" Om om, mau jadi ayah Aga ndak. Aga ndak punya ayah. Ibu Aga tantik lho Om."
" Hahaha, anak ini lucu bener."
Seorang bocah kecil tiba-tiba bicara seperti itu kepada pria asing. Wajah polosnya tersebut tidak bisa membuat si pria marah meskipun dia dipinang dadakan oleh bocah itu.
Tapi siapa sangka anak kecil itu datang bersama dengan seseorang yang ia kenal.
" Kamu, ini anakmu?"
" Maaf, kami permisi."
Wanita itu langsung pergi membuat si pria penasaran.
Siapa sebenarnya mereka dan apa yang terjadi? Dan mengapa Aga mengatakan bahwa tidak punya ayah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAYO 07: Usaha Rendi Membuahkan Hasil
" Jadi gimana saudara Rendi? Apa tugas yang saya berikan sudah ada hasilnya?"
Bruuuk
Rendi menghempaskan tubuhnya di sofa panjang ruang tengah rumah yang mereka tempati. Ya, Kaivan membeli sebuah rumah di malang, dan Rendi dimintanya untuk tinggal di sana juga. Dari pada Rendi mengekos, lebih baik mereka tinggal bersama karena Kaivan juga sendirian.
" Ya elah Bos, bentar Napa ah. Istirahat dulu, napas dulu. Kasih minum kek, ambilin makan gitu, jadi biar mulut lancar laporannya. Dari siang ampe malam lho ini nyari nya. Sampai aku harus nanya ke satpam buat minta untuk nomor kepala sekolah."
Kaivan terkekeh geli. Ia tentu tahu kalau Rendi akan berusaha kerasa untuk segera mendapatkannya. Tapi ia sama sekali tidak menyangka bahwa ternyata Rendi sampai menanyakan nomor kepala sekolah untuk mencari tahu keberadaan Dara dan anaknya. Berbekal nama orang tua pasti lebih mudah. Apalagi Rendi juga tahu nama lengkap dari Dara. Meskipun akan ada yang sama, tapi tidak mungkin satu dan orang yang lain memiliki nama lengkap yang persis sama.
Tap tap tap
Sraak
Tak tak
Kaivan benar-benar melakukan apa yang diminta oleh Rendi. Dia mengambil kan minuman dingin ditambah nasi goreng yang tadi sudah ia buat dan memang sengaja untuk makan malam mereka berdua.
Mata Rendi sampai membelalak melihat Kaivan berbuat begitu. Dia tahu Kaivan memang suka memasak, tapi ia tidak pernah sekalipun memenuhi keinginan Rendi hingga seperti sekarang ini. Sebelum-sebelumnya, Rendi yang sering bergurau perihal minta diambilkan makan, tidak pernah sama sekali dituruti oleh Kaivan. Maka dari itu saat ini ia tidak bisa berkata-kata dengan semua perlakuan Kaivan.
" Woaaah, terimakasih Tuan Muda, saya akan menerimanya dengan senang hati."
" Tck, cukup becandanya. Buruan makan dan laporkan!"
Rendi mengangguk cepat, ia lalu menyantap nasi goreng buatan Kaivan yang hampir 11-12 dengan buatnya Umminya Kaivan yakni Nyonya Kirana Adzakia. Semasa SMA Dulu, Rendi yang pernah naksir dengan adik Kaivan pada akhirnya malah berteman dekat dengan keluarga Kaivan. Namun pada akhirnya ia tetap hanya dianggap teman, karena ternyata sampai mereka dewasa Rendi bukanlah pilihan hati Kieran. Dan siapa sangka Kieran malah menikah dengan mantan guru mereka dulu.
" Dah kelar, sekarang ceritain!"
" Ampun deh Kai junior, tahan bentar apa. Kenyang ini."
" Nggak pe-du-li! Cepet laporin!"
Rendi mengambil nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkan secara perlahan. Ia lebih dulu melepas ikat pinggang agar perutnya yang kenyang selepas makan bisa bernafas. Rendi kemudian mulai bicara satu persatu dari beberapa ( belum seluruhnya) taman kanak-kanak yang berada di kota itu. Untuk mencari tahu perihal Dara, dia harus menyebutkan nama lengkap anak dan nama orang tua. Rendi jelas tidak tahu nama lengkap anak. Dari Kaivan ia mengetahui nama anak dari Dara adalah Aga, dan untuk meyakinkan Rendi menyebutkan nama lengkap Dara dan juga nama lengkap Pramono.
