dan sulit ditahan. "Rion," bisiknya dengan suara serak, sebelum akhirnya berhambur ke dalam pelukan pria itu.

Rion memeluknya erat, tangannya mengusap punggung Adelia dengan lembut, mencoba menenangkan wanita yang ia sayangi. Meskipun mereka bekerja bersama setiap hari, momen seperti ini selalu terasa intim dan penuh makna bagi mereka.

Rion menarik diri sedikit, cukup untuk menatap wajah Adelia dengan penuh perhatian. "Apa yang terjadi? Kau terlihat sangat terpukul," tanyanya, suaranya tetap lembut tapi penuh kekhawatiran.

Adelia terisak lagi, menyeka air mata di pipinya. "Aku... aku melihat sesuatu yang sulit untuk ku terima," gumamnya, suaranya bergetar. "Luis dan wanita itu... mereka terlihat sangat dekat. Dan itu rasanya sangat menyesakkan."

Rion mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. "Kau cemburu, Adelia?" tanyanya, suaranya penuh pengertian.

Adelia terdiam sejenak, merasakan beban perasaan yang mengoyak hatinya. "Bukan hanya cemburu, Rion. Aku... aku bingung. Aku mencintaimu, tapi aku juga punya perasaan untuk Luis. Melihat mereka tadi, aku merasa seperti kehilangan sesuatu yang bahkan belum pernah kumiliki."

Rion tersenyum tipis, mengusap lembut pipi Adelia. "Adelia, kau harus jujur pada dirimu sendiri. Perasaan itu tidak bisa dipaksa atau diabaikan. Tapi yang penting adalah bagaimana kau ingin menjalani hidupmu ke depan."

Adelia menunduk, merasakan beban di hatinya sedikit berkurang. Dia selalu merasa nyaman dengan Rion, pria yang selalu ada untuknya, yang selalu mengerti perasaannya. Tapi Luis... Luis selalu menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan baginya.

Rion menarik napas dalam, lalu berkata dengan tenang, "Adelia, aku ingin kau tahu bahwa aku ada di sini untukmu, apapun yang kau putuskan. Tapi kau harus memutuskan untuk dirimu sendiri, bukan karena rasa bersalah atau ketidakpastian."

Adelia menatap Rion dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Rion. Aku tahu kau selalu ada untukku. Tapi perasaanku pada Luis... aku tak tahu bagaimana menghadapinya."

Rion mengangguk, melepaskan pelukan mereka perlahan. "Aku mengerti. Dan apapun yang terjadi, aku berharap kau menemukan kebahagiaanmu."

"Terimakasih, Rion."

***

Bersambung

1
Ryani
ceritanya bagus. tapi terlalu banyak pengulangan kalimat.
Puspa Trimulyani
ikut bahagia bacanya....jadi senyum senyum sendiri... sepertinya aku yg jadi ellena.... hehehe...maaf kak author...aku baper😍🙏🙏
Puspa Trimulyani
terima kasih kak sudah banyak up...❤️❤️❤️❤️❤️🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Puspa Trimulyani: ditunggu karya berikutnya ya kak 🙏🤗
Ellnara: Ini akan segara aku ending kan kak, emang rencananya singkat no novel
total 2 replies
Puspa Trimulyani
aku sukaaaaaaa......tegas....Luis is the best...😍😍😍😍😍
Puspa Trimulyani
kursus memasak saja ellena......
agar bisa menyenangkan suamimu...❤️❤️
Bunda HB
Aku yg gemes sama elle,gk bisa msk sll ingin msk.tpi sll buat masalah.mending bli online.suami aja mngerti,knpa sll ngeyel dibilangi suami.klo gk ada org udh kebakar semua rmh.
Bunda HB: Aamiin ya allah pya suami ngertian kak thor.klo ibu mertua ku klo bukan aku yg masak dia gk selera mkn.jre masakan gk enk..😃😃
smpe saya bawa mertua ku ikut saya.sbb udah tua,biarlah mengabiskan wkt tua dgn saya,wlo sya mantu tpi sya gk membeda2kan itu nasehat dri alm ibu ku.tabur tue perbuat lah yg baik.gk usah jahat sama mertua.aku sukses doa dri org tua/mertua.😁😁👍👍👌💪💪
Ellnara: Alhamdulillah, sekarang bund udah jago bund. untungnya suamiku sabar orangnya, malah dia yang sering masak sedangkan aku cuma bisa lihat sambil diajarin sama dia 🤣🤣
total 4 replies
Puspa Trimulyani
terima kasih kak author...cayo..💪💪💪💪
Puspa Trimulyani
pada saat seperti ini... harus nya Adelia melihatnya...agar tidak berharap lagi untuk menjadi kekasih Luis
Puspa Trimulyani
jangan sampai Adelia jadi pelakor
Puspa Trimulyani
ah.. senangnya..💃💃💃💃💃 akhirnya elena dan Luis saling jatuh cinta 🤭❤️
Puspa Trimulyani
semoga bukan halusinasi nya Luis 😅
Puspa Trimulyani
kejar Luis...elena...dia suamimu....ga ada salahnya kamu mengejarnya 🤭❤️❤️❤️
sella surya amanda
lanjut kak
sahabat pena
hadeuh terlalu serakah menyukai 2 lelaki. klo sdh mencintai roni lepas kan luis
Puspa Trimulyani
maaf kak kalau dugaan ku salah..🤭
Ellnara: Insyaallah, gak salah kok kak e
total 1 replies
Puspa Trimulyani
sepertinya Luis memiliki profesi ganda yg bertolak belakang...sebagai dokter dan sebagai mafia..... sekarang ketahuan kenapa dia banyak tato nya...ternyata dibalik profesi mulia nya ada profesi yang lain yg menyeramkan..🙊🙊
Puspa Trimulyani: aku juga kak,suka type yg begitu ❤️❤️❤️
Ellnara: Sepertinya begitu kak, tapi bagus kan lebih menantang 🤣🤣 Soalnya aku sebagai penulis sangat suka sama pemeran utama yang ganas dan kejam tapi penyayang dan cukup dengan satu wanita
total 2 replies
Puspa Trimulyani
cemburu..... mudah mudahan cepat bucin
Ellnara: Aminnn, teriak paling keras 🤣🤣
total 1 replies
Puspa Trimulyani
si Adelia itu ya.... nyebelin banget 😡sdh pacaran sama Roni masih saja mengejar Luis,si Roni juga seperti ga ada harga dirinya...diduakan di depan matanya...oke oke saja
Ellnara: Namanya juga bucin kak, sedikit koreksi ya. namanya Rion bukan Roni 🤣🤣🤣
total 1 replies
Puspa Trimulyani
apakah itu Luis???
Ellnara: Kemungkinan iya
total 1 replies
Puspa Trimulyani
syukurlah kalau Adelia sdh punya pacar....jadi tidak akan menggangu rumah tangga Luis
Ellnara: Iya dong, author juga gak mau Luis sama yang lain 🤣🤣🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!