Alasan yang Rendi berikan kepada pihak sekolah adalah mereka mencari Dara karena saudara dari Jakarta ada yang sakit. Karena hubungan mereka kurang baik jadi Rendi tidak hanya meminta nomor ponsel Dara saja tapi juga meminta alamat rumah Dara. Awalnya pihak sekolah tidak memberikan, tapi ketika Rendi menunjukkan foto-foto mereka pada saat SMA, akhirnya sekolah tersebut pun memberikan apa yang Rendi minta.
Rendi baru bisa menemukan tempat Aga sekolah sekitar selepas magrib. Kebetulan pengurus yayasan sekolah dimana Aga sekolah itu tempat tinggalnya menjadi satu dengan sekolah. Sehingga Rendi bisa langsung dapat alamat rumah Dara.
Meskipun begitu, butuh waktu kurang lebih 6 jam, untuk Rendi mencari tahunya. Makanya ia begitu sangat lelah. " Gue lebih demen kerja di kantor, asli. Dari pada suruh beginian. Lagian ente kenapa kagak retas aja sih tuh handphone punya Dara."
" Ooh tidak bisa, itu tidak terhormat."
" Preet! Apa bedanya nyari tahu diem-diem gitu, ya udah tuh semua data udah gue kirim ke hape. Gue istirahat dulu ya, capek."
" Thanks bro."
Rendi hanya mengangkat tangannya sambil terus berjalan menuju kamar. Dia sudah tidak ada kekuatan untuk sekedar menoleh ke arah Kaivan.
Sedangkan Kaivan, senyuman yang tergambar di bibirnya begitu lebar saat mengetahui dimana lokasi Dara berada. Ia juga akhirnya mengerti bahwa Aga itu adalah benar-benar anak dari Dara.
" Haish, kok kamu nggak ngabarin aku di Dar kalau udah married. Aga ini umurnya udah 4 tahun. Berarti kamu nikah juga udah lama ya. Siapa suami kamu, dan kenapa Aga bilang dia nggak punya ayah? Apa kamu pisah sama suami kamu?"
Kaivan berbicara seperti itu dengan tersenyum, entahlah mungkin hatinya sedikit jahat karena dia benar-benar berharap ucapan anak kecil itu adalah benar adanya. Ia berharap Agar sungguh memintanya sebagai ayahnya.
" Astaghfirullah, aku mikir apa sih. Kok bisa aku doanya jelek gini. Kalau ternyata bapak si anak itu atau dengan kata lain suami Dara masih ada berarti aku ngarep kalau pria itu ngilang dong. Duh mulut, jangan jahat-jahat apa. Huh, yang penting aku harus ketemu dulu sama Dara. Kangen juga sama Pak Pram."
Kaivan memutuskan untuk beristirahat. Akhirnya malam ini dia akan tidur lebih nyenyak dari biasanya, atau malah tidak bisa tidur karena membayangkan pertemuannya dengan Dara besok. Ya, entahlah apa yang dirasakannya saat ini tapi yang pasti dia tidak sabar bertemu dengan Dara dan juga anak kecil itu.
Kaivan merasa senang ketika melihat Aga. Itu mengingatkan kepada si kembar Kamal dan Kamil saat masih kecil dulu. Jaraknya dengan adik kembarnya adalah 17 tahun, jadi Kaivan terbiasa dengan anak-anak sehingga ia senang melihat Aga.
Banyak hal yang ingin Kaivan sampaikan. Walaupun tidak ia pungkiri hatinya sedikit nyeri ketika mengetahui Dara sudah menikah bahkan mempunyai anak. Namun, ia juga tidak bisa menghalangi karena pada dasarnya tidak ada hubungan yang istimewa diantara dia dan Dara dulu. Ya, Kaivan dan Dara tidaklah memiliki hubungan spesial selain sahabat dekat dan rekan kerja yang baik. Meskipun demikian, tidak Kaivan pungkiri dia memiliki rasa lain terhadap Dara. Tapi dia terlalu takut dan bodoh untuk mengakuinya.
" Aku takut merusak persahabatan kita waktu itu, meski pada akhirnya aku menyesal Dar. Aku beneran nyesel nglepas kamu. Dan aku baru kehilangan kamu saat kamu beneran udah nggak ada di dekatku."
TBC